News
Loading...

Inilah Tumpukan Persoalan di Fakultas Kedokteran Uncen

Tuntut Dekan FK Uncen diganti. Foto: Ist.
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Solidaritas Mahasiswa Kesehatan Peduli Fakultas Kedokteran (SMKP-FK) Uncen Jayapura, Papua, menyatakan menolak penyataan Rektor Uncen dan pihak akademisi pada rapat senat terbuka di Auditorium Uncen, Abepura, Jumat (6/6) kemarin.

Dalam jumpa pers, Sabtu (7/6) siang, mahasiswa menegaskan beberapa poin terkait rapat terbuka. Juga, komitmennya pada sikap awal dan mengungkapkan bobroknya manajemen fakultas dibawah kendali Paulina Watofa, S.Rad yang selama ini dianggap otoriter.

Pada rapat terbuka yang dibuka rektor, mahasiswa menuntut agar Dekan Fakultas Kedokteran Uncen segera diganti. Tuntutan itu karena mahasiswa merasakan berbagai persoalan yang selama ini tak pernah diurus.

"Kami dapat laporan bahwa Dekan FK berikan kepada Rektor itu sebenarnya sangat tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan dan itu rekayasa," demikian ditegaskan dalam siaran pers yang diterima majalahselangkah.com.

Dari 13 butir pernyataan mahasiswa, seperti diberitakan sebelumnya di sini, ada tuntutan terkait pengadaan tenaga dosen dan fasilitas demi perubahan di FK Uncen. Juga berbagai hal terkait lain.

"Kemarin waktu rapat terbuka, kami dengan tegas membantah beberapa statemen dari dekan dan jajarannya," ujar Benyamin Lagoan.

Solidaritas ini juga menyayangkan pemberitaan koran lokal di Jayapura bahwa yang demo hanya 50 orang saja. "Itu sama sekali tidak benar. Media tipu publik. Kami yang demo ini banyak orang. Bahkan angkatan 5 sampai 6 itu semua mendukung."

Mahasiswa-mahasiswi FK Uncen yang non-Papua kabarnya mendapat teror. Mereka diancam jika bergabung dalam gerakan ini, akan diperhambat dalam pemberian nilai dan koas. Karenanya, mereka takut terlibat.

Benar, pasca aksi pemalangan fakultas, ada intervensi dan tak sedikit mahasiswa diteror melalui SMS. Diduga, ada persekongkolan dari beberapa senior yang senang dengan sistem oleh kampus dan mendukung Dekan FK.

"Kami mau menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh mahasiswa Uncen, khusus mahasiswa Kedokteran karena sampai hari ini tidak bisa kuliah. Kami menilai ini akibat dari kepemimpinan Rektor yang tak mampu memberikan kebijakan tegas. Dampaknya, sudah minggu keempat kita tidak belajar."

Pernyataan Dekan FK hendak memidanakan mahasiswa terkait isu pemalangan dan pengrusakan kampus, dianggap tak benar. Kaca-kaca dihancurkan oleh orang lain. Lagian saat kejadian, pada hari Sabtu, mahasiswa sedang berdoa di asrama.

"Terkait fasilitas yang dikatakan kami mengambilnya, kami rasa itu tidak benar. Kalau kunci kampus, ya kami ambil."

Dari tuntutan yang disampaikan, salah satu diantarnya adalah soal manajemen kampus. Ini karena sejak aksi demo pada November 2013, hingga kini belum pernah ada pembenahan yang signifikan. Herannya, kata Lagoan, Dekan FK tak pernah ada di kampus. Kartu Rencana Studi (KRS) selama 2 semester tak pernah diisinya.

Soal lain, Panitia Liga Medikal yang sudah siap ke Jakarta, dibatalkan oleh Dekan FK Uncen tanpa ada alasan jelas.

Masalah fasilitas, pihak fakultas selalu lemparkan kepada rektor dan kadang kepada pemerintah. Padahal, sesuai UU Nomor 20 Tahun 2013, semua Fakultas Kesehatan di Indonesia mendapat dana untuk pengembangan institusi itu dari 4 sumber: pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kabupaten dan kota.

Dana yang didapat FK Uncen ada sumber pengalokasian dari pendidikan dan dari kesehatan, cuma selama ini dikemanakan?

Dekan mengklaim, kualitas pengajar sudah baik. Faktanya, tidak. Sesuai UU Nomor 20 Tahun 2013, program studi wajib memiliki dokter dan dosen kualifikasi minimal magister.

Faktanya? Lihat saja mata kuliah Fisiologi dan Biokimia, diajar oleh dosen dengan kualifikasi pendidikan S-1 yang nota bene lulusan dari Uncen. Ini sudah menyalahi aturan tadi.

Dengan indikasi seperti ini, ada ancaman dari Dikti bahwa pada tahun 2015 Fakultas Kedokteran Uncen akan ditutup karena tidak mampu memenuhi standar nasional jenjang kedokteran.

Diungkapkan, 3 jalur penerimaan mahasiswa baru di FK, pertama adalah jalur nasional yang selama ini dinilai sarat kepentingan karena acapkali didominasi non-Papua. Dalam jalur lokal juga tak bersih. Banyak kecolongan dan tindak curang, dimana peserta dari kabupaten kabupaten diakomodir masuk.

Sedangkan kapasitas ruang kuliah tak cukup menampung semua. Kasihan, teman-teman yang datang kuliah seperti ibadah saja; ikut mata kuliah sampai duduk di koridor kampus. Ada buktinya berupa foto-foto.

Sejak November 2013, mahasiswa sampaikan tuntutan. Tak pernah diindahkan. Dekan bahkan datang dan mengancam mahasiswa. Ia merobek pamflet yang ada dengan tak menyadari ketidakseriusannya menangani FK. Ia benar-benar gagal memimpin FK. Semua hal telah tercantum dalam 13 butir pernyataan sikap.

Pada Rabu 23 Juni 2014, Dekan tak datang, mahasiswa minta Dekan harus diganti. Tuntutan ini dengan berdasarkan berbagai indikator kegagalan beliau sejak tahun 2002 hingga 2014. Selama ini tidak ada perubahan yang signifikan.

Kondisi kampus Kedokteran sangat menyedihkan. Bagaimana tidak? Ruang kuliah sudah tak layak digunakan. Tak pernah direhab. Tak ada pembanguna ruangan lagi. Yang ada hanya itu saja sejak dari dulu. Lantas, dimana dana-dana Otsus? Mahasiswa belajar dalam lingkungan yang sangat tak layak.

Jumlah ruangannya hanya 5 saja. Terus, Laboratorum Kedokteran ada 2 ruang: Biolog dan Psikologi. Idelanya ada 7 laboratorium. Setiap mata kuliah mesti ada laboratorium, seperti Psikologi, Antomi, Patologi, Bio Kimia, Patologi Anatomi. Tetapi FK Uncen punya dua lab saja. Dan itu semua dimanfaatkan untuk ketujuh mata kuliah.

Bayangkan, 10 orang mahasiswa masuk ke lab harus pakai 1 mikroskop secara bergantian. Bahkan, ada yang tidak berkesempatan untuk praktek.

Permasalahannya tak hanya itu. Mayat di ruang anatomi sulit diamati strukturnya. Yang ada sejak angkatan satu hingga kini, sudah tak bisa bedakan mana saraf, mana pembulu nadi, dll. Mayat tersebut seperti kayu lapuk, amat susah dibedakan.

Tak jarang selama ini banyak penilaian miring dari masyarakat luas. Ada keluhan terhadap lulusan FK Uncen yang kurang maksimal dalam pelayanan di tempat kerja. Pertanyaannya, mengapa ini sampai bisa terjadi? Mengapa kualitasnya demikian?

Mau mengukur kualitas lulusan, tentu harus ada sarana prasarana pendukung yang memadai buat mahasiswa kuliah dan praktik, selain dari kesiapan individu itu sendiri.

SMKP-FK menyatakan, "Kalau tuntutan kami untuk menurunkan Dekan FK Uncen tidak diindakan, maka kami akan terus palang kampus ini."

Pemberlakuan Otsus Papua tidak berdampak di kalangan mahasiswa FK Uncen. Anak-anak Papua di fakultas ini tak dapat kesempatan untuk berpraktek. Ini tentu bikin minder dan tak siap ketika turun ke lapangan.

Lantas, Fakultas Kedokteran Uncen ada di Tanah Papua untuk apa dan siapa? Faktanya selama ini tak berpihak pada anak-anak asli Papua.

Seiring amanat Otsus Papua, dalam merekrut mahasiswa asli Papua, seharusnya 80:20. Sekarang malah 80:20 untuk pendatang atau non Papua. Ini bikin jengkel, marah, karena anak negeri merasa terjajah.

Kritisi Pemimpin Kampus
Di dunia ini terutama kampus kedokteran, pemimpin tak boleh otoriter. Pemimpin jika tak becus, kampuspun akan hancur. Ini yang terjadi di FK Uncen. Karena itu, pimpinan FK Uncen harus segera dibenahi.

Dekan harus diganti. Ini supaya harapan pada saat penerimaan dan sebagainya, dapat terealisasi. Mahasiswa hanya menginginkan Dekan harus selalu ada di kampus, biar mudah ditemui dalam berbagai urusan. Selama ini Ibu Wafota kerja di RSUD Dok 2, dalam seminggu hanya sekali saja hadir di kampus.

Dekan menjabatnya sejak FK Uncen masih Prodi. Terhitung tahun 2002 sampai sekarang, sudah 3 periode lamanya.

Sementara, Dekan FK Uncen saat menjabat sebagai Kepala Radiologi dan dokter umum di RSUD Jayapura pernah dipidanakan karena kasus korupsi senilai Rp700.

Ekses dari kepemimpinannya yang sangat otoriter, fakultas ini sempat macet selama 7 bulan.

Satu dari 13 pernyataan, bahwa segara ada perbaikan dan penyusunan metode mengajar dengan memerhatikan budaya dan kebiasaan masyarakat asli Papua. Toh, ada fakta memilukan. Ternyata ada temuan jual beli soal. Menurut data, soal tersebut dibayar dengan Rp100.000, ada pula yang setor Rp500.000, tergantung negosiasi.

"Fakultas kami memang sudah parah begini," ucap mahasiswa FK Uncen.

Bayar soal itu di luar pungutan liar lain yang selalu saja menambah beban derita calon pioner terdepan kesehatan masyarakat di Tanah Papua.

"Paling pertama, ganti dekan. Itu tuntutan kami, setelah itu jawab aspirasi lain yang termuat dalam 14 pernyataan," tegas Lagoan.

Rapat Ditunda
Rapat senat terbuka tak membuahkan hasil. Rapat ditunda. Rapa serupa akan dilanjutkan pekan depan.

Menurut Pembantu Rektor I, Onesimus Sahuleka, banyaknya tuntutan tak dapat dituntaskan sekaligus. Termasuk soal pergantian Dekan FK, akan dibahas secara serius.

Kata Ones, pergantian seorang dekan di sebuah universitas, ada aturannya. Dapat ditetapkan pada rapat senat universitas.

PR II Uncen, Martinus Solossa menjelaskan, terkait pernyataan sikap dari SMKP-FK, akan dilihat dengan terlebih dahulu dipilahkan sesuai letak persoalan.

Lanjut Solossa, menyangkut semua jabatan di Uncen ada aturan kepegawaian. Biasanya diangkat dengan Surat Keputusan (SK) sesuai keputusan senat universitas yang berpatokan pada perundang-undangan.

Ini dipertegas Rektor Uncen, Karel Sesa. Kata dia, tuntutan ganti Dekan FK akan dibahas dan tentunya keputusan senat universitas berpatokan pada aturan, tidak bisa seenaknya.

Maka, rektor ajak mahasiswa tetap kembali kuliah. Hal tuntutan, rektor jamin akan direspon dalam waktu dekat. (Hendrikus Yeimo/MS)

Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment