Kru Freedom Flotilla saat masih berada di Cairns, kota di pesisir timur Australia. |
Belasan
aktivis Australia yang melakukan perjalanan misi budaya menuju Papua
dan Papua Nugini sudah sampai di Kepulauan Selat Torres, ujung utara
teritori Australia.
Amos
Wainggai, salah seorang aktivis yang ikut dalam pelayaran Freedom
Flotilla kepada Radio Australia mengungkapkan mereka baru tiba hari ini
(3/9) di Kepulauan Selat Torres yang terletak paling ujung utara Benua
Australia dan berbatasan langsung dengan Papua Nugini.
Menurut
Amos yang juga aktivis Papua Merdeka dan kini bermukim di Australia
menyampaikan tengah mempersiapkan diri melintasi Selat Torres dan masuk
ke Papua Nugini.
“Kita
baru tiba di pulau Torres, di Torres Island, tepatnya di Thursday
Island. Dari Torres kita menuju ke Daru (Papua Nugini) terus ke
Merauke,” ungkapnya.
Selama dua pekan perjalanan dari kota pesisir timur Australia, Cairns, kru Freedom Flotilla tidak mengalami hambatan.
Amos menyampaikan mereka juga tidak dihalang halangi oleh otoritas keamanan Australia.
“Sampai saat ini mereka tau, tapi untuk pengawalan tidak ada,” sahut Amos.
Dia
juga bercerita kapal yang berlayar kini bertambah satu kapal lagi, dari
sebelumnya tiga menjadi empat kapal plus dengan dua orang tambahan kru,
total menjadi 19 orang.
Dua tambahan kru adalah aktivis Australia yang ikut sejak dari Cooktown.
“Kami tidak bisa sebutkan nama dan organisasinya, tapi kami semua Freedom Flotilla,” tukasnya.
Amos
memperkirakan bakal memasuki Merauke, Papua, sebagai tujuan akhir
pelayaran sekitar dua pekan jika tidak menghadapi kendala cuaca.
“Sampai sekarang tidak ada masalah. Cuaca baik 24 degree. Perjalanan menyenangkan dengan cuaca bersahabat,” kata Amos.
Freedom
Flotilla mengklaim melakukan perjalanan budaya kendati mendapat
penolakan dari Pemerintah Indonesia dan tanpa restu dari Pemerintah
Australia.
Menteri
Luar Negeri Australia Bob Carr sebelumnya tegas menyatakan tidak akan
memberikan bantuan konsuler kalau mereka melanggar hukum Indonesia dan
Papua Nugini.
Carr menganggap perjalanan Flotilla ilegal dan berpotensi melanggar hukum dua negara yang hendak dituju.
“Jangan
harapkan pajak Australia dihabiskan untuk menangani kasus kalian,
seperti penanganan warga negara Australia lainnya di Bali,” ujar saat
berkunjung ke Jakarta dua pekan lalu.
Sementara kru Freedom Flotilla membantah jika ada tudingan yang menyebut perjalanan itu mempunyai misi politik.
“Kalau
nanti bisa tiba di Merauke, kami akan buat acara upacara adat. Akan ada
upacara penyambutan dari seluruh orang Papua untuk mempersatukan dua
pulau yang terpisah sekian lama,” jelas Amos Wainggai.
Perjalanan
juga disebut mempunyai misi untuk memperingati pemisahan daratan
Australia dan pulau Papua sejak zaman pencairan es 10 ribu tahun yang
lalu dan era kolonisasi.
Amos Wainggai datang ke Australia sebagai pengungsi pencari suaka politik yang kini menetap di Melbourne sejak 2006.
Dia mendapat suaka bersama 42 aktvis Papua Merdeka lainnya dari Australia dan baru mendapat paspor Australia dua tahun lalu.
Dalam pelayaran Freedom Flotilla kali ini, selain Amos juga ditemani oleh Jacob Rumbiak yang juga dikenal sebagai aktivis Papua Merdeka lainnya.
Sumber : www.radioaustralia.net.au
0 komentar :
Posting Komentar