News
Loading...

TINDAKAN KEKERASAN DI PAPUA ADALAH SALAH SATU TINDAKKAN KEBODOHAN PEMERINTAH INDONESIA TERHADAP RAKYAT PAPUA.

Foto kekerasan yang di lakukan oelh Pemerinta Indonesia melalui Aparat Militer TNI-POLRI RI di tanah West Papua (foto.IST/Umagi)
Oleh : Krismas Bagau
Adil dulu dalam tindakan jangan dengan kekerasan karena kekerasan adalah tindakan kebodohan yang pertunjukkan kemanan republik indonesia.

Nonton bareng di titik nor, Taman Pintar Yogyakarta. Salah satu tindakan kekerasan di Papua yang selama ini bungkam oleh Indonesia diungkapkan dan di tayangkan yang disaksikan publik. Dalam adengan vidieo yang diputar oleh Alienai Mahasiswa Papua (AMP), Penonton yang hadiri adalah ribuan mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan diberbagai tingkat kampus. titik kumpul adalah titik nol bersama dan dibarengi dengan beberapa kegiatan.

Vidio yang diputar adalah tragedi yang amat tragedis terjadi terhadap warga masyarakat Papua yang tidak berdosa. Perlakuan yang memperlakukan tindakan kekeran itu adalah penjajah dari tentara republik Indonesia di tanah Papua. Kekerasan demi kekerasan itu yang dilakukan adalah untuk dan atas nama pembangunan Nasional yang tidak jelas di tanah Papua dengan cara yang keji dan tidak manusiawi.

Pemerintah Indonesia suka berbicara tentang pelangaran HAM dan suka membuat undang-undang perlindungan HAM tetapi aplikasinya lain dari yang dipikirkan secara logika dan akal sehat. Kalau pepata mengatakan “latihan lain main lain”, adalah hal biasa bagi pemerintah indonesia maka tidak dipersoalkan. Namun yang menjadi persoalan adalah nilai keluhuran manusia untuk menjujung tingi seringkali dan bahkan mengabaikan adalah persoalan yang tidak menghargai, menghormati dan menjujung tinggi dalam kebebasan dan keadilan dalam rangkah mengangkat harkat dan martabat eksistensi kemanusian sebagai manusia yang paling mulia dihadapan segala makluk ciptaan lain-Nya.

Jadi nilai keluhuran manusia itu tidak diperlakukan sebagaimana mestinya. Pemerintah Indoneisa memperlancarkan kekerasan demi kekerasan melalui kemanan TNI dan Porli terus dilancarkan dan diperlakuan di bumi Papua yang tak pernah lupa dalam ingatan anak-anak bangsa Papua yang kini diperjuangakan. pelaku sejarah bangsa Papua sudah, sedang dan terus mewariskannya hingga kini menjadi persoalan yang tak tuntas habis kepada anak bangsa.

Sampai kapan pun persoalan Papua yang jelas tak akan berakhir. Pemerintah mengupayakan dengan berbagai cara tetapi tindakan kekerasan tak akan lupa oleh anak negeri. Pemerintah Indonessia boleh dan hanya “mencintai alam papua bukan manusianya”. Persoalan kekerasan tak ada perbandingan dengan pemberian dalam bentuk apa pun.

Ketika masa pemerintahan belanda datang di negeri papua tidak adanya nama Diskriminasi, Pembantaian, Pembunuhan, Penyisiran, dan pemerkosan terhadap warga yang tidak berdosa terhadap alam dan manusia Papua tetapi ketika Papua integerasi dengan Bangsa Indonesia hingga kini masih terus terjadi dibumi Papua dengan pembunuhan sistematis dan terstruktur melalui terhadap manusia yang tidak manusiawi terus dialami.

Anak negeri Papua tak akan pernah lupa pada sejarah masa lalu yang sudah tulis dan diingatkan pada generasi sekarang untuk melanjutkan perjuangan yang mereka perjuangkan. Anak zaman sekarang akan meminta tuntut kepada pemerintah indonesia untuk mempertanggungjawabkan integrasi papua ke dalam nkri hingga kini persoalan stigama dan kekerasan pembunuhan manusia papua tak berdosa dibunuh dinegerinya sendiri. maka anak negeri akan terus mendoktrin untuk meminta mempertanggunjawabkan kepada generasi sekarang. generasi sekarang akan bersuara terus dan tidak akan pernah diam dalam ruang tungu dan mengharapkan sesuatu itu turun atas ketidak adilan demi keadilan.

Jangan berbohong sudah, dunia sebenarnya melihat perlakuan pemerintah Indonesia dengan skenarionya untuk memusnahkan orang Papua di tanahnya sendiri tetapi hal ini tidak berbicara, walau mereka melihat dan menyaksikan penderitan Papua tetapi bungkam atas peristiwa demi peristiwa yang di alami secara terstruktur. Dunia ko melihat tapi tak mau bersuara. Ko juga bermain demi kepentingan perut ko jadi ko biarkan saja kejadian demi kejadian tentang pelangaran HAM terjadi di Papua .

Orang Papua akan berjuang sampai titik darah penghabisan yaitu kemerdekaan. Kemerdekaan itu adalah ideologi orang papua. Ideologi ini sampai kapan pun tidak akan pernah lupah selama orang Papua ada. Jika ideologi ini hilang dan mati maka orang Papua juga ikut hilang dan habis dari permukaan bumi Papua. Selama orang papua ada maka ideologi ini juga akan tumbuh dan berkembang dari generasi ke generasi sampai pada kemerdekaan.

Untuk itu, jangan gadaikan ideologi manusia dengan sesuatu barang, dan ideologi itu tidak akan pernah lumpuh dari otak manusia sekalipun ideologi itu dimaniskan dengan berbagai cara, program, dan barang berharga apapun. Itulah pokok-pokok diskusi jurusan pemerintah di daerah Jateng Rabu, 06/11/2013 di kota baru Yogyakarta saat makan siang berlangsung. Hal yang paling aneh adalah ketika ideologi manusia itu digadaikan dengan sesuatu hal yang manis untuk dinikmati sendiri. Hal yang paling lucu adalah ketika ideologi suatu bangsa dan ras manusia itu digadaikan dengan sesuatu program yang tidak akan pernah menghasilkan nilai positif bagi bangsa dan ras tersebut. Kata Donatus B.Mote mengawali diskusi terkait pemekaran di Papua yang dieksposkan melalui TIMIPOTU NEWS

Generasi masa lalu adalah generasi meluruskan sejarah Papua, generasi sekarang adalah generasi yang belajar memahami sejarah dan memperjuangkan sejarah yang dipolitisir oleh NKRI dengan tindakan kekerasan yang tidak pada tempatnya yang mengorbankan jutaan jiwa manusia Papua. Generasi masa depan adalah generasi yang bebas dari alam dan menikmati kebebasan. Pemerintah Indonesia tidak bisa menyipu dan menyangkal eksistensi ini sebagai ideologi yang terus dipersoalkan ketika melihat sejarah perjuangan yang terus diperjuangkan dari generasi ke generasi sebagai salah satu tuntutan untuk mempertahankan ideologi bangsa Papua yaitu kebebasan.

Persoalan atau Akar konflik itu melahirkan dua masalah berikutnya yang tak pernah tuntas habis, yaitu masalah Pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) atau Kejahatan Negara terhadap orang asli Papua, yang mengakibatkan pemusnahan etnis Papua. Dan masalah ketidakadilan dalam berbagai dimensi kehidupan yang mengakibatkan diskriminasi, marjinalisasi, dan minoritasi bagi orang asli Papua di atas tanah leluhur nya, maka pemerintah Indonesia yang memprotisir dengan memberikan otonomi Khusus No.21. Tahun 2001 tentang otonomi khusus adalah menjawab persoalan pelangaran HAM.

Walaupun otonomi khusus sudah diberikan oleh pemerintah pusat, namun semua sekmen tragedi-demi tragedi terus di alami hinga kini tak pernah sembuh dari ingatan masa lalu yang dapat intimidasi, ditelor, dianiaya, diperkosa, dibunuh dan dieksproitasi atas nama pembangunan nasional yang sudah, sedang dan akan dialami. Seandainya kalau berbicara tentang pembangunan nasional berarti tidak ada pembunuhan, penganiyaan, perambokkan, pemerkosan tak mungkin terjadi dibumi Papua.

Persoalan di atas terus dialami di bumi Papua maka perlu adanya pemisahan diri dari indonesia agar tidak terjadi namanya menderita dalam Pemerintahan Indonesia. Sama saja hidup dalam NKRI wajah Papua Barat kemarin, wajah Papua Barat hari ini dan wajah Papua Barat hari besok selama bangsa Papua berada dalam cengkeraman NKRI.

Berbagai konflik kepentingan ini mengingatkan orang asli Papua pada sebuah pernyataan Jenderal Ali Murtopo saat ditugaskan oleh Presiden RI (Soekarno) untuk merebut bangsa Papua Barat ke dalam NKRI. Ali Murtopo mengatakan: "Kami hanya mencintai tanah air dan kekayaan alam Papua, bukan mencintai orang Papua. Jika ada orang Papua yang mau merdeka, kami akan beritahu Amerika Serikat untuk pindahkan kamu ke bulan." 

Pelangaran demi pelangaran yang terus di alami dibumi Papua adalah bukan persoalanya tentang kebijakan dengan pemberian Otonomi khusus, UP4B dan otonomi Plus yang diharapkan oleh masyarakat Papua adalah kemerlataan, kesataran, keperpihakan kepada semua elemen masyarakat dengan pilar-pilar pembanguan yang diatur dalam Undang-Undang Otonomi Khusus Bagi propinsi Papua dan Papua Barat tidak jelas dalam hal aplikasinya tidak jelas. Dan yang ada hanyalah penderitaan yang tak kunjung hilang disetiap ingatan penduduk yang sudah, sedang dan akan terus hidup di seluruh tanah Papua.

Dengan demikian, semua yang mendiami di tanah Papua adalah saksi hidup atas penderitaannya sendiri. Biarlah orang menari di atas penderitan Orang Papua. Allah nenek moyang Papua sedang melihat dan bertindak atas keadilan di negerinya sendiri melalui putra dan putrinya yang terbaik, maka stop jangan diperlakuan negeri Papua ini semaumu. Sebab Tanah ini di perkati oleh leluhur orang Papua dan Tuhan sendiri yang sudah menenmpatkan orang Papua sendiri.

Orang Papua yang mau dan ingin adalah bangung Papua sendiri. Integerasi dengan Republik Indonesia hanya mendatangkan duka dan nestapa yang tidak pada tempatnya tak kunjung sembuh di setiap ingatan anak negeri bangsa Papua. Ketidak adilan terhadap bangsa Papua adalah kebodohan bangsa indonesia yang dengan sengaja mau menghabisi manusia Papua dari alam tempat nenek moyang bangsa papua menempati sekarang bukan bangsa indonesia yang berkulit putih, berlamput Panjang yang namanya orang indonesia jawa harus sadar hal ini dan jangan pernah berpikir bahwa bumi Papua yang sedang engkau mendiami itu adalah nenek moyang bangsa jawa yang berlamput panjang yang pernah hidup dan menempati.

Orang indonesia harus sadar bahwa perlakuan yang terus di lancarkan itu tindakan kebodohan. Ada pepata mengatakan bahwa “tindakan kekerasan adalah tindakan kebodohan”. Maka orang pemerintah Indonesia stop melancarkan kekerasan dengan pendekatan militerialisme di tanah Papua. Kekerasan demi keekerasan dan tuduhan demi tuduhan stigma adalah salah satu kebodohan yang dapat dipertunjukkan pemerintah Indoneia terhadap rakyat Papua.

Orang Papua tidak butuh dengan tindakan kekerasan. Orang Papua sekarang butuh itu adalah pendekatan. Pendekatan untuk menyeleaikan persoalan Papua dengan cara duduk dan bicara masalah Papua. Budaya orang Papua kalau mau bicara menyelesaian masalah itu duduk disalah satu rumah dan selesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Persoalan papua juga sama harus duduk bersama dengan pemerintah indonesia dan orang Papua duduk dan bicara untuk menyelesaikan persoalan Papua.

Pada zaman sekarang orang Papua tidak butuh melakukan tindakkan perlawanan. Tindakkan perlawanan adalah salah satu tindakkan kebodohan yang diajarkan Indonesia. Kebodohan yang dipertunjukan melalui keamanan indonesia itu tidak perlu lagi di tiru dan diterapkan.

Pada zaman sekarang harus menyelesaikan persoalan dengan pendekatan yang fundamental dan hakiki yang berorentasi pada pemikiran rasional untuk pencarian solusi yang paling tepat. supaya tidak ada kecurigan terjadi hanya karena kepentingan melakukan tindakan ketidak manusiawian. Manusia memperlakukan manusia di alamnya sendiri sebagaimana saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia sebagai Ciptaan-Nya yang paling mulia dari ciptaan yang lain.

Penulis adalah Putra asli Papua Krismas bagau yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu kampus perguruan tingi di ilmu pemerintahan di Yogyakarta.
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar