Telius Yikwa (foto Pribadi Fb) |
Rakyat Papua tidak
minta pembangunan fisik, tidak minta untuk disuap, atau apa pun dari orang
lain, tetapi minta kebebasan.
Kebijakan pemerintah NKRI terhadap Papua berupa Otonomi Khusus, pemekaran
provinsi dan kabupaten/kota, UP4B hingga yang baru Otsus Plus yang dicetuskan
Gubernus Papua Lukas Enembe sebagai kaki tangan partai Demokrat yang berkuasa
tidak akan memenuhi keinginan rakyat Papua dan meredam gerakan perlawanan
rakyat Papua.
Para elit Papua adalah setia
pada partai politik dan sistem yang menindas.
Kaum penindas berpikir bahwa
keadilan akan terwujud ketika ada provinsi, pemekaran kabupaten/kota dan
pembangunan fisik seperti jalan raya, gedung berlantai belasan dan lain-lain
dibangun. Mereka pikir kesejahteraan rakyat yang terpenuhi akan meredam aksi
perlawanan rakyat Papua.
Namun pikiran sang penindas itu semuanya akan jadi mimpi di siang hari. Semua itu merupakan agenda pemusnahan etnis Melanesia secara sistematis dan terstruktur oleh pemerintah pusat di Jakarta dalam bentuk gula-gula politik, rayuan, dan bujukkan bagi sekelompok elit Papua yang terlibat mendukung agendanya Jakarta.
Namun pikiran sang penindas itu semuanya akan jadi mimpi di siang hari. Semua itu merupakan agenda pemusnahan etnis Melanesia secara sistematis dan terstruktur oleh pemerintah pusat di Jakarta dalam bentuk gula-gula politik, rayuan, dan bujukkan bagi sekelompok elit Papua yang terlibat mendukung agendanya Jakarta.
Masalah HAM di Papua, pemerintah
Indonesia tidak menyentuh satu kasus pun untuk memberikan rasa keadilan bagi
rakyat Papua.
Perampasan hak ulayat penduduk setempat
dan sumber daya alam yang tidak memberikan keuntungan bagi masyarakat,
kemudian kekayaan itu dijadikan tawaran politik bagi individu-individu yang
mencalonkan diri sebagai wakil rakyat. Elit Papua yang masuk dalam sistem NKRI
yang menindas rakyat Papua yakni DPRD, DPRP, MRP, DAP, DPR, Bupati dan
Gubernur.
Mereka adalah elit-elit Papua
yang lehernya sudah diikat oleh pemilik modal besar. Juga negara penjajah
Indonesia ini. Pejabat dan elit-elit Papua tidak peduli rakyat dibunuh,
diperkosa, diintimidasi, rakyat ditekan oleh TNI dan POLRI, dihina bahkan
kekayaannya dirampas.
Yang penting bagi para elit-elit Papua adalah banyak uang dalam saku, naik pesawat, tidur di hotel mewah, minum di bar, bangun rumah mewah, memiliki mobil mewah, istri yang sah di Papua dan istri simpanan di seluruh pulau Jawa dan Bali.
Yang penting bagi para elit-elit Papua adalah banyak uang dalam saku, naik pesawat, tidur di hotel mewah, minum di bar, bangun rumah mewah, memiliki mobil mewah, istri yang sah di Papua dan istri simpanan di seluruh pulau Jawa dan Bali.
Semua itu adalah cara borjuis
(elit Papua dan pemodal) yang membuat Otonomi Khusus gagal. Hal ini dulu pernah
dilakukan Belanda kepada elit lokal Indonesia kala Belanda menjajah Indonesia.
Otsus merupakan tawaran gula-gula politik NKRI, bukan permintaan rakyat, tetapi permintaan kaum borjuis, sehingga tidak mengena sasaran, bahkan tidak menyentuh rakyat Papua dan dirampas oleh kaki tangannya sendiri (berputar di lingkarannya sendiri). Hal ini sama dengan politik balas budi (Politik Etis) yang pernah diterapkan Belanda waktu menjajah Indonesia.
Otsus merupakan tawaran gula-gula politik NKRI, bukan permintaan rakyat, tetapi permintaan kaum borjuis, sehingga tidak mengena sasaran, bahkan tidak menyentuh rakyat Papua dan dirampas oleh kaki tangannya sendiri (berputar di lingkarannya sendiri). Hal ini sama dengan politik balas budi (Politik Etis) yang pernah diterapkan Belanda waktu menjajah Indonesia.
Keinginan rakyat Papua
adalah Berdiri Di Atas Kakinya Sendiri. Keinginan itu tidak dapat diredam
dan tidak dapat dipadamkan oleh upaya-upaya yang sudah diupayakan oleh Jakarta
kemudian ditindaklanjuti oleh gubernur baru Lukas Enembe dan kaki tangannya
yang lain.
Hanya satu solusi: bangsa Papua
harus bangkit dan memimpin dirinya sendiri dalam kemerdekaan total.
Walupun pemerintah anggap Papua merdeka adalah hanya mimpi yang tidak mungkin
dan tidak akan terwujud, saya ingin katakan, itu akan terwujud.
Kita ingat kata-kata yang sama
pernah sampaikan kepada rakyat Timor Leste oleh Indonesia, bahwa rakyat Timor
Leste tidak akan merdeka. Nyatanya, Timor Leste bebas dari genggaman NKRI.
Rakyat Papua tidak akan pesimis dengan pernyataan-pernyataan itu, karena itu adalah bahasa kolonial yang memang berupaya untuk mematahkan semangat perjuangan orang Papua.
Keadilan, kesejahterahan, dan kenyamanan (Kemerdekaaan Sejati) akan tercipta di Papua ketika Papua lepas dari NKRI.
Rakyat Papua tidak akan pesimis dengan pernyataan-pernyataan itu, karena itu adalah bahasa kolonial yang memang berupaya untuk mematahkan semangat perjuangan orang Papua.
Keadilan, kesejahterahan, dan kenyamanan (Kemerdekaaan Sejati) akan tercipta di Papua ketika Papua lepas dari NKRI.
Telius Yikwa adalah mahasiswa Papua. Sekretaris Aliansi Mahasiswa Papua
(AMP) Komite Kota Yogyakarta.
Blogger Comment
Facebook Comment