Benny Wenda saat berbicara di forum internasional 'This Is Not A Gateway' (Foto: http://www.infopapua.org) |
“Indonesia juga terus melakukan teror, intimidasi, pembunuhan, dan pembantaiaan terhadap kami orang Papua, ras Melanesia,” kata Benny, saat menjadi pembicara dalam festival tahunan ‘This Is Not A Gateway,” di Great Hall, Bishops Gate Institute, London, 3 November 2014 lalu.
Benny juga mengatakan, Indonesia telah melakukan perbudakan yang serius terhadap orang Papua, dipaksa menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, termasuk merubah kebiasaan dan adat istiadat orang Papua yang dianggap terbelakang.
“Anda semua belum pernah mendengar tentang ini karena Indonesia melarang semua LSM dan wartawan masuk ke tanah Papua.”
“Pada Agustus 2014 lalu Indonesia juga telah menangkap dua jurnalis asal Perancis, Thomas Dandois dan Valentine Bourrat, dan menghukum mereka dua bulan 15 hari penjara karena berusaha melaporkan pelanggaran HAM yang dilakukan pemerintah Indonesia di tanah kami,” tegas Benny.
Dalam kesempatan tersebut, Benny juga mengharapkan dukungan masyarakat internasional, agar Papua Barat dapat bebas dari penjajahan dan pendudukan Indonesia.
“Saya dapat kehormatan besar untuk bertemu dan berbicara dengan orang-orang hebat di forum ini. Kami memiliki komitmen untuk perjuangkan keadilan dan kebebasan bagi masyarakat adat di seluruh dunia,” tegas Benny.
“Saya juga ingin mengucapkan terima kasih atas penyelenggaraan acara ini, dan rekan-rekan dari Tinag yang telah mengundang saya untuk momen penting ini. Disini kita berbicara untuk menyelamatkan nyawa orang-orang tak bersuara,” ujar Benny.
Dalam forum tersebut, Benny Wenda yang beberapa bulan lalu pernah dinobatkan sebagai kandidat nobel perdamaiaan diundang secara resmi untuk berbicara pengalaman hidupnya dibawah kolonialisme Indonesia di Papua Barat.
Dalam laman resmi ‘This Is Not A Gateway’ dituliskan, beberapa pembicara juga hadir bersama Benny Wenda, yakni, Olin Tezcatlipoca (Pendiri Gerakan Mexica), Pradnya Garud (Peneliti Bencana dan Aktivis), Ward LeRoy Churchill (Profesor, Penulis dan Aktivis Adat), David Bedford (Penulis dan akademik).
Forum ini digelar untuk melihat kontekstual gagasan Marxis, yang selama ini dipahami oleh gerakan 'kiri' progresif. Juga melihat bagaimana kolonialisme menggerogoti kehidupan dunia, terutama penduduk asli yang masih berada dibawah pendudukan.
Panel diskusi ini juga membahas perlawanan dan perjuangan untuk menentukan nasib sendiri pada kelompok masyarakat adat di berbagai belahan dunia, contoh paling kongkrit adalah menghadirkan Benny Wenda untuk melihat persoalan Papua Barat.
OKTOVIANUS POGAU
Sumber : www.suarapapua.com
Blogger Comment
Facebook Comment