TNI membunuh seorang Papua. Foto: kinisiusyo.blogspot.com. |
Yogyakarta, -- "Militer
di Papua segera Kurangi, mereka aktor dari beberapa masalah," kata Aris
Yeimo, anggota AMP menanggapi beberan permasalahan dari perwakilan paguyuban-paguyuban dalam
diskusi seputar kompleksnya permasalahan di tanah Papua yang dibuat Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP) di Asrama Kamasan I Yogyakarta, pada Rabu (13/11/13)
malam.
Dalam paparan permasalahan dari Paguyuban Tambraw,
berbagai persoalan dikemukakan, antara lain adalah yang didalangi oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Republik Indonesia (Polri) di Tambraw.
"Di Tambraw, terjadi imigrasi gelap secara besar-besaran.
Padahal, program transmigrasi sudah tidak ada. Baru yang urus itu aparat
(TNI/Polri) dorang. Baro gunakan dana Bantuan Sosial (Bansos) lagi," kata
perwakilan itu menjelaskan.
Sementara kata dia, militer Indonesia juga berperan
menjadi tameng yang melindungi perusahaan peternakan Sapi berskala dunia yang
dalam rencana akan ditempatkan di Tambraw. "Jadi, diskusi atau apa pun yang
berusaha menentang masuknya perushaan itu ditentang aparat dorang."
Lagi di Tambraw, ada yang namanya Badan Inteligen Daerah
(BID). Kata perwakilan paguyuban Tambraw ini, BID bertugas untuk mencari
informasi mengenai siapa saja yang bicara Papua Merdeka, siapa saja yang
menentang Aparat, dan siapa saja yang menentang datangnya perusahaan.
"Jadi masyarakat dorang juga takut bicara macam-macam,"
katanya.
Aparat Jualan Togel
TNI dan Polri di Papua juga berjualan Togel. Fakta ini
mengemuka dari perwakilan paguyuban Dogiyai, Nabire, Paniai, dan beberapa
paguyuban lainnya.
"Di Jalan Baru, KPR, di rumah salah satu anggota TNI di markas
TNI, mereka jual Togel. Baro yang beli juga TNI sendiri. Ada juga polisi di
sana," kata salah satu mahasiswa asal Nabire yang menjadi peserta diskusi.
Di Dogiyai, tragedi Dogiyai Berdarah, yang menewaskan
rakyat tak berdosa itu, awalnya dari bisnis Togel yang dijalankan oleh Polisi
sendiri.
"Di Dogiyai, Polisi sendiri yang jaga rakyat
jangan jual
Togel. Malah mereka yang buka bandar Togel," kata Andy Pigai, John
Kuayo, dan diamini Yesaya Koteka Goo, perwakilan paguyuban Dogiyai.
Di Paniai, beberapa oknum Polisi juga jualan Togel. Yang
beli juga anggota Polisi. "TNI juga kadang datang beli," kata beberapa mahasiswa dari Paniai.
Aparat Lindungi Kapital, Bukan
Rakyat
Deserius, seorang mahasiswa dari Degeuwo, Bayabiru,
perbatasan Paniai Nabire mengatakan, di sana, rakyatnya menderita di atas emas.
"Emas jadi kutukan. Mereka (pendatang) itu yang bawa
kutukan," kata Deserius.
Menurutnya, di tempat pendulangan emas itu, ada banyak
kios. Kios itu bukan kios biasa. Di dalamnya ada tempat karaoke, bar, tempat
billiar, bahkan ada perempuan Pekerja Seks Komersial (PSK).
"Mereka semua didatangkan TNI yang jaga di sana, bekerja
sama dengan beberapa pendatang yang dulang secara kelompok. Mereka kelompok
besar, dilindungi militer," katanya lagi.
Masih menurutnya,
rakyatnya yang seharian bekerja banting tulang dulang emas dengan alat
tradisional, untuk sebuah supermi, beras, harus keluarkan beberapa butir
emasnya untuk makan.
"Makanan di sana juga mahal. Kebun sudah rusak. Warga di
situ sekarang tidak bercocok tanam lagi. Mereka dulang sendiri, atau dulang
untuk pendatang dengan gaji tiap hari," katanya lagi.
Bahayanya, kata Deserius, tidak ada perhatian satu pun
dari pemerintah. Cumu LSM dan beberapa lembaga yang peduli saja yang bekerja,
coba lindungi masyarakat, tetapi suara mereka jgua tidak di dengar pemerintah.
"Biasa to, pemerintah juga dapat persennya mungkin. Jadi
kalaupun rakyatnya menderita juga mereka diam saja," kata Deserius dengan nada
kecewa. (MS/Topilus B. Tebai)
Sumber : www.majalahselangkah.com
0 komentar :
Posting Komentar