News
Loading...

DAP: PEMEKARAN UNTUK SIAPA?

Rakyat Papua TIdak menginginkan adanya pemekaran di tanah Papua (Foto: umaginews.com)
Jayapura, 4/11 —Ketua pelaksana harian Dewan Adat Papua (DAP) Willem Rumasep mempertanyakan motivasi pemekaran wilayah yang marak diperjuangkan elit politik pemerintah Indonesia di daerah Papua.

“Pemekaran, untuk siapa?” tanya Rumasep, Selasa (5/11) di Jayapura,  mengkritisi pengusulan 30 pemekaran kabupetan/kota dan 3 profinsi di Papua yang kini ada di meja pemerintahan pusat di Jakarta.

Menurut Rumasep, alasan logis apapun yang diusung tim pemekaran wilayah tidak akan terwujud. Alasan yang kelihatan mengatasi persoalan akan berubah menjadi sumber persoalan baru.

Alasan membuka isolasi akan berubah menjadi pembuka jalan masuk orang luar menguasai wilayah orang asli. Alasan mensejahterakan rakyat akan berubah menjadi jalan pemiskinan bagi rakyat Papua disela-sela dominasi orang yang mendatangi mereka.

Rumasep sangat yakin perubahan ini akan terjadi kalau pemekaran benar jadi. Alasannya orang yang menjadi objek wilayah pemekaran belum siap mengisi peluang pekerjaan yang ada. “Sumber daya manusia Papua belum siap secara utuh. Beberapa orang Mapi yang siap? Berapa orang Grimennawa yang akan mengisi wilayah pemekaran. Orang Grimennawa yang ada di Jayapura dan beberapa wilayah akan ke sana. Tempat lama, siapa yang akan isi?”

Rumasep khawatir kekurangan itu menjadi peluang bagi orang lain yang memenuhi syarat pendidikan menduduki jabatan atapun menjadi pegawai instansi pemerintah. Kemudian orang asli tersingkir di negerinya sendiri. “Orang asli pasti menjadi penonton,” tegasnya.

Kenyataan itu terbukti dalam tes CPNS di beberapa kabupaten pemekaran di Papua pada tahun 2013 ini. Contohnya, kabupaten Pengunungan Bintang. Jumlah orang asli dengan pendatang sangat seimbang namun dari segi status pendidikan orang asli kalah.

“Sebagian besar orang asli test di Jalur SMU, sedangkan D2, D3, dan S1 didominasi oleh pendatang,” tutur Lidia Siep, salah satu peserta tes CPNS di kabupeten Pegunungan Bintang, Selasa (5/11).

Dari contoh yang ada, menurut ketua Dewan Adat Papua (DAP) wilayah La Pago, Lemok Mabel, pemerintah harus jujur dengan syarat pemekaran wilayah. “Kalau jujur semua wilayah pemekaran tidak memenuhi syarat penduduk. Satu kampung 7 orang lalu menjadi daerah kabupaten ini sangat lucu,” tegasnya.

Permainan ini, menurut Lemok, satu lingkaran baku tipu pemerintah daerah, pusat dan tim pemekaran wilayah di Papua demi kepentingan pihak masing-masing.

Lemok menilai pemekaran tidak memenuhi syarat ini adalah satu kepanikan pemerintah dalam menyelesaikan persoalan Papua. “Jangan sampai ini bentuk lain dari genosida dan kepanikan pemerintah Indonesia.” (Jubi/Mawel)

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar