Bambang Wodjojanto (IST) |
Jubi, 04/11 (Jayapura) – Beberapa peristiwa penting yang terjadi
di Papua sejak tahun 1990 masih memberikan pengaruh hingga saat ini.
Salah satunya adalah konflik bersenjata di perbatasan Indonesia – PNG.
Berikut adalah beberapa peristiwa penting tersebut yang terjadi pada tahun 1993.
Jan 1993
Sebuah proyek penelitian Belanda-Indonesia disetujui di Papua Barat mendapat kecaman keras oleh aktivis Papua di Belanda. Organisasi Belanda untuk Riset Ilmiah ( NWO ) telah memberikan anggaran sekitar $ 3.800.000 untuk para peneliti Belanda dan Indonesia untuk membuat studi linguistik, antropologi, geologi dan arkeologi “Kepala Burung” Papua. Bagian barat Papua ini dinilai wilayah sensitif secara politis. Para aktivis dari organisasi seperti Papua Peoples Foundation (PAVO) and the West Papua Peoples Front (WPVF) yang berbasis di Belanda takut bahwa proyek ini tidak akan melayani kepentingan orang Papua.
Sebuah proyek penelitian Belanda-Indonesia disetujui di Papua Barat mendapat kecaman keras oleh aktivis Papua di Belanda. Organisasi Belanda untuk Riset Ilmiah ( NWO ) telah memberikan anggaran sekitar $ 3.800.000 untuk para peneliti Belanda dan Indonesia untuk membuat studi linguistik, antropologi, geologi dan arkeologi “Kepala Burung” Papua. Bagian barat Papua ini dinilai wilayah sensitif secara politis. Para aktivis dari organisasi seperti Papua Peoples Foundation (PAVO) and the West Papua Peoples Front (WPVF) yang berbasis di Belanda takut bahwa proyek ini tidak akan melayani kepentingan orang Papua.
Agustus 1993
Seorang pejabat pemerintah mengatakan bahwa OPM hanya memiliki sekitar 250 pasukan dan memiliki sekitar 40 senjata. Gerakan OPM sebagian besar telah non aktif sejak Mei 1993 ketika tentara menembak pemimpin mereka, Marthen Luther Prawar, dalam serangan di tempat yang dicurigai sebagai persembunyian OPM. Sementara itu, 114 warga Papua pulang dari Papua Nugini tahun ini dan 111 lainnya dijadwalkan untuk kembali ke Indonesia. Mereka melarikan diri ke PNG pada tahun 1991 (UPI , 08/18/93).
Seorang pejabat pemerintah mengatakan bahwa OPM hanya memiliki sekitar 250 pasukan dan memiliki sekitar 40 senjata. Gerakan OPM sebagian besar telah non aktif sejak Mei 1993 ketika tentara menembak pemimpin mereka, Marthen Luther Prawar, dalam serangan di tempat yang dicurigai sebagai persembunyian OPM. Sementara itu, 114 warga Papua pulang dari Papua Nugini tahun ini dan 111 lainnya dijadwalkan untuk kembali ke Indonesia. Mereka melarikan diri ke PNG pada tahun 1991 (UPI , 08/18/93).
Nov 1993
Indonesia telah membantah bahwa pasukannya yang bertanggung jawab atas pembunuhan tiga belas orang di dekat perbatasan antara Papua dan Papua Nugini (PNG). Sebuah kelompok hak asasi manusia di PNG mengklaim bahwa tentara Indonesia menyerang sebuah desa di sisi PNG dan membunuh orang-orang disana. Pejabat Indonesia menunjukkan bahwa itu sesunguhnya merupakan bentrokan yang terjadi antara dua faksi Gerakan Papua Merdeka (The Reuter Library Report , 11/30/93).
Indonesia telah membantah bahwa pasukannya yang bertanggung jawab atas pembunuhan tiga belas orang di dekat perbatasan antara Papua dan Papua Nugini (PNG). Sebuah kelompok hak asasi manusia di PNG mengklaim bahwa tentara Indonesia menyerang sebuah desa di sisi PNG dan membunuh orang-orang disana. Pejabat Indonesia menunjukkan bahwa itu sesunguhnya merupakan bentrokan yang terjadi antara dua faksi Gerakan Papua Merdeka (The Reuter Library Report , 11/30/93).
Desember 1993
Pemenang Robert Kennedy Human Right Award tahun 1993, Bambang Widjojanto, mengatakan bahwa pelanggaran HAM merajalela di Papua. Para aktivis hak asasi manusia Indonesia berpendapat bahwa militer setempat sering memanfaatkan masyarakat adat dengan melabeli mereka sebagai anggota OPM (UPI , 12/16/93). (Jubi/Victor Mambor)
Pemenang Robert Kennedy Human Right Award tahun 1993, Bambang Widjojanto, mengatakan bahwa pelanggaran HAM merajalela di Papua. Para aktivis hak asasi manusia Indonesia berpendapat bahwa militer setempat sering memanfaatkan masyarakat adat dengan melabeli mereka sebagai anggota OPM (UPI , 12/16/93). (Jubi/Victor Mambor)
0 komentar :
Posting Komentar