Tanah Papua dan Logo AMP. Ilustrasi. |
Yogyakarta, -- Aliansi
Mahasiswa Papua (AMP) Komite
Kota Yogyakarta, malam ini, Sabtu (9/11/13) menggelar Nonton Bareng, dan
Mimbar Bebas untuk Tarian dan Orasi di Titik Nol Km, Malioboro,
Yogyakarta, tempat
teramai dikunjungi kawula muda dan warga Yogyakarta di malam Minggu.
Acara ini
dihadirkan AMP untuk memperingati Hari Kematian Demokrasi, Hari kematian
Ondofolo Theys Hiyo Eluay, yang dibunuh Kopassus RI pada 11 November 2001, dini
hari.
Setelah
matahari bersembunyi dan malam merajai jagad, seluruh mahasiswa, pelajar dan
masyarakat Papua di Yogyakarta, dikoordinir AMP bergerak menuju Malioboro. Pukul 18.00 WIB, AMP telah
siap memulai acara, tetapi ditentang beberapa Polisi Indonesia
Polisi Larang Putar
Menurut
Polisi, putar video pelanggaran HAM di Papua dan nonton bersama akan mengganggu suasana, keamanan, dan kurang baik
bagi khalayak umum, karena video yang akan diputarkan berbau politik.
Namun AMP
mengatakan, video itu tidak berbau politik. Itu resmi pelanggaran HAM di Tanah
Papua, dan itu adalah realita yang ada.
AMP ingin
seluruh warga Yogyakarta tahu, seperti apa kondisi Papua. Sehingga, kata
Alfrid, salah satu anggota AMP, warga Jogja, bila setiap kali melihat mahasiswa
Papua aksi, tidak kaget lagi, karena telah tahu, apa yang melatarbelakangi mahasiswa sehingga harus
menuntut Papua Harus Merdeka.
Akhirnya,
setelah ada ketegangan dan pembicaraan yang alot dengan Polisi, AMP diizinkan
menonton video yang telah disiapkan.
Berkaitan
dengan tindakan polisi ini, salah satu anggota AMP mengatakan,seperti itu tidak
harus terjadi di negara demokrasi.
"Seperti
ini (Pelarangan) mestinya tidak boleh terjadi. Apalagi ini negara demokrasi.
Itu juga kalau Polisi hayati demokrasi itu, karena kalau polisi Papua semua
tidak paham demokrasi," katanya.
Ribuan yang Hadir, Acara Ramai
Ternyata,
ribuan mahasiswa Papua hadir. Kemacetan terjadi. Malioboro macet total. Bukan
hanya mahasiswa Papua, mahasiswa luar Papua di Yogya, warga Yogya, Intel,
Polisi, dan para penjual pun merapat.
Praktis,
hanya tersisa sedikit ruang kosong di tengah. Ribuan masa membentuk lingkaran
tanpa diperintah. Di depan ada infokus milik AMP, dan tulisan besar: "Negara Harus Bertanggungjawab atas
Pelanggaran HAM di Tanah Papua."
Acara
dimulai dengan mengheningkan cipta, untuk mengenang jasa para pahlawan penegak
berkibar terusnya Sang Bintang Kejora yang dibunuh TNI, dan untuk menghormati
mereka, para pejuang Papua Merdeka saat ini, yang tetap gigih berjuang, walau
itu menuntut konsekwensi teramat mahal: pemukulan, penyiksaan, penjara, bahkan sampai kematian.
Semua
kepala tertunduk. Instrumen lagu kebangsaan Negara Papua; 'Hai Tanahku Papua'
mengiringi. Beberapa mahasiswa terlihat mengusap air mata.
Setelah
kata-kata
pembukaan, acara berlanjut pada waktu untuk Orasi dan penampilan tarian
pembuka. Sebanyak 3
mahasiswa perwakilan AMP berorasi, mengajak semua lapisan masyarakat di
Malioboro untuk melihat sekelumit derita Papua dan pelanggaran HAM
melalui
video.
Video Diputar, Banyak Pengunjung Menangis
dan Berteriak
Video
itu
berdurasi 30-an menit. Isinya adalah tentang realita pelanggaran HAM di
Papua. Tayangan dimulai dengan bendera Sang Bintang Kejora yang
berkibar gagah di tengah rimba Papua.
Kemudian,
terlihat anggota TNI memukul warga di Papua, menyiksa dengan menembak hingga
tali perutnya keluar semua, membakar jenggot dan membakar mata dengan api
rokok, semua ditampilkan.
Juga,
bagaimana TNI menyiksa warga di Papua dengan membakar kemaluan dengan besi
panas, juga ditampilkan. Penganiayaan, dan mayat-mayat orang Papua yang dibunuh
TNI juga ditampilkan.
Pengunjung
berteriak histeris melihat video ini. Ada yang tak henti-hentinya
menggeleng-geleng kepala. Ada beberapa mahasiswa Papua yang menangis histeris.
Selebihnya terlihat mengusap mata mereka.
Semua
mengutuk tindakan biadab negara ini terhadap orang Papua, melalui militer
Indonesia di tanah Papua.
"Kita tahu
bahwa Papua tertutup dari akses wartawan asing. Lokal pun dipersulit. Video ini
hanya gambaran kecil dari pelanggaran HAM, bagaimana orang Papua dianggap tidak
lebih dari binatang, yang sempat diabadikan. Ada yang lebih mengerikan, yang
sampai kini belum diabadikan. Hanya alam dan Tuhan yang tahu, betapa kejinya
tindakan Militer Indonesia," kata Abbi, anggota AMP.
Solidaritas dari Sanggar Tari dan
Illalang Zaman
AMP tidak
hadir sendiri. Sanggar Tari gabungan, yakni dari tanah Papua, Maluku, Timor (Flores) dan Negara Timor Leste juga
hadir, meramaikan peringatan kematian bapak bangsa Papua, Theys Hiyo Eluay.
Beberapa
tarian yang ditampilkan adalah, Tari Lilin dari Timor Leste, Tari dari Atambua,
Tari dari Ambon, dan tari Pangkur Sagu dari Tanah Papua.
Sementara
grup musik Illalang Zaman tampil menutup seluruh rangkaian kegiatan dengan
ajakan: "Papua, jangan diam, tetap lawan.
Jangan diam Papua."
Lagu "Jangan
Diam Papua" pun ditampilkan. Ribuan pengunjung juga ikut bernyanyi.
"Saya
terharu. Ternyata ada grup dari luar Papua, malah menyanyi mengajak seperti
ini. Luar biasa," kata seorang mahasiswa Papua terharu.
Akhirnya,
pukul 11.20 WIB, acara diakhiri dengan doa. Selanjutnya, waktu dan tempat
diberikan kepada Grup Tari Gabungan, dari tanah Papua, Maluku, Timor (Flores) dan Negara Timor Leste tadi
untuk menghibur pengunjung. (MS/Topilus
B. Tebai)
Sumber : www.majalahselangkah.com
0 komentar :
Posting Komentar