Ilustrasi. Ist. |
Di belahan dunia mana pun, hal-hal yang luar biasa selalu dilakukan oleh angkatan muda. Angkatan muda selalu tampil sebagai malaikat pembawa perubahan. Angkatan muda punya spirit dasyat. Angkatan muda selalu jadi harapan dan tulang punggung kemerdekaan.
Penjajah Indonesia merdeka karena angkatan muda penjajah Indonesia itu. Soeharto dengan orde barunya tumbang juga karena angkatan muda. Angkatan muda selalu punya angin perubahan. Angkatan muda selalu punya spirit.
Sejak Papua dicaplok oleh penjajah menjadi wilayah jajahannya, angkatan muda Papua selalu menjadi tulang punggung revolusi rakyat Papua untuk bebas dari kukungan penjajahan. Kita tahu, angkatan muda adalah pelopor pergerakan perjuangan kemerdekaan West Papua, 1 Desember 1961.
Angkatan muda Papua juga pelopor dan otak di balik serangkaian aksi demo menuntut pencaplokan RI atas wilayah Papua, pasca Pepera 1969 yang penuh rekayasa itu. Angkatan muda juga adalah pengerak terselenggaranya kongres Papua II yang sangat bersejarah dan fenomenal itu. Di sana, lahirlah Theys Eluay. Sayang, hidupnya naas di ujung senjata penjajah.
Mengapa ketika kerusuhan dan terjadi pelanggaran HAM, kebanyakan korban adalah angkatan Muda Papua? Mengapa selalu angkatan muda Papua yang dimata-matai, dibunuh, diintimidasi, diteror? Karena angkatan muda Papua punya kekuatan dasyat bila digali dan dibangkitkan.
Kini, angkatan muda Papua tak terhitung jumlahnya. Tersebar di seluruh penjuru dunia. Angkatan Muda Papua banyak yang telah berpendidikan. Banyak yang telah menjadi manusia.
Namun angkatan muda Papua masih belum sepenuhnya terbangun. Mereka kebanyakan masih dininabobokan oleh segala gula-gula politik penjajah. Angkatan muda Papua cenderung terperangkap dan diperangkap ke dalam cara perpikir penjajah, yang melahirkan angkatan Muda Papua yang berkecenderungan menjajah rakyatnya sendiri. Sadarlah!
Angkatan muda Papua cenderung dimanja dan dikotak-kotakkan ke dalam berbagai kotak-kotak pemisah. Penjajah selalu menggunakan pemekaran, iming-iming uang, jabatan, sebagai sarana untuk membelokkan arah hidup angkatan muda Papua sehingga tidak lagi berpikir akan kemerdekaan bangsanya.
Di tengah itu semua, angkatan muda Papua kini punya satu tujuan besar: revolusi total menjuju kemerdekaan Papua. Dan perjuangan itu tidak dimulai esok, atau lusa, atau minggu depan, atau tahun depan. Revolusi menuju kemerdekaan Papua harus kita kumandangkan saat ini juga. Baca tulisanku yang terdahulu: OAP: Perjuangkan Kebebasanmu Sekarang!
Angkatan muda Papua, jangan tunggu waktu. Jangan tunggu dewasa dan atau tua untuk bersuara. Anda adalah malaikat penggerak revolusi kemerdekaan Papua. Anda angkatan muda Papua. Anda bisa. Rakyat Papua kini menunggu angkatan muda Papua bergerak, menjalankan roda revolusi.
Untuk mengintropeksi dan menyamakan sejenak bentuk serta cara penjajah menjajah dan menghancurkan kekuatan perlawanan rakyat terjajah, dan bagaimana cara melawannya, coba kita ikuti tulisanku berikut ini.
***
Sejarah adalah guru bijak. Maka sepantasnya kita jadikan sejarah sebagai cerminan bagi arah hidup kita ke depan, agar tidak terjebak dalam kesalahan yang sama. Kini, kita akan mengulas kemlai dan berusaha mencari hikmah dari penerapan politik devide et impera belanda, dampai pada kemerdekaan Indonesia.
Politik pecah belah atau politik adu domba (devide et impera) adalah kombinasi strategi politik, militer, dan ekonomi yang bertujuan mendapatkan dan menjaga kekuasaan dengan cara memecah kelompok besar menjadi kelompok-kelompok kecil yang lebih mudah ditaklukan. Dalam konteks lain, politik pecah belah juga berarti mencegah kelompok-kelompok kecil untuk bersatu menjadi sebuah kelompok besar yang lebih kuat, dan mengadu domba kelompok-kelompok tersebut agar semakin lemah.
Unsur-unsur yang dijadikan teknik dalam politik ini adalah:
Menciptakan atau Mendorong Perpecahan dalam Masyarakat untuk Mencegah Aliansi yang bisa Menentang Kekuasaan Berdaulat.
Segala bentuk ketidakadilan, dan pelecehan terhaddap hak-hak dasar manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai komunitas dalam suku, suku bangsa, dan bangsa dalam suatu wilayah atau kawasan tentunya akan ditentang. Namun, seperti adatnya dunia penjajah dan penguasa, mereka akan berusaha menekan, menginjak-injak, dan berusaha membungkam aspirasi dan suara kaum terjajah dan kaum yang dirugikan tersebut dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan menciptakan dan berusaha mengondisikan suasana agar terjadi perpecahan dalam masyarakat terjajah dan yang dirugikan tersebut, agar tidak terjadi persatuan (aliansi) yang menentang mereka, para menguasa dan penjajah.
Beberapa cara yang termaktub dalam poin ini, antara lain: satu, Menyebar isu bohong untuk memecah belah pemimpin atau tokoh pemersatu dan tokoh perjuangan.
Penguasa dan penjajah biasanya menggunakan media masa (pers) dan kekuatan intelijen yang menyusup masuk ke dalam tubuh organisasi, menguasai tempat strategis, dan mulai menggiring dari dalam, baik para pemimpin atau organisasi, juga menciptakan suasana yang akhirnya memicu perpecahan antar pemimpin. Tentunya hal ini dibuat agar para pemimpin tidak bersatu, terpecah belah, dan akhirnya berjalan sendiri sendiri, sehingga memudahkan penguasa atau penjajah mematahkan perjuangan itu.
Dua, memengaruhi orang-orang dari kaum terjajah, dan menyuci otak mereka, agar menjadi kelompok tandingan daripada kelompok utama yang murni berjuang.
Membantu dan Mempromosikan mereka yang Bersedia untuk Bekerjasama dengan Kekuasaan yang Berdaulat.
Penguasa dan penjajah akan berusaha mencari, memengaruhi, bila perlu mengiming-imingi tokoh dan masyarakat atau kelompok masyarakat tertentu, agar bersedia menjadi wadah atau tokoh tandingan kelompok dan atau tokoh utama yang berjuang membela hak mereka.
Penguasa dan penjajah biasanya menggunakan media massa sebagai saluran utama pembentukan opini publik, dan mempropagandakan bahwa sesungguhnya terjadi perpecahan dalam masyarakat terjajah itu sendiri, bahwa hanya segelintir orang yang tidak menyukai adanya penguasa, karena kepentingan tertentu yang diusung mereka.
Penjajah atau penguasa akan membesar-besarkan, mengagung-agungkan, dan di pihak lainnya, penjajah berusaha menjatuhkan kelompok perjuangan utama, agar semangat mereka padam, juga agar terjadi permusuhan antara kelompok utama tadi, dengan kelompok binaan.
Ketika permusuhan itu muncul, dan sampai pada konflik antar kelompok, penjajah atau penguasa akan merasa senang, karena mereka berhasil. Ketika terjadi demikian, pintu masuk penguasa dan penjajah telah terbuka. Mereka dapat melakukan beberapa tindakan, yakni: menangkap pimpinan kelompok utama, dengan alasan memicu konflik antar kelompok, dengan dalih menciptakan keamanan dan ketertiban umum.
Mereka juga sekaligus dapat mengamankan beberapa penggerak atau otak kelompok perjuangan, memanfaatkan situasi yang kacau tersebut. Penjajah dan penguasa akan menggunakan tameng hukum, penciptaaan keamanana negara, dll sebagai pelindung kejahatan terselubung mereka.
Mendorong Ketidakpercayaan dan Permusuhan antar Masyarakat.
Saling percaya antara pemimpin dengan masyarakat yang dipimpin dalam satu barisan perjuangan adalah kunci dari terjadinya persatuan. Dengan adanya persatuan, kekuatan menjadi padu, dan hal mustahil dapat terjadi. Ini selalu menjadi catatan penting dari penjajah dan penguasa yang cenderung menutupi kebusukan mereka.
Ketika politik pecah belah diimplementasikan, para penjajah dan penguasa juga akan terus berusaha merusak citra pemimpin tokoh perjuangan dan arah organisasi perjuangan melalui media massa, agar publik, terutama masyarakat pengikutnya tidak mempercayai arah perjuangan dan kemurnian idealisme perjuangannya.
Ketika itu berhasil terjadi, maka perpecahan dalam tubuh organisasi tersebut, baik antar pengurus maupun pengurus dengan masyarakat pendukung tak dapat terhindarkan. Itu pasti. Dan memang seperti itulah yang diinginkan penjajah dan penguasa, agar perlawanan padam, dan mereka melanjutkan penjajahan.
Dalam situasi dan kondisi di atas, penjajah akan segera memanfaatkan ruang dan waktu yang mereka punyai untuk membesarkan tokoh tandingan piaraan mereka, yang berbicara sama panasnya dengan pemimpin utama itu dan organisasinya. Tujuannya satu, agar pemimpin dan organissasi utama tadi semakin tidak dipercayai, dan semakin melemah. Juga untuk mengganggu konsentrasi organisasi dan atau peimpin organisasi perjuangan utama.
Sistem Represif dan Pengkrimminalisasian Gerakan
Dalam semua waktu dan kesempatan yang ada, yang penting ada celah untuk masuk dan memungkinkan tindakan mereka dapat terlindungi oleh tameng hukum, penjajah dan penguasa tidak akan segan-segan mengamankan orang-orang yang dianggap berbahaya.
Label Separatis, Pengacau Keamanan, Teroris, dan sederet stigma lainnya dari dahulu telah lazim digunakan penjajah terhadap tokoh dan atau masyarakat terjajah.
Semuanya bertujuan membentuk opini publik, bahwa gerakan masyarakat terjajah itu bukan menuntut hak karena hak mereka diabaikan dan malah dirampas, malainkan menutupi itu dengan mengatakan kepada publik, bahwa yang terjadi adalah gejolak yang ditimbulkan segelintir orang yang mengacaukan keamanan.
Penguasaan Media Massa
Dalam sejarah kolonialisasi, penjajahan dan imperialisme global, media massa sangat berperan penting. Umumnya, media massa berpengaruh dan ternama itu telah berada dalam genggaman penguasa dan menjajah, dan menyuarakan kebaikan penjajah dan menguasa, dan menyembunyikan kebengisan mereka.
Pada tingkatan ini, media massa yang dianggap keras dan jujur dlam pemberitaannya akan dibrendel. Media massa luar akan dilarang meliput, atau melakukan kegiatan kewartawanan lainnya di wilayah penjajahan. Tujuannya agar apa yang terjadi tidak diketahui orang luar.
Beberapa hal yang berkenaan dengan media masa yang dituju penjajah antara lain: Satu, Membentuk opini publik dengan fakta dan opini bohong. Tujuannya agar tangisan, derita, tindakan repsesif penguasa dan penjajah, serta pelanggaran HAM dan beberapa penyelewengan terhadap hak-hak dasar tidak terdengar oleh mereka yang memunyai kuasa di luar sana, agar mereka tidak bersimpati pada perjuangan mereka.
Kedua, sebagai media propaganda, dan media stigmatisasi. Dimana para pemimpin perjuangan dilabeli separais, pengacau keamanan, teroris, dll. Sehingga mereka dapat mengamankan para pemimpin masyarakat terjajah menggunakan stigma diatas sebagai pelicin pengamanan terhadap para pemimpin masyarakat terjajah tersebut dengan berpegang pada hukum karet mereka, penguasa dan penjajah.
Ketiga, sebagai media adu domba. Melalui medialah para pemimpin ditelanjangi, setelah ditambahi bumbu penyedap dan gelar-gelar sehingga citra mereka jatuh di hadapan masyarakat mereka. Tujuannya agar kepercayaan masyarakat menurun terhadapa pimpinan atau organisasi mereka. Juga digunakan untuk mengadu domba organisasi gerakan yang satu dengan organisasi gerakan lainnya, dengan cara berfariasi, tetapi dalam bentuk yang sama.
Titik Bangkit: Persatuan
Lihat Indonesia sebagai contoh. Mereka dijajah dan diadu domba Belanda, sehingga rakyat Indonesia yang banyaknya mungkin 15x lebih banyak dari jumlah penjajah itu masih tetap dijajah Belanda yang nyatanya minoritas jumlahnya. Itulah dasyatnya politik adu domba, devide et impera Belanda, sehingga selama 350 tahun lebih, Indonesia dijajah Belanda.
Bangkitnya Indonesia yang sesungguhnya adalah ketika para pemuda Indonesia bersatu, dan melakukan koalisi bersama, yang kita kenal sekarang, Kongres Pemuda Indonesia I dan Kongres Pemuda Indonesia II. Di sanalah, para pemuda Indonesia tanpa perwakilan Papua ketika itu- sadar, bahwa mereka dijajah, dan bersatu. Mereka bersumpah bersama, dan semangat sumpah pemuda itu mempersatukan langkah perjuangan mereka, sehingga tak lama kemudian, Indonesia Merdeka, bebas dari belenggu penjajahan.
Tugas angkatan muda Papua adalah menciptakan momentum persatuan itu! Jangan harap menjajah akan mengondisikan sebuah hal yang merangsanmu pada persatuan. Tak pernah ada itu dalam kamus penjajahan bangsa-bangsa. Angkatan muda Papualah yang harus mempelopori lahirnya momentum persatuan itu!
Perlu ada Momentum Pas
Momentum atau waktu yang pas sangat penting diperhatikan. Indonesia merdeka dan dapat dipertahankan hingga kini, karena telah memproklamirkan diri pada saat yang pas, dimana ketika itu, Jepang panik karena baru saja bom atom meluluhlantakkan dua kota vital mereka, Hiroshima dan Nagasaki. Indonesia merdeka saat Jepang telah menyerah tanpa syarakt kepada Sekutu, dan tidak dapat berbuat apa apa lagi.
Mereka juga memproklamirkan diri, ketika saat itu, semangat rakyat untuk merdeka telah dibangkitkan paum muda Indonesia zaman itu. Kesadaran akan pentingnya kemerdekaan telah ada pada masyarakat. Sehingga mereka dengan segenap daya upaya mempertahankan republik mereka yang baru berdiri.
Maka tugas angkatan muda Papua adalah melihat dan menganalisis setiap fenomena untuk memanfaatkannya menjadi sebuah momentum kebangkitan menuju kemerdekaan Papua. Bila tak ada momentum pas, jangan kuatir. Kau ciptakan momentum itu!
***
Angkatan muda: Penjajah tahu, kau adalah singa! Mereka kuatir kau terbangun. Lihatlah; berbagai cara dipakai mereka untuk memecah belah engkau, hanya untuk menjauhkan diri anda dari apa yang namanya persatuan. Karena mereka tahu, dengan persatuan, kau akan menjelma menjadi singa!
Tugas angkatan muda Papua adalah menganalisis dengan pikiran jernih setiap fenomena dan kejadian, menerjemahkannya dalam bentuk prediksi-prediksi, sehingga dengan dasarnya, menentukan dan menetapkan suatu dasar strategi perjuangan yang dinamis untuk terus bergerak melawan penjajahan.
Ingatlah: bila Papua tidak kau jadikan negara merdeka saat ini, anak cucumu kelak akan terus menderita diperhamba seperti dirimu saat ini. Angkatan muda Papua saat ini dilahirkan sebagai generasi pejuang, generasi penentu tegaknya tiang kemerdekaan bangsa Papua, yang akan dengan rela dan besar hati mengorbankan darah dan keringatnya demi kemerdekaan Papua. Yakinlah, senyum cucu-cicit kita kan menyusul di hari esok, dalam nuansa kemerdekaan dan kebebasan.
Kini, angkatan muda, sadarlah. Kau singa tertidur. Mengaumlah semampumu. Buat penjajah gementar dengan derap langkah kakimu menuju medan perang. Ayo, bangkitlah! Kau adalah tumpuan harapan bangsa Papua.
Jika bukan kau yang berdiri di garis terdepan, siapa lagi yang kau harap? Jika bukan darahmu yang tidak tertumpah, lantas siapa yang kan bersedia membebaskan bangsamu dari tirani penjajahan dengan rela korbankan darahnya?
Angkatan muda Papua, kau singa! Kau kuat! Sadarlah, bersatu menyusun kekuatan, dan maju rebut kemerdekaan dengan pengorbanan darah dan keringat kita!. Pahami setiap maksud penjajah Indonesia memecah belah kita. Kita angkatan muda Papua adalah generasi penanggung derita untuk bahagia cucu-cicit kita!
Biarkan darah dan keringat kita jadi alas jalan panjang perjuangan ini. Kita harus mengakhiri sejarah derita ini.
Patrick Yakobus adalah aktivis Papua.
sUMBER : WWW.majalahselangkah.com
Blogger Comment
Facebook Comment