Gereja Katedral Tiga Raja Kab Mimika |
Triduum
Paskah terdiri dari Kamis Suci, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, Malam Paskah
dan Minggu Paskah. Kata "triduum" berasal dari bahasa Latin yang berarti
"tiga hari". Triduum Paskah dimulai pada Kamis Putih hingga berakhir
pada Minggu Paskah yang bila dihitung berjumlah total tiga hari penuh,
dari kamis malam hingga minggu malam.
KAMIS PUTIH
Kamis Putih adalah hari pertama dari Tri Hari Suci Paskah. Kamis Putih ini menandai dimulainya Triduum Paskah. Pada hari ini kita merayakan kembali perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama 12 Rasul.
Dikatakan
sebagai perjamuan terakhir karena pada malam itu Yesus dikhianati oleh
murid-Nya, Yudas Iskariot. Malam itu, Yesus menunjukkan kasih-Nya hingga
rela kehilangan nyawa bagi seluruh manusia di dunia. Pada malam itu
Yesus menyerahkan tubuh dan darahNya pada Bapa di Surga dalam wujud roti
dan anggur yang diberikan kepada para rasul untuk memberi kekuatan bagi
mereka. Yesus juga meminta apa yang Dia lakukan malam itu terus
dilakukan oleh para pengikut-Nya.
Perayaan
pada Hari Kamis dalam Pekan Suci ini disebut Kamis Putih karena warna
liturgi hari itu didominasi warna putih. Imam mengenakan kasula (jubah
luar) berwarna putih. Bunga-bunga penghias altar juga didominasi warna
putih. Warna putih ini melambangkan kemuliaan dan kesucian.
Misa
Kamis Putih sebaiknya dilaksanakan pada malam hari seperti Yesus
melakukannya. Istilah the Last Supper menunjukkan bahwa kegiatan
tersebut dilakukan pada waktu malam. Perayaan Kamis Putih sebagai
perayaan khusus perjamuan Ekaristi yang diadakan oleh Tuhan Yesus pada
Perjamuan Terakhir ini ditetapkan sejak Konsili Hippo (393 M).
Ada
hal yang sedikit berbeda pada Misa Kamis Putih bila dibandingkan dengan
Misa yang biasa kita ikuti. Misa yang umumnya kita ikuti terdiri atas:
Ritus Pembuka, Liturgi Sabda, Liturgi Ekaristi, dan Ritus Penutup.
Sedangkan Misa Kamis Putih terdiri atas:
*. Ritus Pembuka
*. Liturgi Sabda dan Upacara Pembasuhan Kaki
*. Liturgi Ekaristi
*. Pemindahan Sakramen Mahakudus dan tuguran
Ritus Pembuka
Ritus
pembuka diawali dengan lagu pembuka dan berakhir setelah Imam
menyampaikan doa pembukaan. Hal khusus yang dilakukan pada Misa Kamis
Putih adalah dibunyikannya lonceng Gereja selama umat menyanyikan Gloria
/ Kemuliaan. Gloria ini selama Masa Prapaskah tidak dinyanyikan.
Pembunyian lonceng ini juga merupakan saat terakhir lonceng gereja
dibunyikan sebelum nanti mulai dibunyikan kembali saat kita menyanyikan
Gloria pada perayaan Malam Paskah.
Liturgi Sabda dan Upacara Pembasuhan Kaki
Liturgi
Sabda merupakan saat bagi kita mendengarkan dan merenungkan firman
Tuhan. Karena itu sikap kita yang terbaik adalah mendengarkan tanpa
membaca teks yang ada. Bacaan-bacaan yang telah kita dengar itu akan
dijabarkan lebih lanjut oleh Imam saat homili.
Upacara
Pembasuhan Kaki yang dilakukan setelah liturgi sabda dilakukan untuk
mengenangkan kembali kegiatan yang sudah dilakukan Yesus sebelum
perjamuan malam terakhir dilakukan. Orang-orang yang dibasuh kakinya
adalah 12 orang laki-laki sebagai lambang 12 Rasul Yesus. Pembasuhan
kaki harus dilakukan oleh Imam, tidak boleh diwakilkan pada Diakon.
Alasannya, karena pada saat Misa, Imam adalah “Kristus yang lain”.
Pembasuhan
kaki ini sendiri merupakan adat bangsa Yahudi yang dilakukan oleh para
pelayan kepada tuannya setelah mereka pulang dari berpergian sebelum
makan. Tujuannya untuk membersihkan tuannya dari kotoran dan debu. Makna
dari pembasuhan kaki itu sendiri bagi kita umat Katolik adalah untuk
menyatakan kedatangan Yesus ke dunia bukanlah untuk dilayani melainkan
untuk melayani. Dan hal inilah yang Yesus harap kita ikuti dan teladani.
Upacara pembasuhan kaki ini diikuti dengan doa umat.
Liturgi Ekaristi
Liturgi
Ekaristi dimulai dengan lagu persembahan. Bila ada kolekte yang
dikumpulkan, dapat diiringi dengan lagu Ubi Caritas est atau lagu lain
yang sesuai. Uang yang terkumpul juga sebaiknya diberikan untuk membantu
yang miskin. Prefasi yang digunakan pada Misa Kamis Putih juga prefasi
konsekrasi yang khusus.
Pada
saat Doa Syukur Agung, Imam akan mengkonsekrasikan cukup banyak hosti
untuk keperluan Misa Kamis Putih dan komuni pada saat Ibadat Jumat
Agung. Karena itu, sebelum Misa Kamis Putih, tabernakel perlu
dikosongkan. Hosti yang sudah dikonsekrasikan pada misa sebelumnya yang
disediakan untuk keperluan memberi komuni pada orang sakit perlu
dipindahkan ke tabernakel lain sebelum Misa. Pemindahan Hosti ini
dilakukan tanpa upacara khusus. Liturgi Ekaristi ini berakhir pada saat
Imam mengucapkan antiphon komuni.
Setelah
komuni, altar dibersihkan dari segala hiasan, kain altar dibereskan,
dan tempat air suci dikosongkan untuk diisi kembali saat upacara Malam
Paskah. Salib besar yang ada di belakang altar juga ditutup dengan kain
ungu. Pada saat ini, sudah tidak diperbolehkan lagi menggunakan musik
yang meriah. Alat musik hanya dibunyikan untuk membantu petugas agar
dapat menyanyikan lagu dengan baik.
Pemindahan Sakramen Mahakudus dan Tuguran
Misa
Kamis Putih tidak diakhiri ritus penutup melainkan langsung dilanjutkan
dengan pemindahan Sakramen MahaKudus. Sakramen MahaKudus yang
ditempatkan dalam sibori ini akan diarak ke tempat yang telah disiapkan.
Tempat yang disediakan ini harus diatur sedemikian rupa agar tidak
menyerupai makam atau gua. Hal ini untuk menunjukkan bahwa kita bukan
bersiap-siap melakukan pemakaman Yesus melainkan mempersiapkan tempat
bagi hosti yang akan dibagikan pada ibadat hari berikutnya. Prosesi
pemindahan Sakramen MahaKudus ini diiringi dengan lagu Pange Lingua.
Tuguran
artinya berjaga-jaga. Ya, pada malam Kamis Putih ini kita akan
berjaga-jaga bersama-sama Yesus yang saat itu sedang berdoa kepada Bapa
di Taman Getsemani. Pada saat tuguran ini kita berdoa bersama-sama
Yesus. Menemani Yesus menantikan saat-saat dimulainya penderitaan yang
harus Ia alami. Tuguran ini idealnya dilakukan sepanjang malam sampai
menjelang matahari terbit. Setiap umat Katolik diharapkan beradorasi di
hadapan Sakramen Mahakudus ini paling tidak selama satu jam. Hal ini
sebagai tanda kesediaan kita berada bersama Yesus.
Misteri Iman yang Kita Rayakan saat Kamis Putih
Dalam Kamis Putih, ada tiga hal misteri iman yang kita rayakan. Ketiga misteri iman tersebut adalah:
A. Teladan Melayani
A. Teladan Melayani
Salah
satu hal yang dilakukan Yesus pada perjamuan terakhir adalah membasuh
kaki para murid. Menurut tradisi Yahudi, membasuh kaki adalah salah satu
bentuk penghormatan pada seseorang yang mempunyai status atau jabatan
lebih tinggi atau lebih terhormat. Kaki adalah anggota tubuh yang
terletak paling bawah dan biasanya paling kotor. Kaki juga penyangga
seluruh tubuh kita dan dapat membantu seluruh tubuh untuk dapat
bergerak.
Membasuh
kaki adalah kewajiban para pelayan. Melalui peristiwa ini, Yesus mau
mengajarkan mengenai penghormatan dan teladan melayani, serta
mengajarkan kita untuk memperhatikan mereka yang berada paling bawah,
tanpa memandang kasta. Dengan teladan pembasuhan kaki ini, Yesus juga
ingin mengajarkan bahwa pada dasarnya semua manusia itu sama di mata
Tuhan, memiliki hak dan martabat yang sama, sehingga karena persamaan
itulah semua manusia diharap dapat saling melayani dengan penuh kasih.
Dalam bahasa Inggris tradisional, hari Kamis Putih ini disebut Maundy Thursday.
Sebutan itu diambil dari antifon pertama upacara pembasuhan kaki yang
dalam bahasa Latin berbunyi: “Mandatum Novum” atau perintah baru: “Aku
memberi perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi;
sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling
mengasihi” (Yoh 13:34).
B. Pelembagaan Awal Mula Ekaristi
B. Pelembagaan Awal Mula Ekaristi
Misa
atau perayaan Ekaristi adalah warisan Yesus sendiri. Setiap kali kita
mengikuti Misa, bagian Doa Syukur Agung sebenarnya mengenangkan kembali
apa yang dilakukan Yesus pada perjamuan malam terakhir. Pada bagian
konsekrasi dalam Doa Syukur Agung, Yesus menawarkan Tubuh dan Darah-Nya,
yang dilambangkan dalam rupa roti dan anggur, sebagai salah satu sarana
pengampunan dan kehidupan serta keselamatan kekal bagi umat manusia.
Yesus telah menganugerahkan hidupNya sendiri, agar kita mampu mengabdi
Tuhan dan menolak semua godaan setan. Dengan memberikan tubuh dan
darah-Nya kepada kita, kita semua hidup karena Dia dan oleh Dia.
C. Inisiasi Imamat Para Imam
Kamis Putih ini juga merupakan pesta imamat bagi para Imam. Mengapa demikian? Karena Pada perjamuan terakhir inilah untuk pertama kalinya Yesus mewujudkan peranNya sebagai imam. Pada Perjamuan Malam Terakhir, Yesus juga meletakkan dasar sakramen Imamat. Yesus memilih para rasul-Nya sebagai imam-imam dan uskup-uskup pertama, serta memberi mereka kuasa untuk mempersembahkan kurban Misa.
C. Inisiasi Imamat Para Imam
Kamis Putih ini juga merupakan pesta imamat bagi para Imam. Mengapa demikian? Karena Pada perjamuan terakhir inilah untuk pertama kalinya Yesus mewujudkan peranNya sebagai imam. Pada Perjamuan Malam Terakhir, Yesus juga meletakkan dasar sakramen Imamat. Yesus memilih para rasul-Nya sebagai imam-imam dan uskup-uskup pertama, serta memberi mereka kuasa untuk mempersembahkan kurban Misa.
Pada
pagi hari Kamis dalam minggu suci ini (atau pada hari lain yang masih
berdekatan dengan itu), para imam yang ada di suatu keuskupan akan
berkumpul di Katedral atau di gereja lain yang ditunjuk untuk
bersama-sama memperbaharui janji imamat mereka. Pada kesempatan yang
sama, akan diberkati pula minyak-minyak yang akan digunakan untuk
sakramen krisma, sakramen perminyakan orang sakit dan katekumen. Minyak
yang telah diberkati dalam misa ini akan dibawa pulang ke gereja paroki
atau stasi tempat para Imam bertugas. Karena Kamis Putih merupakan juga
peringatan inisiasi imamat, seluruh Imam wajib mempersembahkan misa pada
hari tersebut.
Penutup
Setelah
membaca artikel di atas, mungkin kita baru menyadari betapa banyak hal
yang ternyata kita peringati pada hari Kamis Putih. Hari yang ditandai
dengan warna putih yang menunjukkan kemuliaan ini juga menjadi awal bagi
banyak hal. Meski di hari berikutnya Yesus menjalani penderitaan, kita
dapat terus percaya bahwa Yesus telah meninggalkan warisan terbaik untuk
kita.
JUMAT AGUNG
Apa
yang berbeda di gereja atau di tempat lain saat Jumat Agung? Suasana
yang sunyi, nyanyian tanpa musik, altar yang kosong, tabernakel terbuka
lebar, lampu merah yang menandakan kehadiran Tuhan dipadamkan. Ya, Jumat
Agung adalah hari di mana kita memperingati sengsara dan wafat Kristus.
Pada hari itu, seluruh umat Katolik diharapkan untuk bertobat melalui
tindakan pantang dan puasa. Satu hal penting yang perlu dipahami adalah
seluruh perayaan yang kita lakukan pada Jumat Agung bukanlah Perayaan
Ekaristi melainkan ibadat.
Mengapa
demikian? Karena pada hari Jumat Agung, tidak ada peristiwa konsekrasi
yang biasa dilakukan Imam saat Doa Syukur Agung. Pada hari Jumat Agung
itu, justru Yesus sendiri yang dikorbankan sebagai penyelamat manusia.
Komuni yang dibagikan pada ibadat Jumat Agung adalah Hosti yang telah
dikonsekrasikan pada malam sebelumnya (Kamis Putih). Hal khusus lain
yang perlu diperhatikan, sakramen yang boleh diberikan pada hari Jumat
Agung hanyalah Sakramen Tobat/Rekonsiliasi dan sakramen perminyakan
orang sakit.
Bagian-bagian Ibadat Jumat Agung
Ibadat
Jumat Agung sebaiknya dilakukan pada sore hari atau pada waktu yang
dianggap pas, asal tidak lewat dari jam 9 malam. Maksud pengaturan jam
tersebut agar kita sebagai umat dapat lebih memaknai wafat Yesus yang
terjadi sekitar pukul 15.00. Ibadat Jumat Agung sendiri terdiri dari 3
bagian inti:
A. Ibadat Sabda
Ibadat
Sabda adalah bagian awal dari Ibadat Jumat Agung. Ibadat Sabda terdiri
atas beberapa bagian: perarakan Imam dan petugas misa, pembacaan sabda
Tuhan, Passio Yesus Kristus, homili/waktu hening, dan doa umat meriah.
Ibadat
Sabda diawali dengan perarakan Imam dan para misdinar. Perarakan ini
dilakukan tanpa suara, tanpa lagu. Pada saat berada di depan altar yang
kosong, imam dan petugas misa akan menelungkup di tanah selama beberapa
saat sambil mengucapkan doa dalam hati. Tindakan ini sebagai tanda
rendahnya martabat manusia dan duka mendalam yang sedang dialami Gereja.
Setelah Imam dan para misdinar duduk, mulai dibacakan bacaan pertama
yang dilanjutkan dengan dinyanyikannya mazmur tanggapan serta pembacaan
bacaan kedua. Bacaan Injil diambil dari Injil Yohanes. Bacaan Injil yang
menceritakan kisah sengsara Yesus ini dibacakan dengan cara dilagukan
oleh tiga orang petugas yang mengambil peran sebagai narator, Yesus, dan
beberapa peran lain. Sebelum menyanyikan Passio Yesus Kristus, para
petugas ini akan diberkati terlebih dahulu oleh Imam yang memimpin
ibadat. Pada beberapa ibadat, kadangkala Imam ikut berdiri bersama
petugas Passio. Passio Yesus Kristus ini diikuti dengan homili singkat
atau waktu hening untuk merenungkan wafat Kristus.
Homili
atau waktu hening ini akan diikuti dengan doa umat meriah. Intensi doa
umat pada ibadat Jumat Agung ini cukup banyak. Intensi yang didoakan
saat doa umat meriah ini adalah intensi umum gereja dan intensi-intensi
yang disesuaikan dengan kepentingan gereja lokal di mana ibadat Jumat
Agung dilaksanakan. Intensi doa ini dinyanyikan oleh Imam atau diakon
sedangkan pada bagian doa dapat dibacakan bersama dengan umat. Saat
intensi doa dinyanyikan umat berlutut. Umat berdiri saat doa dibacakan.
B. Penghormatan / Penciuman Salib
Upacara
penghormatan salib ini ditandai dengan perginya Imam atau Diakon dan
misdinar keluar untuk mengambil salib yang akan diarak masuk ke dalam
gereja. Tidak ada ketentuan mengenai ukuran dan jenis kayu yang
digunakan. Namun, perlu diperhatikan makna perarakan salib itu sebagai
tempat di mana Yesus telah wafat untuk membebaskan manusia dari dosa.
Salib ini dipanggul oleh Imam atau Diakon dan diarak dari bagian
belakang gereja atau tempat ibadat menuju altar.
Pada
saat perarakan salib, ada tiga tempat di mana kayu salib berselubung
kain ungu yang dipanggul akan diangkat untuk ditunjukkan kepada umat. Di
bagian belakang gereja, bagian tengah gereja, dan di depan altar. Pada
saat kayu salib diangkat, Imam akan melagukan ajakan pada umat untuk
melihat pada kayu salib. Umat diharap menjawab ajakan itu. Pada setiap
selesai ajakan, perlu diberi waktu hening sebentar agar umat dapat
merenungkan wafat Kristus. Selain itu, pada setiap perhentian, selubung
kain ungu dibuka satu per satu hingga saat di depan altar, salib tidak
diselubungi kain ungu lagi. Setelah salib diletakkan di depan altar,
Imam serta diakon dan para misdinar akan mencium salib sebagai tanda
penghormatan dan cinta. Selanjutnya Imam akan memegang salib tersebut
dan memberi kesempatan pada umat untuk memberi penghormatan pada salib.
Pada ibadat Jumat Agung yang dihadiri oleh banyak umat, misdinar dapat
membantu proses penghormatan salib dengan membawa salib-salib lain untuk
dapat dihormati oleh umat. Selama upacara penghormatan salib,
dinyanyikan lagu-lagu atau himne untuk mengenangkan misteri keselamatan.
Penghormatan terhadap salib yang paling umum dilakukan adalah mencium
salib. Namun ada negara memiliki tradisi meletakkan rangkaian bunga di
salib.
C. Komuni
Bagian terakhir dari ibadat Jumat Agung adalah Komuni. Sebelum upacara komuni ini berlangsung, misdinar akan memberi kain putih di altar yang tadinya kosong. Altar perlu diberi alas karena pada upacara komuni ini akan diletakkan Hosti yang telah dikonsekrasikan pada misa malam sebelumnya. Hosti yang diletakkan dalam sibori diarak masuk ke dalam gereja oleh Imam atau Diakon dengan diiringi oleh 2 orang misdinar membawa lilin.
C. Komuni
Bagian terakhir dari ibadat Jumat Agung adalah Komuni. Sebelum upacara komuni ini berlangsung, misdinar akan memberi kain putih di altar yang tadinya kosong. Altar perlu diberi alas karena pada upacara komuni ini akan diletakkan Hosti yang telah dikonsekrasikan pada misa malam sebelumnya. Hosti yang diletakkan dalam sibori diarak masuk ke dalam gereja oleh Imam atau Diakon dengan diiringi oleh 2 orang misdinar membawa lilin.
Upacara
komuni diawali dengan ajakan Imam untuk menyanyikan doa Bapa Kami.
Selama ibadat Jumat Agung, tidak ada salam damai. Setelah doa Bapa Kami,
Imam akan langsung mengucapkan ritus komuni seperti yang kita kenal
bila mengikuti Misa harian atau Misa hari Minggu. Setelah pembacaan
ritus komuni, hosti dibagikan kepada umat. Bila ada hosti yang sisa,
hosti yang diletakkan dalam sibori itu akan kembali diarak untuk
diletakkan di tempat penyimpanan semula. Setelah Hosti dikembalikan ke
tempat penyimpanan semula, kain putih altar dapat dilipat kembali.
Bagian
terakhir dari Upacara Komuni yang juga merupakan penutup ibadat Jumat
Agung adalah doa dan berkat penutup. Setelah memberikan berkat penutup,
Imam dan petugas lain akan meninggalkan altar tetap dalam suasana hening
tanpa nyanyian. Salib ditinggalkan di depan altar bersama beberapa
lilin menyala agar umat dapat terus menghormati dan berdoa hening.
Penutup
Jumat
Agung mungkin memang hari paling menyedihkan dalam Gereja Katolik,
karena pada hari itu kita mengenangkan wafat Kristus. Pada hari itu kita
diingatkan bahwa kita adalah pendosa namun dosa-dosa kita telah ditebus
melalui kematian Yesus di kayu salib. Karena itu, layaklah bila kita
menunjukkan rasa hormat kita dengan mempersembahkan seluruh dosa kita
kepada Tuhan melalui sakramen rekonsiliasi. Melalui penerimaan sakramen
rekonsiliasi, kita dilahirkan menjadi manusia baru yang memiliki
hubungan erat dengan Tuhan.
SABTU SUNYI
Setelah
hari jumat kita mengikuti Ibadat Jumat Agung untuk mengenangkan
sengsara dan wafat Kristus, pada hari Sabtu pagi sampai menjelang malam,
Gereja seperti tidak melakukan kegiatan peribadatan apapun. Tabernakel
masih terbuka dan lampu Tuhan juga masih mati. Selain itu, kalau kita
perhatikan, tempat air suci di pintu-pintu masuk gereja juga
dikeringkan. Suasana terasa muram. Sakramen yang boleh dibagikan pada
hari tersebut pun hanya sakramen tobat dan sakramen perminyakan orang
sakit. Mengapa demikian? Gereja memang tidak melakukan kegiatan
peribadatan apa pun selama Sabtu Sunyi karena Gereja sedang mengenangkan
Yesus yang berada di dalam makam. Sepanjang pagi sampai sore di hari
Sabtu itu, Gereja mengajak umat untuk hening dan merenungkan sengsara
dan wafat Kristus; mengetahui bahwa Yesus sedang turun ke dunia orang
mati; dan menanti dengan penuh kerinduan kebangkitan Yesus dengan berdoa
dan berpuasa. Rahmat khusus dari Sabtu sunyi adalah keheningan yang
penuh kasih dan harapan.
Sebenarnya misteri apa yang kita kenangkan saat Sabtu Sunyi dan siapa yang kita teladani?
Saat
Sabtu Sunyi kita mau mengenangkan terpenuhinya rencana Allah bagi kita.
Allah sangat mencintai kita dengan mengirimkan Putera-Nya sendiri bagi
kita. Itu artinya Allah telah mengangkat kita menjadi anak-anak-Nya.
Sabtu Sunyi memang terkesan kosong tapi itu sebenarnya adalah hari
istirahat Kristus. Ya, Kristus telah menyelesaikan semua tugas yang
harus Ia emban. Pada hari Sabtu Sunyi, Yesus beristirahat dalam makam
karena Ia telah memperoleh kemenangan. Yesus perlu beristirahat untuk
menantikan waktu kebangkitan-Nya.
Kita
umat Katolik percaya bahwa Yesus benar-benar wafat. Jiwa-Nya
benar-benar terpisah dari raga-Nya. Pada saat raga Yesus beristirahat
dalam makam, jiwa Yesus turun ke dunia orang mati mencari Adam dan Hawa.
Yesus menarik mereka keluar dari dunia orang mati. Hal ini merupakan
tanda Yesus memberi kehidupan baru bagi Adam dan Hawa, kehidupan baru
inilah yang kita terima pada hari Sabtu Sunyi. Selain mencari Adam dan
Hawa, Yesus juga turun ke dunia orang mati untuk mengunjungi semua orang
yang telah datang sebelum Dia untuk mewartakan sukacita kebangkitan.
Tokoh yang dapat kita teladani dalam menjalani Sabtu Sunyi adalah Bunda
Maria. Setelah Yesus wafat di kayu salib, Bunda Maria pulang bersama
Yohanes. Bunda Maria tinggal di rumah Yohanes sebagaimana permintaan
Yesus saat berada di salib.
Kita
bisa membayangkan kesedihan mendalam yang dialami Bunda Maria karena
Puteranya telah wafat. Namun, Bunda Maria tidak terus menerus bermuram
durja. Ia berdoa menantikan pemenuhan janji keselamatan dari Allah. Kita
umat Katolik diharapkan menjalani Sabtu Sunyi seperti Bunda Maria. Kita
diharapkan untuk berdoa dalam suasana hening menantikan dengan rindu
kebangkitan Kristus.
MALAM PASKAH
Berbeda
dengan suasana Sabtu Sunyi yang hening. Malam Paskah adalah saat di
mana kita merasakan sukacita sambil berjaga-jaga menantikan kebangkitan
Tuhan. Yesus yang wafat akhirnya beralih dari alam kematian menuju
kebangkitan. Pada perjanjian lama, Malam Paskah merupakan peristiwa
penantian lewatnya Tuhan di tanah Mesir untuk membebaskan bangsa Israel
dari perbudakan Firaun. Saat Malam Paskah ini umat Katolik juga akan
mengenangkan kembali Sakramen Babtis yang telah diterima. Sakramen
Baptis sendiri merupakan tanda diterimanya kita sebagai anggota keluarga
Gereja Katolik. Karena itulah, Malam Paskah selalu dirayakan secara
meriah.
Malam Paskah dapat juga disebut dengan vigili Paskah. Vigili berasal dari kata bahasa Latin vigilis
yang artinya berjaga-jaga atau bersiap-siap. Karena itu, pada perayaan
malam Paskah ini kita berjaga-jaga bersama Yesus. Bersiap-siap
menantikan peralihan Yesus dari alam kematian menuju kehidupan.
Untuk
dapat lebih memaknai peristiwa penantian kebangkitan Tuhan itu, akan
lebih baik bila misa Malam Paskah dilaksanakan pada malam hari sampai
sebelum fajar menyingsing. Intinya, jangan sampai perayaan pada Malam
Paskah mengganggu misa yang akan dilaksanakan pada Minggu Paskah. Karena
misa pada Minggu Paskah adalah misa yang penting untuk diikuti.
Perayaan Malam Paskah seringkali dikatakan sebagai perayaan terpanjang
dalam liturgi Gereja Katolik. Hal itu disebabkan banyaknya
simbol/lambang liturgis yang dikenangkan saat perayaan ini dilakukan.
Tata cara perayaan malam Paskah yang saat ini dijalankan oleh Gereja
Katolik didasarkan pada dekrit Ad Vigiliam Paschalem (tentang Vigili Paskah) yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII pada tahun 1951.
Berdasarkan dekrit tersebut, perayaan malam Paskah tersusun atas 4 bagian besar, yaitu:
A. Upacara Cahaya
Bagian
pertama dari perayaan Malam Paskah adalah upacara cahaya dan Madah
Pujian Paskah. Bagian ini penuh dengan tindakan dan gerakan simbolik.
Karena itulah, upacara cahaya selalu diawali dengan penjelasan singkat
tentang maksud diadakannya perayaan Malam Paskah secara keseluruhan.
Tujuannya agar umat mengerti dan akhirnya dapat mengikuti keseluruhan
perayaan dengan baik.
Upacara
cahaya sebaiknya dilakukan di luar gereja, dalam kondisi gelap gulita.
Saat upacara cahaya, Imam memberkati api baru yang saat dinyalakan
langsung mengusir kegelapan dan memberikan terang ke sekeliling tempat
upacara cahaya itu dilakukan. Hal ini diibaratkan seperti Yesus yang
merupakan cahaya terang dalam kehidupan kita yang kadang kala gelap.
Setelah memberkati api baru, Imam akan memberkati lilin Paskah yang akan
dinyalakan selama masa Paskah pada saat perayaan Ekaristi di Gereja.
Lilin Paskah yang digunakan haruslah lilin yang baru dan ukurannya
disesuaikan untuk keperluan masa Paskah. Pada lilin Paskah itu Imam
menorehkan tanda salib (+), lambang alpha (Α) dan omega (Ω) dan angka
tahun di mana perayaan Malam Paskah dilakukan. Tindakan Imam tersebut
untuk menegaskan bahwa Yesus telah ada sejak dulu sampai sekarang, bahwa
Ia adalah sang awal dan sang akhir, dan bahwa segala kemuliaan dan
kekuasaan adalah milik Yesus sepanjang segala abad. Setelah itu Imam
akan menancapkan 5 biji dupa di atas gambar salib yang dikelilingi
lambang alpha – omega dan angka tahun. Kelima biji dupa itu melambangkan
5 luka Yesus yang didapat saat Ia disalib. Setelah menancapkan
biji-biji dupa, Imam akan menyalakan lilin Paskah tadi dengan api yang
telah diberkati.
Lilin
Paskah yang telah dinyalakan kemudian akan diarak masuk oleh
Imam/Diakon ke dalam gereja. Umat mengikuti di belakang. Saat perarakan,
tidak ada penerangan lain yang dinyalakan. Peristiwa ini untuk
mengenangkan kembali perjalanan bangsa Israel di padang gurun setelah
keluar dari tanah Mesir. Pada waktu malam mereka hanya dibimbing oleh
tiang api. Selain itu, tidak adanya penerangan lain selain lilin Paskah
juga melambangkan kita sebagai umat Kristiani yang mengikuti Kristus,
satu-satunya Sang Terang, yang telah bangkit. Pada saat perarakan ini
lilin akan 3 kali diangkat (di awal perarakan, di tengah, dan di depan
altar) sambil menyanyikan “Kristus, cahaya dunia” dan dijawab dengan
nyanyian pula oleh umat “Syukur kepada Allah” sambil berlutut.
Sesampai
di depan altar, lilin Paskah diletakkan di tempatnya. Lalu lilin yang
telah dibawa oleh petugas misa dan umat dapat dinyalakan menggunakan api
yang berasal dari lilin Paskah. Berkaitan dengan hal ini, kadang ada
umat yang tidak sabaran lalu menyalakan lilin menggunakan korek api yang
dia bawa. Hal ini tidak diperkenankan karena menyalakan lilin kita
menggunakan api dari lilin Paskah menjadi pertanda bahwa kita adalah
penerus karya Kristus di dunia. Kita diharapkan juga dapat menjadi
terang bagi orang lain karena kita telah diterangi oleh Yesus sendiri.
Lilin Paskah ini sendiri akan dinyalakan selama masa Paskah sampai pada
sore hari menjelang Pesta Kenaikan Tuhan. Lilin Paskah yang dinyalakan
terus-menerus ini melambangkan Yesus yang telah bangkit namun tetap
hadir di tengah murid-muridNya. Setelah Imam dan para penolongnya sampai
di panti imam (panti imam adalah tempat di sekitar altar yang hanya
diperuntukkan bagi Imam, diakon dan misdinar), Imam atau diakon akan
menyanyikan Madah Pujian Paskah (Exultet). Madah Pujian Paskah ini
mewartakan keseluruhan misteri Paskah yaitu kisah keselamatan umat
manusia karena dosa-dosa manusia telah ditebus oleh Yesus sendiri.
B. Liturgi Sabda
Bagian
kedua dari upacara malam Paskah adalah Liturgi Sabda. Pada bagian ini
dibacakan ayat-ayat dari perjanjian lama dan perjanjian baru. Seluruh
bacaan ini diselingi dengan mazmur dan doa singkat yang dipimpin oleh
Imam agar umat dapat merenungkan misteri keselamatan dengan baik. Secara
keseluruhan terdapat 9 bacaan pada liturgi sabda yang terdiri atas 7
bacaan perjanjian lama dan 2 dari perjanjian baru (1 bacaan dari Surat
Paulus kepada jemaat di Roma dan 1 bacaan Injil). Keseluruhan bacaan
Perjanjian Lama, bila dibaca secara lengkap menceritakan kisah
penyelamatan mulai dari kisah penciptaan dunia hingga pewartaan janji
keselamatan Allah oleh para nabi. Untuk beberapa alasan, bacaan dari
Perjanjian Lama kadang kala tidak seluruhnya dibacakan saat misa di
gereja. Namun ada 3 bacaan dari Perjanjian Lama yang wajib dibacakan
yaitu Kisah Penciptaa, Kisah Pengorbanan Ishak oleh Abraham, dan
penyeberangan Laut Merah. Setelah selelsai membaca bacaan dari Kitab
Perjanjian Lama, Gloria (Madah Kemuliaan) dinyanyikan secara meriah
sambil membunyikan lonceng. Sebelum menyanyikan Gloria, lilin altar dan
lampu gereja dapat dinyalakan sedangkan lilin umat yang tadi dinyalakan
dapat dipadamkan.
Bacaan
setelah Gloria diambil dari surat Paulus kepada umat di Roma. Bacaan
ini disebut bacaan epistola. Bacaan epistola ini mengingatkan kita
kembali sebagai murid-murid Yesus yang telah menerima babtisan ikut mati
bersama Dia dan akan dibangkitkan pula bersama Dia. Jadi bacaan ini
mendorong kita lebih jauh dalam misteri Paskah.
Alleluya
pada bait pengantar Injil yang dinyanyikan setelah bacaan epistola.
Alleluya dilagukan 3 kali dan tiap kali nadanya dinaikkan. Alleluia ini
dilagukan oleh Imam atau Diakon atau bila tidak memungkinkan oleh
petugas. Teks bait pengantar Injil diambil dari Mazmur 117. Injil yang
dibacakan pada malam Paskah ini mewartakan kebangkitan Tuhan. Bacaan
Injil ini merupakan puncak dari liturgi sabda. Setelah Injil dibacakan,
Imam akan memberikan homili.
C. Liturgi Babtis
Liturgi
Babtis merupakan bagian ketiga dari perayaan Malam Paskah. Pada bagian
ini kita merayakan perjalanan Yesus dan perjalanan kita sendiri.
Perjalanan dibersihkannya kita dari dosa asal. Di Gereja-gereja yang
memiliki bejana babtis, bagian ini akan terasa istimewa. Apalagi bila
ada pada perayaan Malam Paskah itu dilakukan pembabtisan bagi katekumen
yang sudah menjalani masa persiapan selama sekitar satu tahun.
Liturgi
babtis diawali dengan pemberkatan air yang ada dalam bejana babtis.
Setelah itu akan dinyanyikan Litani Para Kudus. Nama Santo dan Santa
yang disertakan dalam Litani Para Kudus ini dapat disesuaikan dengan
keperluan gereja setempat. Hal yang istimewa adalah bila pada perayaan
Malam Paskah ada penerimaan Sakramen Babtis, nama Santo dan Santa yang
digunakan oleh para calon babtis sebagai nama babtis sebaiknya
disertakan saat menyanyikan Litani Para Kudus. Litani Para Kudus ini
diikuti dengan pemberkatan air suci.
Pada
bagian ini, lilin Paskah akan dicelupkan tiga kali ke dalam air yang
diletakkan dalam bejana babtis. Pemberkatan air itu menjadi tanda
pengudusan air suci karena telah dipersatukan dengan Yesus, Sang pemberi
hidup baru. Air yang telah dicelupi lilin paskah ini nanti akan
digunakan untuk keperluan penerimaan Sakramen Babtis pada perayaan Malam
Paskah atau disimpan pada bejana babtis untuk keperluan penerimaan
Sakramen Babtis pada kesempatan-kesempatan lain. Ada atau tidak ada
calon babtis yang akan menerima Sakramen Babtis pada Perayaan Malam
Paskah, air yang telah diberkati melalui pencelupan lilin Paskah
tersebut akan direcikkan kepada umat yang hadir untuk mengingatkan
kembali kehidupan baru yang telah diterima melalui babtis.
Pemberkatan
air suci akan diikuti dengan penerimaan Sakramen Babtis pada calon
Babtis. Upacara penerimaan Sakramen Babtis ini akan diikuti dengan
pembaharuan janji babtis. Saat mengucapkan pembaharuan janji babtis ini,
sekali lagi lilin yang dibawa umat dinyalakan menggunakan api yang
berasal dari lilin Paskah. Pembaharuan janji babtis ini menjadi tanda
kesiapsediaan kita untuk berbalik dari segala dosa kita dan kembali
keoada Tuhan. Setelah mengucapkan pembaharuan janji babtis, umat akan
direciki dengan air suci. Liturgi Babtis ini diakhiri dengan doa umat.
D. Liturgi Ekaristi
Liturgi
Ekarist yang menjadi bagian akhir dari perayaan Malam Paskah merupakan
puncak dari keseluruhan liturgi Paskah. Pada bagian ini kita merayakan
kembali pengurbanan Yesus di kayu salib, hadirnya Kristus yang telah
bangkit. Pemenuhan inisiasi umat Kristiani, dan penantian akan Paskah
abadi. Perlu ditekankan agar bagian ini tidak dilakukan dengan
tergesa-tergesa. Terutama bila pada perayaan Malam Paskah ada Upacara
Babtis. Hal ini penting karena para babtisan baru itu untuk pertama
kalinya mengikuti liturgi Ekaristi sebagai anggota penuh gereja.
Liturgi
Ekaristi diawali dengan persembahan, yang dilanjutkan prefasi Paskah
dan Doa Syukur Agung. Doa Syukur Agung ini sebaiknya dilagukan. Komuni
yang dibagikan pada kesempatan Malam Paskah ini bila memungkinkan dapat
diberikan dalam dua rupa, hosti dan anggur. Pada kesempatan ini pula,
para babtisan baru akan menerima Sakramen Ekaristi pertama mereka.
Bagian
akhir dari Liturgi Ekaristi Malam Paskah yang juga menutup keseluruhan
rangkaian perayaan Malam Paskah adalah pemberian Berkat Meriah Paskah.
Berkat meriah ini diberikan dengan cara dilagukan bersahut-sahutan
antara Imam dan umat. Berkat meriah Paskah diakhiri dengan perutusan.
Dikarenakan
pentingnya Malam Paskah ini, setiap petugas yang terlibat sangat
diharapkan untuk berlatih terlebih dahulu. Imam yang memimpin perayaan
Paskah ini juga diharapkan memiliki pemahaman mendalam tentang
keseluruhan liturgi yang berlangsung pada perayaan ini.
MINGGU PASKAH
Minggu
Paskah disebut juga Hari Raya Kebangkitan Tuhan. Hari ini adalah puncak
peringatan liturgi Gereja Katolik. Hari Raya Kebangkitan Tuhan ini
adalah hari raya dari segala hari raya. Hari itu menjadi hari yang amat
istimewa karena Yesus telah bangkit dari kematian. Yesus telah
mengalahkan dosa dan maut dengan kebangkitan-Nya. Melalui
kebangkitan-Nya, Yesus mau menunjukkan bahwa Ia sungguh-sungguh Putera
Allah dan memberi harapan pada kita tentang adanya kerajaan Surga. Hal
yang membedakan perayaan Ekaristi pada hari ini dengan perayaan Ekaristi
pada hari Minggu atau hari raya yang lain adalah digantinya seruan
tobat dengan pemercikan air suci. Air suci yang digunakan untuk
memerciki umat adalah air yang telah dikuduskan pada perayaan Malam
Paskah. Air itu pula yang ditempatkan di pintu masuk gereja untuk
digunakan umat menyucikan diri saat akan memasuki gereja.
Selain
adanya pemercikan air suci, pada hari ini juga dilagukan Madah Paskah
yang mewartakan kebangkitan Yesus. Madah Paskah ini dilagukan sebelum
bait pengantar Injil.
Lilin
Paskah yang telah dinyalakan dengan Api Baru pada perayaan Malam Paskah
ditempatkan di posisi yang cukup tinggi dekat altar. Lilin Paskah ini
dinyalakan sepanjang masa Paskah yang berlangsung selama 50 hari pada
saat ibadat pagi atau sore atau bila ada perayaan Ekaristi. Bila masa
Paskah telah berakhir, lilin Paskah ini tetap disimpan dan dinyalakan
bila ada upacara penerimaan Sakramen Babtis. Lilin calon babtis akan
dinyalakan menggunakan api dari lilin Paskah ini. Pada Upacara
pemakaman, lilin Paskah sebaiknya dinyalakan di dekat peti sebagai tanda
bahwa kematian juga merupakan suatu perjalanan bagi orang Kristiani.
Lilin Paskah ini sebaiknya tidak ditempatkan atau dinyalakan di panti
Imam pada masa di luar masa Paskah.
PENUTUP
Tiga
hari Suci (Triduum) Paskah: Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paskah
hingga Hari Raya Kebangkitan Tuhan adalah saat-saat terpenting dalam
tahun liturgi Gereja Katolik. Pada hari-hari itu kita diingatkan kembali
bahwa Yesus bersedia mati untuk menebus dosa-dosa kita dan
dibangkitkan. Karena itu, kematian bukan lagi akhir dari hidup kita
melainkan awal dari kehidupan baru. Selamat Paskah, selamat menjalani
kehidupan baru dalam Tuhan.
Sumber:
Circular Letter Concerning the Preparation and Celebration of the Easter Feast Congregation for Divine Worship
Bahan pengajaran Liturgi Triduum Komunitas Emmanuel
diketik ulang oleh Indonesian Papist
Blogger Comment
Facebook Comment