Ketua Sinode GKI Tanah Papua, Pendeta Alberth
Yoku dalam satu sesi sidang Majelis Dewan Gereja
Dunia ke-10 di Busan, Korea Selatan. (Dok. PCC)
|
Jayapura, 8/11 – Gereja-gereja di Papua Barat memutuskan
untuk bergabung dengan blok Pasifik (Pacific Conference of Churches)
sebagai sebuah langkah terbuka terhadap penentuan nasib sendiri paska
sidang Majelis Dewan Gereja Dunia ke-10 di Busan, Korea Selatan, yang
berakhir hari ini (8/11).
“Kami adalah orang-orang Pasifik dan percaya bahwa hubungan budaya
dan geografis kita membawa kita untuk bergabung dengan PCC dan
saudara-saudara kita di wilayah (Pasific-Red) ini,” kata Leonard Imbiri,
salah satu delegasi Papua Barat yang hadir dalam sidang Dewan Gereja
Dunia ini kepada Jubi (8/11).
Seminggu bekerja bersama rekan-rekan dari Gereja-Gereja Pasifik,
menurut Leonard, telah membawa mereka lebih dekat kepada komunitas
Gereja Pasifik.
“Pekerjaan gereja-gereja Pasifik dalam penentuan nasib sendiri sangat menggembirakan dan kami ingin menjadi bagian dari itu.” lanjut Leonard.
“Pekerjaan gereja-gereja Pasifik dalam penentuan nasib sendiri sangat menggembirakan dan kami ingin menjadi bagian dari itu.” lanjut Leonard.
Sekretaris Jenderal Pacific Conference of Churches, Pendeta Francois
Pihaatae, dalam kesempatan yang sama, kepada Jubi mengatakan jika ia
telah mendengar keinginan Gereja di Papua Barat untuk menjadi anggota
PCC. Meski disebutkan beberapa kali usaha gereja-gereja Papua untuk
bergabung dengan PCC ditentang oleh Konferensi Kristen Asia (CCA),
Pendeta Francois Pihaatae sangat menyambut baik langkah tersebut.
“Saya telah diberitahu oleh sumber dalam CCA bahwa mereka tidak
keberatan untuk gereja-gereja Papua bergabung dengan PCC.” kata Pendeta
Francois Pihaatae.
Selama berlangsungnya sidang Dewan Gereja Dunia ini, didukung oleh
perwakilan gereja-gereja Australia dan Papua Barat, perwakilan Pacific
berbicara menentang apa yang mereka sebut sebagai penyalahgunaan sumber
daya, penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan dan kegagalan untuk
mengambil tindakan terhadap dampak perubahan iklim serta penentuan nasib
sendiri.
“Para pemimpin kita juga harus berbicara tentang isu-isu penentuan nasib sendiri bagi masyarakat adat termasuk di Papua Barat, suku Aborigin di Australia dan tempat lain di seluruh Pasifik,” kata Pastor Roberta Stanley dari Uniting Church di Australia.
Salah satu aktivitas perwakilan Pasific adalah meluncurkan sebuah
petisi yang meminta dan menyerukan kepada dunia untuk mengakhiri
pembunuhan sewenang-wenang di Papua Barat yang dilakukan oleh pasukan
keamanan Indonesia. Petisi ini telah ditandatangani oleh 12 anggota PCC
dan telah diserahkan kepada World Conference Church (WCC), kemarin
(Kamis, 7/11).
“Gereja-gereja berharap petisi tersebut akan merupakan bagian dari
pernyataan penutupan WCC hari ini kata Pendeta Francois Pihaatae . (Jubi/Victor Mambor)
sUMBER : WWW.tabloidjubi.com
0 komentar :
Posting Komentar