News
Loading...

Tarik Militer, Distrik Sinak Tak Ada TPN/OPM

[Gambar diambil dari rekaman video amatir penyiksaan warga sipil Papua yang dicurigai OPM oleh TNI Angkatan Darat. Foto: Ist.]
Sinak, MAJALAH SELANGKAH -- Melihat semakin banyak jumlah militer di distrik Sinak, kabupaten Puncak, Papua, warga di sana ketakutan dan panik. Aktivitas sehari-hari dilakukan dengan tidak maksimal. Hal ini karena mereka punya ingatan penderitaan di masa lalu yang dibuat oleh militer Indonesia melalui penyiksaan, pemerkosaan dan pembunuhan selama orde baru hingga awal reformasi.

Detius Murib, salah satu tokoh pemuda kabupaten Puncak, di sela-sela acara pembagian beasiswa, Jumat (06/05) di Waena, Jayapura, kepada majalahselangkah.com meminta para petinggi militer di Papua dan pusat untuk mengurangi militer di Sinak.

"Saya baru pulang dari kampung setelah mengikuti pemilihan legislatif, kemudian saya melihat masyarakat di Distrik Sinak, tidak seperti dulu lagi. Masyarakat di kampung-kampung jarang ke ibukota Distrik karena banyak aparat," jelas Murib.

Masyarakat yang ke Gigobak Diperiksa
Militer Indonesia masih tetap memeriksa para pemuda dari kampung-kampung yang hendak masuk ke Distrik Sinak untuk berjualan atau membeli barang.

Hal ini menebar rasa takut di kalangan rakyat. Aktivitas pincang. Padahal, hanya Sinak yang punya kios dan pasar, tempat masyarakat membeli kebutuhan hidup dan menjual hasil bumi.

"Apabila para pemuda itu menyimpan gambar yang berbau Bendera Bintang Kejora atau lagu-lagu yang berbau perjuangan di HP mereka, aparat menyuruh untuk hapus. Masyarakat yang berambut panjang juga pasti dicurigai OPM lalu rambut mereka dipotong," begitu Murib menjelaskan kondisi Sinak.

Menurutnya, cara-cara kuno model orde baru pasca integrasi Papua ke Indonesia itu mestinya ditinggalkan.

Ia menjelaskan, itu bukti ketidakbenaran kampanye keberhasilan demokrasi, penegakan HAM, kebebasan berekspresi, UP4B, Otsus, Otsus Plus.

"Saya minta kepada Kapolda dan Pangdam untuk tarik pasukan TNI/Polri dari distrik Sinak karena keberadaan mereka justru meresahkan warga masyarakat yang hendak melakukan aktivitas di Gigobak. Sebelum militer ada, Sinak adalah daerah yang aman dan milik warga setempat," tegas Murib.

Murib juga mengaku prihatin dengan pihak Gereja yang diam saja melihat realitas di Sinak. Murib juga menjelaskan, masyarakat Sinak mulai hidup terkotak-kotak dan tak ada ruang untuk duduk bersama karena pasti dicurigai militer sebagai kumpulan OPM atau berbicara mengenai Papua merdeka.

"Hal ini yang kadang buat saya berpikir, militer menjadi aktor pemecah belah rakyat supaya rakyat tidak duduk bersama, dan perang suku menjadi mudah untuk muncul kembali," tutup Murib. (Hendrikus Yeimo/MS)

Sumber :  www.majalahselangkah.com
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment