YOGYA. . Theys Hiyo
Eluay adalah seorang tokoh atau ketua PDP Papua yang sudah diculik dan dibunuh
oleh KOPASUS dan gabungan TNI Indonesia pada, sabtu malam, tanggal 10 November
2001 lalu.
Sejak Theys
masih hidup, banyak kegiatan yang dia lakukan demi tanah dan masyarakat Papua.
Dibawah kepemimpinan singkat dua presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie dan
Abdulrrahman Wahid, sejumlah kemajuan demokrasi mulai nampak di Bumi Papua.
Dalam kesempatan itulah masyarakat Papua memanfaatkan untuk melangsungkan
kongres II tahun 2000. Theys dan kawan-kawanya dipercayakan menjadi pengurus
Presidium Dewan Papua (PDP). Theys
dipercayakan sebagai ketua, Tom Beanal sebagai wakil ketua, Thaha Mohammad Al-Hamid sebagai sekretaris (sekjen).
Roh nafas
Perjuangan Theys selalu menghirup bersama-sama dengan jeritan dan tanggisan
anak negeri bangsa Papua ras Melensia yang selalu saja terjadi pembantaian,
penaganiayaan, pemerkosaan, dan pembunuhan. Theys, tidak hanya menjadi pendengar,
melihat, dan penontong setia terhadap semua tindakan ketidakmanusiawi yang
dilakukan oleh militer di bumi Papua tetapi, Theys berusaha untuk bersuara dan
bertindak melawan semua tindakan ketidak manusiawi itu.
Setelah
Theys menyaksikan tindakan-tindakan ketidakmanusiawi itu, Theys pun tergerak
hati untuk tetap membela kepada masyarakat Papua dan mulai menjalankan tindakan
perlawanan dengan cara yang aman, demokratis, jujur, dan damai.
Sekalipun saat
itu tindakan militer di Papua memancing emosi rakyat Papua, Theys selalu
berusaha untuk menyadarkan masyarakat Papua “jangan melawan kejahatan dengan
kejahatan” cukup kita berjuang melawan dengan damai.
Perjuangan
yang penuh kedamaian itu membuat orang-orang lain tersiksa. Akhirnya
orang-orang yang tersiksa dengan perjuangan damai itu melakukan beberapa cara
untuk menggugurkan Theys. Dalam satuan brimob, polisi, gabungan TNI/PORLI
selalu berusaha dengan berbagai cara untuk hilangkan nyawa pejuang kebenaran,
kemerdekaan rakyat Papua tersebut. Namun, sayangnya, kebenaran itu berasal dari
Allah dan tidak bisa kalahkan maka Theys selalu terhindar dari rencana-rencana
jahat dari militer yang diliarkan oleh negara Indonesia.
Dalam
perjuangan damai itu; Theys ditahan dalam rumah tahanan Indonesia (penjarah)
dengan alasan pengibaran bintang kejora dengan cara yang damai pula. Namun,
karena tidak ada bukti yang membuat beberapa saksi tidak mau hadir dengan
alasan yang tidak benar “sakit” maka untuk mau membicarakan tentang kenapa
Theys hidup dalam penjara itu selalu saja ditunda. Hal itu sudah jelas
mengatakan bahwa, Theys ditahan karena pembelah, pejuang menujuh kemerdekaan
rakyat Papua melalui jalur damai.
Semua perjuangan
Theys selalu dilaksanakan dalam damai, bermartabat dan demokratis. Semua
masyarakat Papua maupun non Papua yang ada di bumi Papua tertarik dengan
perjuangan damai yang dijalankan Theys demi tanah dan manusia Papua. Perjuangan
damai Theys itu menarik perhatian dari berbagai kompenen masyarakat baik dari
dalam negeri maupun luar negari.
Hidup adalah
perjuangan maka ia berjuang dan Theys hidup maka ia berjuang untuk tanah dan
masyarakat Papua yang sama rasnya “Melanesia”. Perjuangan Theys bukan untuk dirinya
sendiri tetapi perjuangannya adalah bagi penegakan hak-hak dasar masyarakat
Papua, penegakan kebenaran dan keadilan bagi manusia Papua sebagai manusia yang
sama dengan manusia-manusia lain di muka bumi ini.
Theys adalah
sosok pejuang damai. Mengapa? Salah satu jawaban adalah orang Papua adalah
orang yang beradab. Sementara itu, pengaruh Theys yang begitu besar dalam
menyadarkan manusia Papua demi mengangkat harkat dan martabat manusia Papua.
Lelaki yang diangkat dan dipilih secara
demokratis oleh Kongres II Papua sebagai ketua PDP ini, mempunyai cara
kepemimpinan yang begitu elegan.
Perjuangan
Theys telah menunjukan di publik bahwa bangsa Papua adalah bangsa yang beradab,
bangsa yang menghargai kemanusiaan, dan bangsa yang ingin damai dengan siapapun
di muka bumi ini. Di tempat lain boleh rusuh tetapi tidak boleh terjadi di
Papua. Di ras lain boleh melakukan kejahatan dan membalas kejahatan dengan
kejahatan tetapi orang Papua ras Melanesia tidak seperti itu. Orang Papua Ras
Melanesia adalah orang yang memiliki kemanusiaan yang mana harus hidup damai
antara sesama manusia.
Perjuangan
damai Theys telah menyerut banyak komentar posisitf.
Menurut Pieter Ell, Kordinator Kontras Papua,
perjuangan yang dilakukan oleh Theys ini sama persis seperti yang dijalani oleh
Mahatma Gandhi dari India, yaitu memakai cara non violence “berjuang tanpa kekerasan”. Sementara itu, pendeta Infandi menilai, Theys sebagai orang yang
mempunyai jiwa besar dan bisa menerima semua orang. Theys merupakan orang yang
selalu berstandar pada Tuhan. Theys selalu mengatakan bahwa perjuangan ini
tidak tergantung pada Indonesia atau negara manapun. Tapi, semua tergantung
pada Tuhan.
Banyak kalangan
menilai Theys merupakan tokoh pembaharu yang membawa damai di negari Papua. Ia
dianggap sebagai tokoh yang punya peran besar dalam stabilitas keamanan di
Papua. Rakyat Papua yang sudah sekian lama dan hari demi hari selalu hidup
dalam segala bentuk kekerasan dari militer itu, mereka sangat berhadap kepada
Theys untuk bisa dibebaskan dari tindakan-tindakan kekerasan militer terhadap
diri mereka. Tidak heran, banyak rakyat Papua turun aksi menutupi jalan di kota
jayapura dan di seluruh Papua atas kepergiannya Theys. Kepergian Theys
mendatangkan luka yang mendalam bagi masyarakat Papua. Tidak heran banyak yang
mengutuk bahwa tindakan yang dilakukan terhadap Theys adalah tindakan biadab
dan diluar prikemanusiaan.
Karena Theys
pejuang kemerdekaan bangsa Papua melalui jalur damai yang dikagumi karyanya
oleh banyak orang di publik maka, orang-orang yang mempunyai keinginan untuk
menjajah orang Papua itu mencari jalan sepintas untuk menghilangkan nyawa Theys
sebagai tokoh Papua yang sedang berjuang kemerdekaan umat manusia Papua. Theys
kembali diculik dan dibunuh oleh TNI/POLRI dan gabungan satuan militer/Kopasus
pada, malam sabtu, 10 November 2001 di Jayapura.
Drama
penculikan Dortheys Hilo Eluay terdengar di telinga manusia Papua, meledaklah
reaski kemarahan yang luas di kalangan masyarakat. Sejumlah ibu yang menepis
kabar burung yang berkembang bahwa penculikan dan pembunuhan ketua PDP oleh
Militer indonesia maka, ibu-ibu Papua itu menanggis dalam bahasa masing-masing
suku sambil bernyanyi mengkritik kepada pelaku penculikan dan pembunuhan Theys
sebagai harapan masyarakat menuju kemerdekaan Papua.
Dari semua
perjuangan Theys yang menempu melalui jalur damai itu, akhirnya Theys pulang
kepada BAPA di SURGA dalam keadaan yang terpaksa. Bukan Theys sendiri yang
pulang kepada BAPA di SURGA tetapi MILITER INDONESIA yang memulangkan Theys
kepada BAPA di Surga. Satu kalimat yang terpopuler dalam perjungan Theys adalah
“ketika saya meninggal, pasti saya masuk
surga. Dan dari surga, saya ketemu dengan orang Indonesia saya akan lari keluar
dari surga. Kalau malaikat Tuhan tanya saya; kenapa kamu lari? Karena saya
takut orang indonesia jajah saya di surga.”
Dalam duka
yang mendalam, masyarakat Papua kembali mengatakan; pena untuk menuliskan
perjuangan belum berakhir. Pena bangsa Papua masih tetap eksis untuk merahi
poin kemerdekaan Papua. Kepergian Theys memang ada luka yang susah sembuh dalam
hati masyarakat Papua tetapi perjuangan Papua tidak akan berhenti. Sekalipun
bapak Theys sudah tidak ada di dumi Papua, perjuangan Papua tetap akan
berjalan. Meskipun suara-suara perjuangan melalui jalur damai sudah hilang,
perjuangan Papua akan dilanjutkan oleh generasi Papua. Disanan masih hidup kata
bijak “patah satu, tumbuh seribu”. (Bidaipouga)
Sumber : www.timipotu.blogspot.com
0 komentar :
Posting Komentar