Foto Ilustrasi Operasi Prabobo di Mapenduma West Papua (foto,FB Victor Mambor) |
Oleh : Victor Mambor #
Operasi
Pembebasan Sandera Mapenduma adalah operasi militer untuk membebaskan
peneliti dari Ekspedisi Lorentz 95 yang disandera Organisasi Papua
Merdeka. Anggota operasi ini sebagian besar berasal dari Komando Pasukan
Khusus (Kopassus). Operasi ini dimulai tanggal 8 Januari 1996 dan
dipimpin langsung oleh Komandan Kopassus Prabowo Subianto, yang saat ini mencalonkan diri untuk menjadi Presiden Indonesia.
Penyanderaan yang berlangsung selama 129 hari ini berakhir pada tanggal
15 Mei 1996. Sembilan sandera selamat dalam operasi ini sedangkan dua
yang lain, keduanya warga negara Indonesia, masing-masing Navy Panekenan
dan Yosias Mathias Lasamahu, meninggal dunia. Di pihak OPM, menurut
keterangan TNI, 8 orang tewas dalam pertempuran jarak dekat, dua
ditahan. Operasi pembebasan ini, didukung 400 personil TNI dari berbagai
kesatuan. TNI mencatat lima anggotanya tewa akibat jatuhnya sebuah
helikopter saat melakukan penyerbuan terhadap para sandera.
Meski operasi pembebasan sandera Mapenduma ini disebut-sebut menuai
puja-puji dari dunia internasional, namun operasi yang dipimpin oleh
Prabowo ini masih menyisakan banyak tanda tanya hingga saat ini :
1. Kontra Intelijen?
Siapa sebenarnya Simon Allom yang tiba-tiba muncul dan menyatakan
penolakan terhadap perintah Moses Weror kepada Kelly Kwalik untuk
membebaskan sandera?
Allom mengaku juru bicara Kelly Kwalik dan
diduga kuat anggota TPN/OPM. Namun pada tahun 2001, Pemerintah Papua
Nugini (PNG) melalui Konsul RI di Vanimo, Propinsi Sandaun, PNG,
menyerahkan kamera milik wartawan televisi swasta Indosiar dan sepucuk
senjata yang sebelumnya dirampas GPK/OPM. Saat itu Pangdam XVII Trikora,
Mayjen TNI Mahadi Simbolon kepada wartawan, di Jayapura, mengakui,
kamera milik Indosiar itu dirampas pada saat reporter dan kameramennya
melakukan peliputan di perbatasan RI-PNG.
Kamera itu dirampas
GPK/OPM pimpinan Simon Allom, sedangkan senjata itu milik organik TNI
yang diperoleh saat melakukan penyerangan di salah satu pos. Disebutkan,
proses kembalinya berbagai barang inventaris itu setelah pihak PNG
melakukan negosiasi dengan GPK/OPM. Namun bagaimana cara barang-barang
tersebut bisa kembali ia tidak mengetahui dengan pasti.
2. Malaria, Stress, Sakit Hati?
Mengapa seorang anggota Kopassus yang terlibat dalam operasi Mapenduma tiba-tiba membantai 16 orang?
Pada tanggal 15 April pukul 05 pagi, Letnan Dua Sanurip, 36, yang
bertugas dalam operasi pembebasan sandera di Mapenduma, dengan senjata
otomatis melakukan penembakan terhadap orang di sekitar lapangan terbang
Timika. Diberitakan Letda Sanurip menembak mati 16 orang, termasuk
diantaranya 3 perwira Kopassus, 8 pasukan Kostrad dan 5 warga sipil,
salah satunya pilot Airfast Michael Findlay dari Selandia Baru, dan
melukai 11 orang lainnya. Akhirnya Tentara lainnya menembak kaki Letda
Sanurip dan melumpuhkannya. Banyak versi yang menyebabkan Letda Sanurip
melakukan penembakan tersebut, diantaranya karena malaria, stress maupun
sakit hati pribadi. Tanggal 23 April 1997, Akhirnya Letda Sanurip di
hukum mati.
3. Terjepit atau dijepit?
Mengapa ICRC mengundurkan diri dari kegiatan mediasi?
Memasuki pekan kedua Mei 1996. ICRC menyatakan mengundurkan diri dari
kegiatan mediasi antara Satgas ABRI dan Kelly - Kogoya. Alasannya belum
jelas. Pihak ICRC menyatakan, mereka terpaksa mundur karena tak bisa
lagi berada di posisi netral, tapi harus memihak. Sementara itu, salah
satu helikopter yang mengawal tim ICRC dikabarkan jatuh karena mesin
rusak. Semua yang berada di heli itu tewas, dan dimakamkan di Taman
Makam Pahlawan.
4. Will be back?
Bagaimana nasib Satuan pemburu jejak yang dibentuk dalam operasi Mapenduma saat ini?
Satuan pemburu jejak ini telah menguntit gerakan Kelly Kwalik langsung
di hutan selama berbulan-bulan. Unit ini terdiri dari anggota Kopassus
dan tentara asal Papua yang sudah mendapat pelatihan memburu jejak dan
survival di hutan. Hasil kuntitan tim inilah yang menentukan titik
koordinat keberadaan para penyandera. Kegiatan mereka dibantu pengamatan
udara dengan pesawat tanpa awak RPVs (remote pilot vehicles) yang
dilengkapi sistem airborne thermal infrared sensing system (ATIRSS),
penjejak panas yang disewa dari Singapura.
Oooooo.... masih banyak misteri dari Operasi Mapenduma yang katanya dipuja puji dunia internasional ini.
Blogger Comment
Facebook Comment