News
Loading...

Sekjen Parjal: Tidakan Polisi di Papua Tidak Manusiawi

Yusak Pakage
Jayapura,  -- Sekretataris Jendral Parlemen Anak-Anak Jalanan (Parjal) Papua, Yusak Pakage menilai Kepolisian Indonesia di Tanah Papua bukan untuk Melindungi dan Mengayomi terhadap masyarakat Papua, namun, dilapangan mengatakan lain. Tindakan polisi di Papua yang terekam selama ini  hanya terror, intimidasi, menindas, menganiaya, tembak dan membunuh masyarakat Papua ibarat binatang.

"Polisi di Papua itu biadap terhadap rakyat Papua, karena tidak pernah pahami istilah kepolisian melindungi dan mengayomi  masyarakat tetapi sebaliknya, mereka menindas, terror, aniaya, tembak dan bunuh seperti binatang binatang," kata Yusak saat jumpa pers bersama wartawan di belakang kantor pos Abepura, Jayapura, Selasa (19/11/2013) siang.

Yusak juga merasa kesal dengan tindakan represif aparat keamanan selama ini dalam melaksanakan tugasnya di Papua. Bahkan kata dia, tindakan tidak manusiawi terhadap masyarakat Papua sudah berlangsung sejak tahun 1961 hingga sekarang.

"Para penegak hukum yang ada di Papua, yaitu Polisi Republik Indonesia yang bertugas di Papua. Kami sangat kesal dengan perilaku mereka dan saya mau katakan bahwa Polisi Indonesia itu sangat biadap. Terbukti dengan tidakan-tindakan yang tidak bermanusiawi dilakukan atas rakyat Papua. Mereka (Polisi, red) pikir kita orang Papua itu binatang yang seenaknya mereka mau bertindak menindas, menyiksa dan membunuh," tuturnya tegas.

Dirinya menyayangkan tindakan aparat keamanan yang dalam menjalankan tugasnya seakan tidak mengerti fungsi Melindungi, mengamankan dan mengayomi masyarakat. Sebab, kata Pakage, kenyataannya akibat dari kebiasaan aparat di Papua membuat masyarakat selama ini hidup dibawah tekanan yang menciptakan trauma berkepanjangan.

Pria yang sering keluar masuk penjara ini mengatakan jika Polisi sebagai aparat keamanan tidak layak untuk membawa senjata, karena menurutnya Polisi merupakan penegak hukum yang memiliki tugas hanya melindungi, mengayomi masyarakat. 

"Polisi tak layak pegang senjata dan tak layak membunuh orang Papua, tetapi yang pegang senjata itu Tentara Nasional Indonesia (TNI). Bagini baru kamu mau-mau Papua itu ada di dalam Negara Indonesia kah?, tidak mungkin sekali. Polisi ini yang lakukan genosida di tanah Papua. Kalau memang ini perintah dari Presiden SBY melakukan terror terhadap kami, maka kami tak bisa balas namun hanya Tuhan yang kami sembahlah yang akan membalas kepada mereka," kata Pakage.

Sementara itu di tempat yang sama, Juru Bicara Tapol/Napol dan TPN/OPM, Saul Y. Bomay mengatakan pihaknya sudah asing hidup bersama mereka yang berjiwa tak manusiawi. Sebab, di mana-mana terjadi berjatuhan pengorbanan tak terhitung hingga sekarang.

"Kami pihak Tapol/Napol dan TPN/OPM meminta hanya perundingan yang difasilitasi oleh negara ke tiga. Berbagai gula-gula politik dengan segenap hati kami menolak. Sama seperti caranya penyelesaian konflik di Aceh. Kita duduk satu meja bundaran, melihat apa yang menjadi persoalan di Papua. kalau memang Papua punya kemabalikan kepada Papua dan kalau Indonesia punya silahkan itu hak kamu," tutur Saulnya.

Pihaknya mendesak agar sebelum massa jabatan SBY berakhir konflik di tanah Papua harus diselsaikan terlebih dahulu. 

"Sebelum SBY turun dari jabatan Presiden RI, musti selesaikan masalah-masalah di Papua. Karena pembunuhan, pemerkosan dan lainnya tak akan berakhir jika SBY tidak melihat dengan jelih."

"Bagi orang Papua Pepera itu hukum cacat, tetapi bagi Indonesia itu sah. Untuk melihat solusi ini harus buka mata hati, apakah orang Papua ini layak dibunuh terus?," ungkap Bomay bertanya. (MS/Abeth Amoye You) 

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar