Seorang Mahasis Papua, Zakarias Wenza Pikindu (27), Mendapatkan Intimidasi dan Diskriminasi Oleh Polisi dan Oknum TNI di Cililitan Hingga Wajah Berlumuran Darah, Serta Korban Diancam Untuk Ditembak |
BOGOR-- Pengurus Ikatan pelajar dan Mahasiswa Papua
(IPMAPA) Bogor Mencabut (SP) Kasus Penganiayaan di Kantor SATLANTAS
Jakarta Timur, Senin, (23 – 9-2013), Waktu 18.19 di kantor SATLANTAS Kebon Nenas.
Surat pernyataan (SP) yang dibuat dan ditandatangani pihak korban penganiayaan atas nama mahasiswa “Zakarias Pikindu” di bawah tekanan teror, indimidasi dilakukan oleh aparat TNI dan Polisi lalu lintas (POLANTAS) dan polisi Intelijen keramat jati, akhirnya dicabut kembali.
Beberapa alasan mendasar pencabutan surat ini, yakni adanya mencederai orang Papua, proses penyelesaian masalah mengadu domba antara polisi dan kepada orang yang tidak bersala rakyat. Selain itu, pihak korban tidak menyalahi aturan lalu lintas. Titik tempat kejadian hanya ada dua mata jalan yakni lurus menuju PGC dan arah belok kiri, menelusuri TKP pihak korban tidak menyalahi aturan lalu lintas.
Lain lagi, anggota intel yang mengawali dia dalam mobil SABARA mengatakan anda anggota organisasi Papua (OPM), kemudian dia buka jaketnya dan bertanya apakah kamu belajar bela diri? Kalau tahu ilmu beladiri mari kita ADU, lalu dia menendang otak belakang para korban mahasiswa asal Papua ini. Kata korban, saya tidak menerima isi surat pernyataan karena, mereka memaksa saya harus turuti redaksinya.
Isi surat ini bukanlah keluar dari lubuk hati saya. Terpaksa saya turuti karena saya dalam keadaan trauma dengan pemukulan berat yang dialaminya. Isi surat yakni : pada hari Kamis, 19 September 2013 telah terjadi pemukulan terhadap saya oleh masyarakat umum, bukan aparat Kepolisian atau TNI karena melanggar aturan Lalulintas. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Wakalantas Kebon Nenas Jakarta Timur “ Yulianus SH, M.Si membenarkan bunyi surat tersebut. Saya ada lihat dalam surat pernyataan ada bunyi seperti itu, seharusnya tidak ada, karena belum mengetahui siapa pelakunya. Selama tiga hari ini kami berusaha mencari siapa pelaku penganiayaan, baik oknum TNI maupun anggota polisi yang terlibat dalam kasus ini, namun susa terungkapnya (tuturnya).
Lanjut dia, surat pernyataan ini kami terima pada hari sabtu saat apel pagi. Sekarang baru saya tahu kalau ada tuntutan yang disampaikan dari keluarga pada hari jumat lalu. Komandan lapangan Polantas Yus belum menyerahkan atau mengatakan point–point tuntutan itu, maka sekarang saya bisa menyerahkan pencabutan SP saja.
Pada hal terlebih dahulu dari pihak keluarga sudah sampaikan pencabutan surat kepada komandang lapangan pos SATLANTAS PGC Jakarta Timur, namun saat itu juga tidak bisa mengembalikan SP –nya. Pada pertemuan itu, dipimping oleh komandan lapangan SATLANTAS “Yus. Mas Yus, inilah memegang surat pernyatan dan memberhentikan intel yang memukul otak kecil, menstigmatisasi anggota organisasi Papua Merdeka (OPM) dan ayo mari ADU dari dalam pos POLANTAS.
Tuntutan pihak keluarga “ awal pengajuan pencabutan bahwa seandainya selama tiga mulai dari hari jumat (20-23 September 2013), bapak tidak menangkap dan menghadirkan pelaku untuk meminta maaf maka kami siap mencabut surat pernyataan, karena anggota bapak sudah melanggar aturan lalu lintas, apa lagi memukul mahasiswa menginjak harkat orang Papua di negeri ini. Kedua “ hari senin kami datang mengambil surat pengantar visum dokter.
Supaya adik kami bisa mengambil surat visum, kemudian Mas Polantas Yus menerima tuntutan dari pihak korbannya. Kata dia “ hari Senin bisa datang kembali ngambil pencabutan surat SP, surat pengantar Visum dan nama–nama pelaku pemukulannya. Nyatanya masalah sudah berakhir dan meremehkan dengan kasus orang Papua ini.
Tipu daya polisi Yus ini membuat kembali mengurus surat pengantar visum, nama – nama pelaku penganiayaan yakni anggota intel tidak mengungkap, padahal anggota mereka sendiri diperlakukan dan masalah mengadudombakan pada masyarakat biasa pada mereka sendiri pelakunya. Dia adalah otak dibalik semua kasus ini. Membungkam, memelihara ketidakadilan dan penipuannya.(UN/ M/Gobai)
Surat pernyataan (SP) yang dibuat dan ditandatangani pihak korban penganiayaan atas nama mahasiswa “Zakarias Pikindu” di bawah tekanan teror, indimidasi dilakukan oleh aparat TNI dan Polisi lalu lintas (POLANTAS) dan polisi Intelijen keramat jati, akhirnya dicabut kembali.
Beberapa alasan mendasar pencabutan surat ini, yakni adanya mencederai orang Papua, proses penyelesaian masalah mengadu domba antara polisi dan kepada orang yang tidak bersala rakyat. Selain itu, pihak korban tidak menyalahi aturan lalu lintas. Titik tempat kejadian hanya ada dua mata jalan yakni lurus menuju PGC dan arah belok kiri, menelusuri TKP pihak korban tidak menyalahi aturan lalu lintas.
Lain lagi, anggota intel yang mengawali dia dalam mobil SABARA mengatakan anda anggota organisasi Papua (OPM), kemudian dia buka jaketnya dan bertanya apakah kamu belajar bela diri? Kalau tahu ilmu beladiri mari kita ADU, lalu dia menendang otak belakang para korban mahasiswa asal Papua ini. Kata korban, saya tidak menerima isi surat pernyataan karena, mereka memaksa saya harus turuti redaksinya.
Isi surat ini bukanlah keluar dari lubuk hati saya. Terpaksa saya turuti karena saya dalam keadaan trauma dengan pemukulan berat yang dialaminya. Isi surat yakni : pada hari Kamis, 19 September 2013 telah terjadi pemukulan terhadap saya oleh masyarakat umum, bukan aparat Kepolisian atau TNI karena melanggar aturan Lalulintas. Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Wakalantas Kebon Nenas Jakarta Timur “ Yulianus SH, M.Si membenarkan bunyi surat tersebut. Saya ada lihat dalam surat pernyataan ada bunyi seperti itu, seharusnya tidak ada, karena belum mengetahui siapa pelakunya. Selama tiga hari ini kami berusaha mencari siapa pelaku penganiayaan, baik oknum TNI maupun anggota polisi yang terlibat dalam kasus ini, namun susa terungkapnya (tuturnya).
Lanjut dia, surat pernyataan ini kami terima pada hari sabtu saat apel pagi. Sekarang baru saya tahu kalau ada tuntutan yang disampaikan dari keluarga pada hari jumat lalu. Komandan lapangan Polantas Yus belum menyerahkan atau mengatakan point–point tuntutan itu, maka sekarang saya bisa menyerahkan pencabutan SP saja.
Pada hal terlebih dahulu dari pihak keluarga sudah sampaikan pencabutan surat kepada komandang lapangan pos SATLANTAS PGC Jakarta Timur, namun saat itu juga tidak bisa mengembalikan SP –nya. Pada pertemuan itu, dipimping oleh komandan lapangan SATLANTAS “Yus. Mas Yus, inilah memegang surat pernyatan dan memberhentikan intel yang memukul otak kecil, menstigmatisasi anggota organisasi Papua Merdeka (OPM) dan ayo mari ADU dari dalam pos POLANTAS.
Tuntutan pihak keluarga “ awal pengajuan pencabutan bahwa seandainya selama tiga mulai dari hari jumat (20-23 September 2013), bapak tidak menangkap dan menghadirkan pelaku untuk meminta maaf maka kami siap mencabut surat pernyataan, karena anggota bapak sudah melanggar aturan lalu lintas, apa lagi memukul mahasiswa menginjak harkat orang Papua di negeri ini. Kedua “ hari senin kami datang mengambil surat pengantar visum dokter.
Supaya adik kami bisa mengambil surat visum, kemudian Mas Polantas Yus menerima tuntutan dari pihak korbannya. Kata dia “ hari Senin bisa datang kembali ngambil pencabutan surat SP, surat pengantar Visum dan nama–nama pelaku pemukulannya. Nyatanya masalah sudah berakhir dan meremehkan dengan kasus orang Papua ini.
Tipu daya polisi Yus ini membuat kembali mengurus surat pengantar visum, nama – nama pelaku penganiayaan yakni anggota intel tidak mengungkap, padahal anggota mereka sendiri diperlakukan dan masalah mengadudombakan pada masyarakat biasa pada mereka sendiri pelakunya. Dia adalah otak dibalik semua kasus ini. Membungkam, memelihara ketidakadilan dan penipuannya.(UN/ M/Gobai)
Sumber : www.umaginews.com
0 komentar :
Posting Komentar