News
Loading...

Sembilan Kasus Penculikan dan Pembunuhan dalam Misi Negara RI di Sorong Papua Barat

Aksi Pembunuhan Berkelanjutan Terhadap Rakyat Papua Terjadi  September-Oktober 2013
Sorong Papua Barat Rakyat Papua terjadi korban dalam misi Negara untuk memusnakan rakyat Papua, kemudian untuk menguasai wilayah Papua, ini adalah pemusnahan ras atau Genosida di Papua terjadi terang-terangan. Selain, melalui racun, makanan, racun di rumah sakit kepada pasien, gugurkan anak bayi yang hendak melahirkan di ruang bersalin di setiap rumah sakit, minuman beralkohol, dan berbagai bentuk lainnya upaya genosida di Papua oleh Negara Indonesia.
Yoap SaramukHal ini terbukti dari tindakan nyata di Sorong Provinsi Papua Barat. Setelah penembakan di Aimas Sorong  pada tanggal 30-01 Mei 2013, tidak lama lagi 4 bulan kemudian penemuan mayat terjadi pada tanggal 4 September 2013 tepat pukul:12:45 WIT. Korban ditemukan tewas, seorang pelajar SMA kelas III (Tiga) atas nama Yoab Saramuk, Pria 15 Tahun  di kampung Wonsolo Distrik Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan.

Menurut keterangan keluarga korban melaporkan kepada sumber di Sorong, bahwa Anak tersebut pulang dari sekolah SMA YPK Teminabuan Kabupaten Sorong Selatan, hendak menuju ke rumah sendiri, namun dalam perjalanannya dibunuh oleh seorang yang berpakean topeng, setelah membununya buang di pingkiran jalan Sifai.
Matan YTanggal 2 September 2013 lalu, sekitar pukul 02:17 malam WIT, Seorang guru atas nama Matan Y dipukul babak belur di muka oleh Polisi, dan ditangkap tanpa bukti, ia ditahan di Polsek Aimas Sorong selama 3 hari tanpa bukti karena sebatas curiga membawa senjata tajam.
Pembunuhan dalam misi Negara kelanjutan terjadi terus di Sorong, setelah penemuan mayat Yoab Saramuk, pada tanggal 13 Sebtember 2013 pukul: 08:00 WIT mayat Daud Milis Pria 30 tahun ditemukan di kampung Magablo, Distrik Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan. Motof pembunuhan sama dengan Yoab Saramuk.

Pada tanggal 1 Oktober 2013 pukul: 07:00 WIT malam, Benny Giban Pria 28 Tahun hampir diculik dari orang muka bertopeng. Aktivis Kemerdekaan Papua di Sorong melaporkan, Benny Giban dengan Istrinya saat menuju dari kota Sorong ke Kabupaten Aimas KM 17, namun sebuah mobil Avanza warna putih dengan nomor Polisi DS 1513, mengikuti mereka dari kota. Sebelum tiba di tempat tujuan dari tengah jalan di KM 16, mobil Avansa tersebut melintasi di badan jalan raya sorong Aimas, dan hentikan motor yang dikemudi Benny dengan Istrinya itu, dan mereka dengan paksa turunkan Benny Giban dari motor dan masukan dalam mobil menuju ke arah  Aimas dengan kecepatan tinggi. Ketika itu terjadi Istri teriak minta tolong kepada warga di sekitarnya dengan teriakan “tolong-tolong-tolong….suami saya diculik dari orang-orang muka bertopeng”, ketika warga setempat dengar teriakan itu, kejar pelaku maka pelaku turunkan Benny Giban dari mobil dan tinggalkan di pinggiran jalan, kemudian pelaku melarikan diri hilang jejak.

Benny Giban lolos dari tangan pembunuh karena pertolongan warga setempat. Pelaku tidak dapat bunuh Benny namun dia dibius oleh pelaku, ketika ditanya bagimana diperlakukan oleh pelaku tidak dapat jawab ia pada kebingungan. Dia bawa pulang oleh istri ke rumah mereka. Hari berikutnya mobil DS 1513 berturut-turut datang depan rumah, maka Benny dan keluarganya pindah rumah.

Aktivis Kemerdekaan Papua di Sorong melaporkan, tanggal 14 September 213 Masyarakat kampung Woloin, Distrik Seremuk  Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat, menangkap 2 orang yang diduga melakukan pembunuhan mafia di wilayahnya. Mereka yang ditangkap yang diduga sebagai pelaku adalah Daud Saraun dan Edoson Momot, ketika mereka ditanya warga setempat, mengaku “kami sebagai penunjuk jalan dari 8 tim di wilayah ini untuk membunuh rakyat di Papua disini” kata berdua kepada masyarakat setempat dan kemudian melaporkan kepada sumber di Sorong.

Tanggal 8 Agustus 2013 waktu 08.00 WIT, Yosias Waromi Pria 27 tahun ditangkap oleh Polisi dari kesatuan Polresta Kota Sorong. Polisi memukul Yosias dengan hulu senjata di kepala dan ditendang di perut dan bagian muka babak belur berlumuran darah dimuka. Dia mengalami penyiksaan serius tanpa alasan yang tidak jelas, Polisi menangkap dia ketika Polresta Kota Sorong melalukakn swiping razia di Rufei Pante Sorong. Yosias ditahan satu malam kemudian paginya dibebaskan dari Polresta Kota Sorong.

Aksi orang bertopeng semakin meningkat di Sorong, penculikan dan propaganda dilakukan. Pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 01 00 WIT Malam, di kampung Malanu dan Rafidin Sorong, Papua Barat. Terjadi pengejaran dari rakyat dua kampung terhadap dua orang muka bertopeng. Warga Papua di kampung itu berhasil menangkap dan memukulnya namun dua orang itu lolos dari tangan warga dan melarikan diri hingga hilang jejak.
Melki KamesarSelanjutnya pada tanggal 15 Oktober 2013, balas dendam terjadi penikaman satu orang asli Papua, nama Melki Kamesar Pria 49 tahun. Ia ditikam ketika berada di rumah Jln, Jendral Sudirman Kompleks SMP Negeri 9 Kota Sorong. Korban ditikam dengan pisau sanggur, di bagian punggung dari orang muka yang bertopeng. Pelaku setelah menikamnya satu kali ia melarikan diri maka tidak dapat ditangkap pelaku. Maka korban tersebut evakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah Sorong di Kampung Baru, untuk mendapatkan bantuan perawatan tim medis.
Barang Sitaan Pendatang JawaKamis 10 Oktober 2013, pukul 07.00 WIT di Distrik Aimas, Kelurahan Mariat Pantai RT 5 RW 2, Kabupaten Aimas Sorong Papua Barat, rakyat setempat memukul dua orang yang memburuh orang Papua, adalah orang pendatang asal Jawa, dua orang tersebut dengan alasan mencari Sapi yang hilang komleks warga di Aimas. Namun 4 warga setempat mencurigai mereka dan memukul, kemudian periksa tas mereka didalamnya berisi Pisau Sawit, satu Baju Jeket warna hitam dan topeng warna hitam. Seteleh menemukan itu, memukul mereka hingga babak belur, karena selama ini terjadi pembunuhan oleh orang yang pake topeng dimuka, dan mereka membawa topeng itu, maka mereka itu adalah pelaku yang melakukan pembunuhan di wilayah itu.

Setelah itu, siang hari 8 kendaraan roda 4 dan dua motor rombongan dengan membawa parang dan pisau ke tempat kejadian untuk membela 2 orang yang dipukul warga Papua itu. Ketika mereka datang terjadi serangan antara warga Papua di Aimas dengan sejumlah orang Pendatang Jawa itu. Ketika bentrokan terjadi salah satu orang dari dua itu satu ditikam oleh warga setempat hingga tewas dan satunya lari diri dan bergabung dengan rombongan yang bersamanya pulang. Kemudian dalam bentrokan itu rakyat Papua tidak ada korban dan pendatang Jawa juga tidak hanya satu orang Jawa yang membawa pisau dan topeng dalam tas itu yang ditikam mati oleh warga setempat.

Setalah bentrokan pedatang Jawa pulang ke rumah mereka, namun rakyat setempat tahan 1 sepeda motor sebagai jaminan. Sore hari Polisi datang ambil motor itu serahkan kepada pemilik, kemudian masalah yang terjadi itu, pihak kepolisian tidak selesaikan persoalan itu dan biarkan saja. Dari tindakan itu dinilai bahwa ada kerjasama pihak kepolisian dan tim yang melakukan pembunuhan terhadap rakyat Papua di wilayah Sorong, Sorong Selatan dan sekitarnya.

Selanjutnya terkait itu, pada tanggal 12 Oktober 2013, Polisi ke tempat kejadian di Distrik Aimas itu dan menangkap 4 orang yang diduga sebagai pelaku pembunuhan orang pendatang Jawa itu, mereka yang ditangkap adalag ketua RT dan 3 orang lainnya, mereka interogasi oleh Polisi terkait pembunuhan. Kemudian siang harinya dibebaskan kembali pulang. Polres Aimas Sorong bawa 4 orang itu ke Polres Aimas, tidak lama kemudian puluhan Pendatang Jawa datang di kampung tersebut membakar 11 rumah milik warga asli Papua. Puluhan anggota Polisi dari Polres Aimas Sorong sama-sama dengan Pendatang Jawa di tempat kejadian, namun tidak melarang melakukan pembakaran rumah. Para anggota Polisi nonton pembakaran 11 rumah itu terjadi, hingga Pendatang Jawa dikawal Polisi Pulang kembali di rumah mereka masing-masing.Pembakaran RumahRumah-rumah yang dibakar barang-barang kekayaan pemilik rumah tidak lolos satu pun dari rumah, semua dibakar habis dengan rumah. Berikut ini nama-nama pemilik rumah yang dibakar dari Pendatang Jawa yang dikawal Polisi:
  1. Fredik Woloh petani
  2. Yoel Malaseme petani
  3. Teo Simol petani
  4. Salomina Simol petani
  5. Spenyel Syateks petani
  6. Gaspar Labot petani
  7. Satira Glakmuk petani
  8. Harum Malaseme PNS
  9. Laurens Artaks petani
  10. Simon Klasmea PNS
  11. Hendrikus Malasmea petani
Korban hingga sekarang, karena rumah mereka dibakar kesulitan tempat penginapan mereka, sebentara numpang dengan keluarga dekat mereka.

Papua Barat, 29 Oktober 2013, pukul 11.00 WIT malam, di Kota Sorong 3 orang terjadi korban penikaman diantaranya satu tewas. Penikaman terhadap 3 orang ini dilakukan dari sekolompok orang. Korban diantarannya (1). Edison Mubalus Pria  52 tahun tewas (2). Abraham Warijo pria 37 tahun luka tikaman pisau dirawat di rumah Sakit Umum Darah Sorong, (3). Yeheskiel Mobilala Pria 34 tahun luka-luka tikaman pisau dirawat di (RSUD) kota Sorong.

Terkait itu puluhan pihak korban pagi hari 29 Oktober 2013, pergi ke Polres Sorong Kota nuntut, ungkapkan pelaku, namun Kapolres Sorong tidak memberikan keterangan dan harapan akan selidiki kasus pun tidak, maka keluarga korban membakar roda mobil di badan Jln. Ahmad Jani Kota Sorong, dan palang jalan tebang pohon di pinggiran jalan masukan di badan jalan. Aksi pihak korban dilakukan karena korban ditikam tewas dan pelaku menghilang setelah bunuh korban. Kemudian dua orang luka tikam mengaku pelaku orang yang pake topeng di muka. Aksi orang berpakean topeng semakin meningkat dan semakin kurang orang asli Papua di Sorong.3 Korban Penikaman
Foto-foto selengkapnya:

Pelaku penikaman orang yang dibayar untuk membunuh rakyat Papua, karena cara ini sedang terjadi di wilayah Sorong, Aimas dan Sorong Selatan. Untuk lebih jelas tentang situasi yang sedang terjadi di wilayah Sorong, Aimas dan Sorong Selatan. Selengkapnya dibawah ini.

Ketika pembunuhan terhadap rakyat Papua merajalela terjadi di Sorong Selatan, Aimas dan Sekitarnya, memantau pelaku ternyata dua orang asli Sorong Selatan juga tergabung dalam 8 tim sebagai penunjuk jalan, bagi 8 tim untuk memburuh rakyat pro Merdeka dan Aktivis Papua Merdeka. Setelah memastikan oleh warga setempat kampung Woloin Distrik Seremuk Kabupaten Sorong Selatan, menangkap Daud Sraun adalah benar-benar terlibat dalam keanggotaannya. Daud Sraun mengatakan “Prabobo  perjanjian dengan 8 tim, mereka masing-masing tim digaji setiap bulan  Rp 50.000,000;- (Lima puluh Juta Rupiah)  selain itu, jika dari salah satu dari 8 tim berhasil membunuh Activis Papua Merdeka yang menjadi tarket, maka akan dibayar dengan bonus Rp 100.000,000;- (seratus  Juta Rupiah). Kemudian saya sebagia penunjuk jalan yang dipake oleh 8 tim itu, Hal itu diungkapkan Daud, usai interview oleh warga setempat.

Daud Sraun menyebutkan nama teman yang bekerja sama terkabung dalam tim itu adalah Edison Momot, maka masyarakat setempat di Distrik Seremuk menangkap dia dan tanya, maka Edison mengaku “Kami ini atas perintah Prabowo dan kami diutus 8 tim, dari 8 tim terdiri dari 15 orang, dari 15 orang dibagi 3 orang untuk memburu orang Papua”. Hal diungkapkan pada 14 September 2013 pukul 07.00 WIT tempat Kampung woloin, Distrik Seremuk  Kabupaten sorong Selatan.

Catatan:
Bahwa pembunuhan, penculikan dan propaganda terjadi di wilayah Sorong, Sorong Selatan dan Aimas adalah, upaya Negara untuk memusnakan orang asli Papua. Tindakan nyata dalam misi Negara terjadi di Wilayah Sorong Provinsi Papua Barat. Terbukti dari pengakuan pelaku diatas, dan dalam kasus pembakaran rumah, serta penangkapan 2 orang temukan pralatan untuk membunuh masyarakat Papua termasuk topeng untuk dikukanakan saat membunuh masyarakat dalam tasnya.

Pembunuhan merajalela yang terjadi di Wilayah Sorong, Aimas Sorong dan Sorong Selatan, yang disebutkan dalam laporan ini 8 tim utusan Prabowo pengakuan dari salah satu pelaku itu. Kebanyakan orang asli Papua di wilayah setempat yang dipasang dengan memabayar gaji mereka. Orang Papua tersebut karena terlanjut pake uang untuk membunuh rakyat Papua itu, jika tidak membunuh maka orang tersebut tetap akan diancam bunuh maka, mau dan tidak mau tetap pembunuhan dilakukan oleh orang Papua yang dibayar terhadap orang Papua lainnya diwilayah ini, terbukti kasus-kasus dalam laporan ini, dan lebih banyak tidak melaporkan karena belum ada data lengkap.

Terkait kejadian pembunuhan di wilayah ini, Kapolres Sorong AKBPE. Zulpan, S.IK mengelabui pembunhuan yang terjadi nyata-nyata di wilayahnya. Kapolres manyatakan melalui media Koran radarsorong.com edisi Kamis 17 Oktober 2013, bahwa “manusia bertopeng hanya isu dan kebohongan, karena kami belum mendapatkan kepastian tentang topeng ujar Kapres Sorong”.

Peristiwa berkelanjutan yang terjadi di wilayah ini, adalah genosaid. Tidak hanya pembunuhan dan penculikan terjadi di Papua namun, pembunuhan melalui racun minuman, racun rumah-rumah sakit melalui infus cairan, dan rumah sakit ruang bersalin gugurkan anak saat melahirkan serta melalui suntik KB, dan obat Tablet KB. Semua ini dalam program misi Negara untuk memusnahkan orang asli Papua.

Pernyataan:
Dari laporan diatas, tindakan yang terjadi di Wialayah Sorong Papua Barat adalah serius terbukti pelanggaran HAM dan Genosaid jerjadi, maka saya Aktivis Kemerdekaan Papua Barat melaporkan laporan ini dengan data bukti yang bertanggung jawab dan menyatakan atas kasus-kasus ini bahwa:
  1. Kepada Pemerintah Indonesia aparat Kepolisian di Wilayah Sorong, segerah tangkap pelaku pembunuhan orang bertopeng dan ungkapkan kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di Wilayah ini, dengan jujur bertindak sesuai aturan jangan bertindak diluar hukum yang berlaku di Negara Indonesia ini;
  2. Kepada Pemerintah Kabupaten Aimas Sorong, segerah bayar ganti rugi kepada korban pembakaran rumah, dan pelaku harus dipulangkan ke daerah asalnya, dalam waktu dekat;
  3. Kepada Prabowo, segerah menarik kembali anggota tim yang diutus untuk membunuh rakyat Papua di Wilayah Sorong, dan harus tanggungjawab atas pembunuhan di Wilayah Aimas Sorong, Sorog Selatan dan Sorong Kota.
  4. Kepada lemabaga LSM Nasional dan Internasional segerah selidiki peristiwa penculikan yang berkelanjutan terjadi di Wilayah Sorong dan tindak lanjut kepada pihak-pihak berwenang.
Demikian Pernyataan ini dibuat untuk keselamatan orang asli Papua yang menjadi korban di Wilayah ini dengan rasa bertanggungjwab, dan atas perhatian serta kerjasama anda saya ucapkan terima kasih.

Jayapura 31 Oktober 2013
           ttd
By Yasons Sambom
West Papua Independence Activist

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar