Rakyat Papua saat mengantarkan jenasah Alm. Theys Eluay di Sentani (www.westpapua.nl/(Foto: Charles Dharapale, infopapua.com) |
Timika, 8/11 — Ketua Umum Dewan Adat Papua (DAP),
Forkorus Yaboisembut mengatakan, tanggal 10 November, telah ditetapkan
sebagai Hari Tragedi Kemanusiaan Papua Barat (Humanity Tragic Day Of
West Papua).
Hal ini disampaikan melalui surat pidato Presiden Presiden Negara
Federal Republik Papua Barat (NRFPB) dan juga sebagai Ketua Umum Dewan
Adat Papua (DAP) dalam rangka memperingati Hari Tragedi Kemanusiaan
Papua Barat (Humanity Tragic Day of West Papua), yang diterima tabloidjubi.com, melalui pesan surat elektronik, Jumat (8/11).
Forkorus menjelaskan, mengapa 10 November ditetapkan sebagai Hari
Tragedi Kemanusiaan Papua Barat? Karena Ondofolo Dortheis Hiyo Eluay
(Theys) sebagai Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Provinsi Irian
Jaya ( sekarang Papua dan Papua Barat ), juga sebagai Ketua Presidium
Dewan Papua (PDP), serta sebagai Pemimpin Bangsa Papua telah diculik dan
dibunuh oleh Komando Pasukan Khusus (KOPASSUS) Tentara Nasional
Indonesia (TNI) tepatnya pada tanggal 10 November 2001 di Jayapura.
“Theys sebagai pemimpin besar bangsa Papua dapat mewakili baik semua
pemimpin di setiap level/strata, maupun hari-hari di mana ratusan ribu
rakyat bangsa Papua mulai dari bayi dalam kandungan sampai orang tua
laki-laki dan perempuan yang telah disiksa dan dibunuh oleh Tentara
Nasional Indonesia (TNI) dan Polisi Indonesia sejak tahun 1962 sampai
sekarang. Untuk mempertahankan aneksasi secara abadi tanah-air Papua
Barat oleh Pemerintah Republik Indonesia,” ucap Forkorus, dalam surat
pidato tersebut yang ditulis dari dalam penjara Klas II Abepura, Jumat
(8/11).
Dikatakan, Theys Eluay yang menghargai undangan KOPASUS untuk
perayaan Hari Pahlawan Indonesia, 10 November 2001, malah diculik,
disiksa dan dibunuh di dalam mobilnya bersama sopirnya Aristoteles
Masoka. Itulah salah satu bentuk pembunuhan dengan tipu daya muslihat.
Kesopan-santunan serta penghargaan dan penghormatan Theys yang mewakili
kita dibalas dengan kejahatan pembunuhan.
Mengapa terus terjadi kejahatan kemanusiaan dalam berbagai bentuk di
atas tanah-air Papua Barat dan juga di seluruh planet bumi kita ini ?
Kapan ada kejahatan kemanusiaan di planet bumi ini ? Jika, kita baca
ceritera dalam Alkitab tentang Kain dan Habel dua orang atau manusia
bersaudara itu, kita pasti tahu, bahwa sejak Kain membunuh adik
kandungnya Habel, kejahatan kemanusiaan sudah ada di bumi ini.
Pihaknya bertanya, mengapa terus terjadi kejahatan kemanusiaan ?
Karena ada perasaan hati yang negatif. Seperti iri hati, sombong atau
angkuh serta egois, yang dengan kata-kata lain disebut perasaan tamak
atau rakus (greedy). Tamak akan kekayaan harta benda, tamak akan
kekuasaan, ketenaran, pangkat, jabatan dan lain-lain hal yang sejenis.
“Tetapi kalau kita teliti secara baik-baik, bahwa semua sifat yang
negatif yang timbul dari dalam hati karena ada perasaan kekuatiran dan
rasa takut yang berlebihan dalam kehidupan secara pribadi maupun
kolektif. Misalnya, takut tidak dapat makan dan minum yang enak. Takut
tidak dapat jabatan atau takut kehilangan jabatan dan harta benda. Takut
disaingi oleh teman atau lawan kita,” tuturnya.
Perasaan takut dan kuatir akan kehidupan membuat kita iri hati, egois
atau tamak (greedy). Sehingga kita mencari berbagai cara, baik yang
halal maupun yang jahat. Sebagai solusi penyelesaian konflik batin, rasa
kuatir dan takut akan kehidupan di dunia. Sehingga kita melakukan
kejahatan kemanusiaan di mana-mana di seluruh dunia. Tetapi, kita juga
sadar atau tidak telah dan sedang melakukan kejahatan kemanusiaan karena
ada hawa nafsu untuk menikmati semua yang kita inginkan.
Pada moment Hari Tragedi Kemanusiaan Papua Barat (Humanity Tragic Day
of West Papua), 10 November 2013 ini, saya mengajak kita semua
introsfeksi diri kita, secara pribadi maupun secara kolektif di setiap
suku-suku dan sebagai bangsa Papua di negeri Papua Barat dan merobah
gaya hidup (life style). Agar kita tidak terus hidup dalam melakukan
kejahatan kemanusiaan terhadap keluarga, orang tua, saudara/i kita,
teman maupun pihak lain.
Apabila kita dijahati orang rasa sakit, maka orang lain yang mengalami kejahatan kita juga menderita rasa sakit yang sama.
Oleh karena itu, Forkorus Yaboisembut mengajak, semua rakyat Papua
untuk berjuang dengan cara-cara damai, serta menghargai nilai-nilai hak
azasi manusia, azas-azas demokrasi, dan prinsip-prinsip hukum
internasional. Dengan landasan itu, kita meminta Pemerintah Indonesia
untuk menerima inisiatif tawaran negosiasi atau perundingan langsung.
“Terutama, untuk mengatur proses pengakuan dan peralihan kekuasaan
kedaulatan pemerintahan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia kepada
Negara Federal Republik Papua Barat secara damai,” paparnya.
Pemerintah Republik Indonesia tidak perlu kuatir dan takut kehilangan
tanah-air Papua Barat dengan sumber daya alamnya. Karena Tuhan Yang
Maha Esa, Mahakuasa, Mahakasih dan Penyayang pencipta alam semesta dan
isinya pasti mengaruniakan berkat kepada setiap pulau milik Bangsa
Indonesia. Oleh karena itu, takut kepada Tuhan Allah dan melaksanakan
perintah Nya sebagai sumber dari segala sumber berkat. Perintah Tuhan
Allah bagi Pemerintah Republik Indonesia sangat jelas, yakni menjadi
rahmat bagi setiap makhluk.
Salah satu wujud dari menjadi rahmat bagi setiap makhluk adalah
dengan mengakui kemerdekaan kedaulatan Papua Barat dan melakukan proses
peralihan kekuasaan kedaulatan pemerintahan kepada Negara Federal
Republik Papua Barat (NRFPB) atas negeri Papua Barat.
Bapak/Ibu/Sdr/i pada moment Hari Tragedi Kemanusiaan Papua Barat
(Humanity Tragic Day of West Papua), 10 November 2013 ini, kita patut
mendoakan sesama umat manusia di belahan lain di bumi ini, yang juga
mengalami peristiwa kejahatan kemanusiaan. Agar para pemimpin mereka
baik pemerintahan yang sedang berkuasa, maupun para pihak oposisi dapat
merobah cara pandang atau gaya hidup (life style) mereka yang egois atau
tamak (greedy). Sehingga rakyat di sana
dapat hidup lebih aman, damai dan sejahtera, serta dapat berimbas
kepada perdamaian di seluruh dunia. Karena ada saling menghargai dan
menghormati hak masing-masing pihak di atas tanah-air mereka dengan
pengakuan dan pengaturan secara adil.
Bila ada yang merencanakan pelaksanaan dalam bentuk lain, seperti
melakukan demo damai. Harap supaya benar-benar dalam suasana damai,
tertib, aman, dan terkendali. Kepada pihak aparat polisi dan militer
Indonesia supaya dapat memberikan kesempatam kepada penyampaian pendapat
di depan umum. Jangan dibatasi dengan alasan tidak ada Surat Tanda
Terima Pemberitahuan (STTP) dari Polisi. Hal itu menunjukan adanya sikap
dan tindakan diskriminatif, dan merupakan salah satu bentuk pelanggaran
hak azasi manusia Papua Barat yang nyata pada tahun 2013 berlaku. Ada
apa di balik itu semua ?
“Demikianlah sambutan saya, sebagai Presiden Negara Federal Republik
Papua Barat (NRFPB) dan juga sebagai Ketua Umum Dewan Adat Papua (DAP)
dalam rangka memperingati Hari Tragedi Kemanusiaan Papua Barat (Humanity
Tragic Day of West Papua), 10 November 2013. Atas perhatian dan kerja
samanya saya sampaikan terima kasih! Syalom! Tuhan Yesus beserta kita,”
demikian kata Forkorus mengakhiri pidatonya.
Dari informasi yang diterima, terkait dengan ditetapkannya hari
tersebut, selanjutnya pada Sabtu (9/11) besok, akan diadakan ibadah
bersama oleh para petinggi Dewan Adat Papua di Jayapura.
“Yah, selain jumpa pers, kita juga akan memperingati Hari Tragedi
Kemanusiaan, 10 November 2013 dalam bentuk Ibadah Syukur, yang
direncanakan pada hari Sabtu, 11 November 2013. Tempat dan waktu ibadah
disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing,” kata Ferdinand
Okoseray, salah satu pengurus DAP, ketika dikonfirmasi tabloidjubi.com. (Jubi/Eveerth)
sUMBER : WWW.tabloidjubi.com
0 komentar :
Posting Komentar