*Oleh:
Jackson Ikomou
“Dana
bantuan Sosial Provinsi Papua lebih banyak diterima oleh Pejabat-pejabat di
Papua bahkan Staf khusus Presiden Republik Indonesia Velix Wanggai, sedangkan
Rakyat kecil menderita. BPK perluh bertindak tegas mengenai aliran Dana Bansos
untuk meminta Laporan Pertanggung Jawaban (LPJ)”
Bantuan sosial adalah pemberian bantuan
berupa uang/barang dari Pemerintah Daerah kepada individu, keluarga, kelompok
dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan selektif yang
bertujuan untuk melindungi dari kemungkinan terjadinya resiko social
Bantuan sosial dapat diberikan dalam
bentuk uang atau barang kepada anggota/kelompok masyarakat.
Pemberian bantuan sosial disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah dan dilakukan secara selektif serta setelah
memprioritaskan pemenuhan belanja urusan wajib yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-Undangan
Agar dapat menunjang pencapaian sasaran
program dan kegiatan pemerintah daerah dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan,
rasionalitas dan manfaat untuk masyarakat.
Bantuan sosial kepada anggota/kelompok
masyarakat sebagaimana dimaksud adalah ada dua hal. yakni,
Pertama; Individu, keluarga dan/atau
masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis
sosial, ekonomi, politik, bencana atau fenomena alam agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup minimum.
Kedua; Lembaga non pemerintahan bidang
pendidikan, keagamaan, dan bidang lain yang berperan untuk melindungi individu,
kelompok, dan/masyarakat dari kemungkinan terjadinya resiko sosial.
Jumlah Total dana bansos tahun 2012 adalah
Rp. 110.610.955.800, dana tersebut dikerut habis oleh para elit-elit Politik di
Papua bahkan digunakan untuk kepentingan
Partai di Papua.
Selanjut. Pemberian Dana bantuan Sosial
di Provinsi Papua tahun 2012 tidak sesuai dengan criteria dan/atau salah
sasaran. Dalam hal ini, terungkap dari hasil pemeriksaan Badan Pemeriksaan
Keuangan (BPK)
Kelompok dan/atau Individu yang
menerima dana Bantuan Sosial Provinsi Papua tahun 2012 adalah rata-rata Pejabat
Daerah Provinsi Papua. Sebagai berikut; DPRD Provinsi Papua, Agus Sumule total
Rp.300 juta Militer
Indonesia yang bertugas di Tanah Papua, dan mantan wakil Gubernur Papua Alex Hesegem
Rp.175 juta
bahkan Staf khusus Presiden Indonesia Velix Wanggai Rp.200 Juta.
Selain
itu. Beberapa anggota
DPRP yang disebutkan dalam laporan BPK itu sebagai penerima dana Bantuan Sosial
ini diantaranya adalah legislator yang kerap kali muncul di media
massa dan petinggi partai politik sekaligus menjabat
Ketua Fraksi dan Komisi di DPRP.
Seringkali, mereka muncul di media massa
sebagai “malaikat” pembela kaum lemah, anti korupsi hingga penyandang dana jika
ada kegiatan sosial.
Yan Mandenas, Yan Ayomi, Ina Kudiai, Boy
Dawir, Yunus Wonda, Carolus Bolly, Ruben Magay, Albert Bolang, Nasson Utti dan
juga Pendeta Charles Simaremare adalah penerima dana Bantuan Sosial yang
disebutkan dalam laporan BPK tahun 2012 itu.
Bahkan, Ketua DPRP yang di PAW beberapa
waktu lalu, yakni John Ibo juga menerima dana bantuan sosial tersebut. (Tabloidjubi,
edisi; 29
Mengapa
Dana Bansos tidak Di Anggarkan Untuk Mama-mama Papua ?
Sejak 2004 hinggah sampai dengan
saat ini Mama-mama pedagang asli Papua masih berjualan ditanah, sebab belum ada
Bantuan Sosial yang diberikan oleh Pemerintah Provinsi Papua bahkan belum ada
pembangunan pasar tradisional bagi mama papua.
Tahun 2005 lalu mantan
Gubernur Papua Barnabas Suebu S.H pernah janji untuk membangun pasar
tradisional bagi mama-mama papua tetapi hanya sebuah janji, dan janji itu tidak
ditetati oleh kak Bas.
Bahkan. Kemarin, 2
November 2013 mama-mama Papua menulis sebuah surat terbuka lagi kepada Gubernur
Papua, Lukas Enembe S.IP untuk membangun sebuah pasar tradisional bagi mama-mama papua, guna meningkat ekonomi kerakyatan .
Isi surat tersebut ditulis
dengan penuh rasa malu. Inilah isi suaratnya
MAMA-MAMA
PEDAGANG ASLI PAPUA
Sifat : Terbuka untuk umum
Kepada Yth,
Anak-anakku;
Lukas Enembe (Gubernur Provinsi Papua), Klemen Tinal (Wagub Provinsi Papua), Deerd Tabuni (Ketua DPR Papua), Timotius Murib (Ketua Majelis
Rakyat Papua), Abraham Atururi (Gubernur Provinsi Papua Barat),
Rahimin
Katjong (Wagub Provinsi Papua Barat), Vitalis Yumte (Ketua
Majelis Rakyat Papua Barat), Yosep Yohan
Auri (Ketua DPR Papua Barat).
Di- Tempat
Salam
Damai dan teriring doa dari mama kepada anak-anakku tersayang, semoga Allah
Bapak Sang Pencipta menyertaimu dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabmu.
Anak-anakku,
izinkan mamamu bercerita tentang kisah hidup kita di masa lalu, juga mama
sampaikan isi hatiku melalui surat ini. Mama menulis surat ini sambil menjaga
pinang dan sayur kangkung di depan Mall. Awalnya saya malu menulis surat ini.
Malu bukan karena takut kepada anak-anakku yang berada di Kantor Gubernur, DPR
dan MRP, tetapi mama malu karena orang-orang yang menikmati makanan McDonald,
KFC di lantai 2 mall di belakangku menertawakan mama. Mereka pantas
menertawakan mama karena saya berdagang beralaskan tanah dan beratap langit.
Kucuran Keringat di keningku menjadi tamu setia bagiku. Mereka kira saya orang
gila pada hal saya
pemilik negeri ini.
Tapi,
anak, mama mau cerita dulu, kisah kita di masa lalu, ketika mama mengandung
engkau selama sembilan bulan dan semasa kecil sampai dewasa mama dan bapamu
serta sanak saudara-saudaramu yang tinggal dan hidup di tanah Papua berada di
bawah tekanan, intimidasi, teror, diculik dan dibunuh karena saat itu sedang
melakukan operasi militer.
Mama dan
bapa dianggap separatis ketika melakukan protes kepada orang yang menguasai dan
membabat kita punya hutan sagu, menguasai dan mengambil kita punya hutan di
kampung, mencuri kita punya ikan, udang di sungai, kali, danau dan laut.
Merampok kitorang punya emas, tembaga, perak, minyak bumi dan gas yang ada di
kita punya tanah Papua. Ada pula saudara-saudaramu yang lain diberikan stigma
pengacau keamanan ketika berjuang mempertahankan gunung keramat, tanah dan
hutan adat yang dirampas.
Anak-anaku,
kamu tahu bahwa mama tidak takut terhadap semua situasi itu, walaupun jika
diberi cap anggota OPM taruhannya adalah
nyawa. Namun, atas tuntunan Allah Bapa di Sorga, Mama berani keluar dari rumah
pada malam hari untuk mencari ikan di danau dan di laut, di bawah terang bulan,
bapa pergi ke hutan belantara untuk berburu dan ke laut untuk molo ikan. Pada
siang hari mama menelusuri hutan sagu, menyeberangi sungai dan kali, melewati
lembah dan mendaki bukit dan gunung untuk menokok sagu, mencari ulat sagu,
belalang, sayur daun genemo serta mengambil ubi, keladi dan sayur hitam di
kebun.
Semua ini
mama lakukan dengan harapan bahwa kita mengkonsumsi makanan alamiah yang
mengandung gizi dan protein yang tinggi agar tubuh dan jiwa kita tetap sehat
dan kamu menjadi pintar.
Pagi-pagi mama meninggalkan barang daganganku
dan mengantar engkau lebih dulu ke sekolah lalu mama cepat-cepat pulang ke
rumah untuk menjual pinang dan sayur di depan rumah. Seharian penuh dibawah
terik matahari mama menjaga daganganku laku dan dari hasil jualan, mama
membiayai sekolahmu sampai selesai.
Anak-anakku
semua perjuangan ini mama lakukan demi untukmu dengan harapan engkau menjadi
manusia yang baik, sukses dan berhasil supaya engkau kembali perhatikan mama
dan saudara-saudaramu yang lain serta membangun tanah tumpah darahmu, tanah
Papua.
Mama
senang dan gembira, ketika mendengar anak-anakku sudah menjadi Gubernur, Wakil
Gubernur, Ketua DPR dan Ketua MRP. Mama serta rakyat Papua sungguh percaya sama
kamorang anak-anak jadi kami memilih dan mempercayakan untuk memimpin dan membangun tanah
airmu Papua; Rakyat memberikan kepercayaan kepadamu melalui pesta demokrasi
secara langsung untuk memimpin kami, memberdayakan kami dengan dana Otonomi
Khusus yang katanya besar itu.
Sebelum
dan selama kepemimpinanmu, kami mama-mama Papua telah berjuang untuk
mendapatkan pasar khusus yang layak bagi kami, namun sampai kini, engkau tidak
bangun walaupun engkau pernah janji pada mama. Mama dengar ketika kami datang
membawah keluhan kami, anak bilang itu tanggung jawab bupati dan wali kota,
saat kami ke bupati dan walikota, dia bilang itu gubernur punya tugas; maka kami
(mama-mama) pun bingung kepada siapa kami mengadu?.
Mama-mama
kembali mengadu kepada anak gubernur dan wakil gubernur, tapi anak bilang tra
mau terima keluhan mama. Mama juga su britahu anak-anak di DPR, tapi mama punya
masalah jadikan dorang pu proyek. Misalnya, Tahun 2008 itu ada 8 Miliyar untuk
bangun pasar, tapi tikus kasih habis dalam laci di gedung DPR. Katanya sekarang
juga ada uang untuk pasar, tapi tra tahu uang itu kemana. Anak-anak janji-janji
kepada mama torang tuk bangun pasar, tapi sampai sekarang tra bangun-bangun,
kenapa kah?.
Mama
dengar anak-anak tra bangun tong mama-mama pu pasar karena lebih sibuk pergi ke
Amerika, Inggris, China untuk bagi-bagi uang tanah dan darah dari Freeport,
Britsh Petrolium, Petro China, Medco, Mifee, Aneka Tambang, dll. Sibuk kasih
pindah kantor Freeport dari Kuningan Jakarta ke Papua. Mama juga dengar,
anak-anak sibuk pi antar amplop besar kasih orang-orang di Jakarta (DPR dan DPD
dorang) untuk minta buka pemekaran ka, sementara di Tambrauw dan Yahukimo banyak
orang mati karena busung lapar, banyak
anak-anak tra sekolah karena trada fasilitas pendidikan, kematian ibu dan anak
semakin meningkat.
Anak-anak kam tau, pada tahun 2009 itu mama
juga sudah bicara dengan kam pu kaka BAS. tetapi dia juga tra dengar mama pu
suara lalu dia pi sibuk dia pu proyek jalan Tol dan wisata Cartenz di Cina,
Jerman dan Autralia untuk cari duit gadekan dengan mama punya dusun sagu yang
masih sisa di kampung.
Anak-anak
kamu sekarang su besar dan pintar, su dapat uang besar, jadi lupa dengan mama
lagi eeh, tipu-tipu mama lagi eeh. Kamu tra mengerti mama kah selama sembilan
bulan mama mengandung kamu dan mama lindungi kamu di hutan belantara dan
dibawah tebing-tebing saat situasi tra aman di kitong pu kampung baru tra
hargai mama ni. Anak-anak kamu tra ingat mama pu pengorbanan dulu sama kamu ka.
Setiap pagi mama siapkan ubi, keladi untuk bekal di sekolah dan mama antarkan
ke sekolah.
Anak-anak,
kami mama-mama tidak minta banyak, tra minta juga kam pu uang. Tapi kami hanya
minta sebuah bangunan pasar khusus bagi kami saja di setiap kabupaten/kota
sebagai tempat kami belajar, berlatih dan berdagang, dengan harapan kami juga
mampu bersaing dengan saudara-saudara kami yang lain. Dan melaluinya dapat
mengubah taraf hidup kami, kami mau
jadi pelaku ekonomi di atas tanah kami.
Tapi,
anak-anak menjauhi dari kami, tinggalkan kami, pergi jauh dari kami dan pergi
bersenang-senang dengan dorang yang punya duit (investor). Anak engkau tidak
lihat penderitaan mama kaa, atau anak su buta kaa? Kalau anak su buta britahu
mama, biar mama pi cari obat di hutan. Kenapa anak tidak dengar jeritan mama
kaa, atau anak tuli? Kalau tuli britahu mama, mama itu setia menolongmu jadi
nanti mama carikan obat untuk anak, supaya anak sembuh dan memperhatikan
mama-mamamu yang menderita dibawah ganasnya terik matahari.
Akhir
kata, mama mau sampaikan, selamat berbahagia dan bersenang-senang bersama
kawanmu pemodal (investor). Kesenanganmu adalah kebahagian mama, kesombonganmu
adalah pokok doa ibumu agar engkau rubah sikapmu di suatu kelak.
Hari ini
mama menulis surat ini kepada anak-anak sambil merenung perjuangan para
penginjil perdana di Tanah Papua karena hari ini tepat 80 tahun Gereja GKI
berziarah di bumi Papua (26/10/1925 - 26/10/2013). Sikap Kemunafikan,
kesombongan, ketidakberpihakanmu dan memihak kepada yang kuat dan perampok
adalah tindakan yang jelas-jelas berlawanan dengan doa sulung Pdt. Izack Samuel
Kijne: "Di atas batu ini saya meletakan peradaban orang Papua, sekalipun
orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat
memimpin bangsa ini, ia akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri."
Semua
perjuangan ini merupakan sejarah yang terukir dalam hati sanubari kami
mama-mama, maka kami tak akan pernah lupakan dan akan dikenang selamanya.
Papua, depan Saga Mall,
Jayapura
26 Oktober 2013
26 Oktober 2013
ttd
Mama-Mama Pedagang Asli Papua
Surat tersebut merupakan
sebuah harapan dari mama-mama pedagang papua, maka perlu merealisasi dana untuk
membangun pasar permanen bagi mama-mama pedagang asal Papua. (Majalahselangkah, Edisi; Jum'at, 01
November 2013)
Tidak
pantas, Velix Wanggai menerima Dana Bansos
Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan
Daerah dan Otonomi Daerah Velix Wanggai menerima Dana Bantuan Sosial (Bansos) senilai Rp200 juta. Dana tersebut
digunakan untuk penerbitan tiga ribu eksemplar
buku.
Tidak pantas, Seorang Staf Presiden Republik
Indonesia menerima Dana Bansos. Jika memang, untuk menerbitkan buku harus menggunakan
Dana pribadi ,”Ngapian minta-minta Dana Rakyat, emangnya kamu pengimis?
Beberapa Penulis Buku di Tanah Papua saja
menggunakan Dana Pribadi. Sepertinya, Pdt. Socrates Sofyan Yoman, Pak Yakobus
Odiyaipai Dumapa Dll . Sedangkan Velix Wanggai mintah-mintah Dana Bansos,”Kaiya
mengimis saja.
“Sunggu sangat tidak pantas sekali, seorang
Staf khusus Presiden Indonesia menerimah Dana Bansos.
Sebab Realita kehidupan Masyartat Papua masa
kini, Sosial Ekonominya sangat lemah. Maka pemerintah Provinsi Papua dimintah focus
untuk memperhatikan dan memenuhi kebutuhan Rakyat Papua di daerah terpencil .
Bahkan. Yang lebih utama adalah memperhatikan nasib Mama-mama Papua yang
selalu berjualan di tanah, dan perlu mengfasilitasi pasar tradisional guna
meningkatkan ekonomi kerakyatan di Tanah papua dengan Bantuan Sosial (Bansos),”Itupun
hingga kini belua ada pengalokasian dana oleh Pemerintah Provinsi Papua kepada
Mama-mama Papua.
Sedangkan,
seorang Staf khusus Presiden Republik Indonesia diberikan dana Bansos. Siapa
yang memberikan Dana tersebut kepada Velix Wanggai?
Mengenai.
Velix Wanggai menerima Dana Bansos dikritisi oleh salah satu anggota Majelis
Rakyat Papua (MRP) Jacobus Dumupa, yang juga penulis buku Papua ini
menyesalkan Bantuan Sosial (Bansos) yang diterima Staf Khusus Presiden, Felix
Wanggai senialai Rp200 juta untuk penerbitan tiga ribu eksemplar buku.
“Bansos
yang diterima pejabat, siapapun dia, masuk dalam kategori korupsi dan
sebenarnya tindakan itu tidak boleh dilakukan,” kata Jacobus , Sabtu (2/11).
Selain
itu. Kata Yakobus, Felix Wanggai sebagai pejabat, bila ingin mencetak buku
seharusnya diambil dari uang pribadinya. “Entah itu gaji atau honor karena itu
buku Felix, sehingga biaya penerbitan haruslah menjadi tanggung jawab dia
sendiri karena merupakan tanggung jawabnya.
Kita
biasa menulis dan menerbitkan buku itu kami biayai sendiri. Hal itu juga berlaku
pada Felix. Dia seharusnya membiayai sendiri penerbitannya, bukan menggunakan
dana Bansos,” katanya. (Tabloidjubi, Edisi; Sabtu,
BPK Perlu Audit Dana Bansos
Badan- Pemeriksaan
Keuangan (BPK) perlu audit aliran Dana bansos lebih detail, untuk mengetahui dana
tersebut diberikan kepada siapa-siapa individu/kelompok, bahkan dimintah untuk
memberikan laporan pertanggung jawaban (LPJ).
sebab ini masalah serius
yang perlu disikapi bersama. Bahkan merugikan Rakyat Papua dan merugikan
Negara. “Jangan biarkan persoalan ini bertumbuH dikalangan para elit-elit
Politik di Tanah Papua.
BPK diharapkan, jangan biarkan
Dana sekitar Rp. 110.610.955.800 itu dilenyapkan ditangan pejabat
papua yang menerima dana tersebut. Selain itu, perluh mintah laporan secara
benar.
Yang
jelas aliran dana tersebut tidak menyentu kepada Rakyat kecil, sedangkan rakyat
sedang butuh uluran tangan dan/atau bantuan social dari Pemerintah Papua.
Kasus Bansos di Papua yang mencuat saat ini, bukanlah hal
baru, tetapi praktek ini sudah berlangsung lama. Tetapi Bansos ini kemudian
menjadi heboh dan mengganggu tidur pihak-pihak penerima, karena diangkat oleh
media ke hadapan publik.
Tidak seperti yang lalu-lalu, tertutup dan sulit
terpublikasi, sehingga menjadi makanan empuk pihak atau pejabat yang mengelolah
dana bansos tersebut, baik untuk kepentingan politik dan kepentingan pribadi
serta kelompok.
Maka itu Badan Pemeriksaan Keuangan segerah mengambil
tindakan tegas. Untuk memintah mengebalikan dana tersebut kepada Negara dan
Rakyat berhak untuk menerimah Dana tersebut.
Penulis
adalah : Jeckson Ikomou Mahasiswa Papua, Kulia di Bandung
0 komentar :
Posting Komentar