Logo KNPB (ist) |
“Di wilayah West Papua, TNI/POLRI selalu menjadi aktor utama konflik demokrasi dan menjadi pelaku kriminal terhadap warga sipil, sangat populer serta menjadi kebiasaan,” kata Bazoka Logo, Juru Bicara KNPB kepada media dalam jumpa persnya di Expo Waena, Kota Jayapura, Papua, Jumat (21/11).
“Bagaimana kita mau katakan mereka tidak kriminal kalau KNPB hanya demo membawa spanduk, aparat melepaskan tembakan dan menahan. Penangkapan dengan alasan bawa bom molotov lah, itu yang KNPB tidak pernah lakukan,” tegas Logo.
Katanya KNPB malah berusaha menghargai hukum Indonesia sebelum melakukan aksi, dengan selalu mengirimkan surat pemberitahuan dan turun aksi secara damai. pihaknya juga mengklaim tidak pernah membawa alat tajam selain kata-kata.
“Senjata kami adalah kata-kata,” tegasnya.
Ia mencontohkan kasus terbaru. Polisi melakukan penembakan dan penangkapan terhadap anggota KNPB dalam perayaan HUT KNPB yang ke enam, yang berlangsung di seluruh tanah Papua pada tanggal 19 November lalu. Pasukan Brimob membubarkan masa aksi secara paksa dan melakukan penangkapan terhadap 25 aktivis di wilayah Meepago.
“Polisi menangkap 13 aktivis KNPB wilayah Nabire, aktivis wilayah Dogiyai 12 orang,” ungkap KNPB melalui rilisnya.
Selain menangkap, menurut Logo, polisi berhasil melumpuhkan tiga aktivis.
“Tiga aktivis KNPB Dogiyai ditembak,” katanya. Nama-nama mereka yang ditembak. Arsel Pigai, David Pigai dan Okto Tebay.
David Pigai terkena tembakan di betis kaki kiri dan Okto Tebay terkena tembakan di kaki kanan. Korban atas nama David Pigai masih dirawat di rumah sakit Paniai dan dua korban yang lain telah dirujuk ke Nabire.
“Tulang mereka hancur. Kaki mereka kemungkinan di amputasi,” katanya.
Logo juga menkonfirmasi nama-nama aktivis KNPB Nabire yang ditahan polisi, yakni: Agus Tebay, Deserius Goo, Aliia Kadepa, Hans Edoway, Stefanus Edoway, Kristina Yeimo, Elian Tebay, Yevet Keiya (ketua Komisaris Luar Negeri PNWP), Sadrak Kudiay (ketua Umum wilayah), Alex Pigay (Sekjen Wilayah), Natan Pigome, Mecky Kadepan, Natan Pigay dan Niko Motte.
Kemudian, nama-nama aktivis KNPB Dogiay yang ditangkap polisi adalah Anes Anau (sekretaris), Marsel Saul Edoway (Juru Bicara), David Pigay (Ketua), Agus Waine, Marten Pigome, Okto Tebay, Fery Pekey, Wilem Pigay, Ausel Pigai, Stevanus Goo dan Thomas Waine.
Penangkapan yang terjadi, menurut Logo sangat tidak beralasan.
“Orang bawa spanduk saja kok ditembak? Ini kenapa kami katakan Indonesia kriminal,” tegasnya.
Setelah melanggar hukumnya sendiri, sangat tidak manusiawinya Indonesia terhadap orang Papua, menurut Logo, aktivis yang masih ditahan tidak mendapatkan makan dan minum. Perlaku terhadap 25 aktivis yang masih ditahan dengan tahanan lain sangat diskriminatif.
“Mereka yang lain. Orang non Papua boleh mendapat kunjungan keluarga sementara keluarga 25 aktivis dilarang berkunjung. keluarga yang datang disuruh pulang,” katanya.
Ketua KNPB Pusat, Agust Kosay mengatakan apapun yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui pihak keamanan tidak akan berefek dalam perlawanan mereka.
“KNPB tidak akan pernah mundur. Tidak ada hal yang luar biasa dalam menghadapi Indonesia. Penangkapan, penembakan hal biasa. Kami akan tetap lakukan perlawanan,” tegas Kosay.
Kabidhumas Kepolisian Daerah (Polda) Papua, Kombes Pol Sulistyo Pudjo Hartono, kepada salah satu media lokal Papua menegaskan sempat terdengar suara tiga kali tembakan yang diduga berasal dari kerumunan massa dalam aksi yang dilakukan aktivis KNPB, sehingga anggotanya kemudian berlindung. Dalam aksi ini, menurut Pudjo, Polisi juga yang mengamankan lima bendera KNPB dalam kegiatan itu. Pudjo menambahkan Kapolda Papua telah memerintahkan Kabidpropam Polda Papua untuk melihat proses pengambilan keputusan dan tahapan yang telah dilakukan sesuai prosedur atau tidak. Selain itu, Kepolisian juga mengkoordinasikan pengamanan dengan berbagai pihak. (Mawel Benny)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Blogger Comment
Facebook Comment