Gambar ilustrasi. Ist. |
Dalam tulisan pertamaku berjudul "Tugasmu OAP: Berjuang Hingga Papua Merdeka!" kita telah mengenali siapa kita di atas tanah air kita. Kita telah mengetahui di sana bahwa kebebasan bangsa kita dikekang sistem negara iblis Indonesia yang menjajah. Maka, kini tersisalah pada kita satu tanggungjawab.
Kita harus berjuang merebut kebebasan kita!
Di atas puing-puing kehancuran tanah air Papua kita ini, setelah lelah melewati 50 tahun lebih masa berjuang, sampailah kita pada kenyataan ini.
Pertama: kita masih dijajah negara Indonesia, kapitalis dan imperialis global. Koalisi mereka menjajah dan menjarah setiap inci dari kekuatan kita.
Kedua: dahulu, penjajahan jelas terlihat karena yang menjalankan sistem yang menjajah adalah kita sendiri. Saat ini, banyak dari antara kita sendiri menjadi budak penjajah, digaji untuk menjalankan sistem yang menjajah itu pada kita. Kita dilatih untuk menjadi penjajah atas kita sendiri. Ada aroma devide et impera di sana.
Ketiga: dulu, organisasi-organisasi perjuangan jelas. Organisasi apa yang menjalankan fungsi diplomatik, organisasi apa yang menjadi sayap militer, organisasi apa yang bertugas memobilisasi massa dan seterusnya. Kini, banyak muncul organisasi-organisasi tandingan bentukan si Indonesia penjajah itu.
Keempat: dahulu, kita kenal tokoh-tokoh intelektual kita yang menjadi simbol perjuangan rakyat Papua membebaskan diri dari penjajahan. Saat ini, banyak tokoh yang melacurkan diri dengan mengangkat dirinya sebagai tokoh perjuangan.
Maka ini jadi celah bagi penjajah untuk menyisipkan tokoh-tokoh mereka, sehingga arah gerakan perjuangan menjadi makin kabur.
Kelima: kenyataan bahwa saat ini, orang yang asli Papua, yang berjuang untuk mencapai kemerdekaan dengan sungguh-sungguh, sedikit jumlahnya. Walaupun kita tahu bahwa dalam hati, semua orang asli Papua ingin kemerdekaan bangsa Papua Barat terwujud.
Keenam: banyaknya putera-puteri asli Papua yang menjadi pelayan (atau lebih tepatnya disebut penjilat) penjajah dengan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Mereka hidup enak dengan fasilitas milik penjajah. Mereka cenderung membuat diri pura-pura lupa akan tangisan dalam hati mereka untuk Papua Merdeka. Ini melemahkan psikolgis yang berjuang menuntut kemerdekaan, karena notabene kita semua adalah orang asli Papua.
Maka dari kenyataan ini, kita lihat cara penjajah mematikan setiap upaya kita menggapai kemerdekaan.
Pertama: penjajah Indonesia, orang-orang yang menjadi otak sistem kapitalisme dan imperialisme di atas tanah Papua sadar, persatuan menjadi kunci orang Papua menggapai kemerdekaan. Maka diluncurkanlah alat dan media, berupa produk sistem, undang-undang, kebijakan, dan yang lain-lain untuk memecah belah.
Tugas kita orang asli Papua adalah menolak dan tidak menjalankan (boikot) terhadap semua sistem, desain undang-undang, atau produk hukum apa pun dari penjajah yang selalu punya motif politik! ingat itu.
Kedua: penjajah membentuk organisasi-organisasi tandingan. Mereka juga menyisipkan orang-orang (baik yang non Papua dan Papua) yang berpikir seperti penjajah, berwatak penjajah. Mereka bertugas menjadi informen. Menjadi aktor pengacau segala agenda. Maka mereka harus merebut posisi-posisi pending dalam struktur perjuangan. Dan itu sudah terjadi.
Tugas kita orang asli Papua adalah mendata orang-orang asli Papua yang bergabung menjadi penjilat penjajah, dan memberdayakan mereka agar memanfaatkan sumberdaya yang disediakan demi cepat tercapainya Papua Merdeka. Bila tidak memungkinkan, kita sudah tahu apa yang layak bagi penghianat!
Ketiga: penjajah Indonesia mengadu domba. Pendapat tokoh perjuangan diadu dengan pendapat lain. Ini juga termasuk upaya menghancurkan harga diri para pemimpin perjuangan dan yang berpotensi menjadi pemimpin yang baik di hadapan rakyatnya sendiri.
Poin ini juga menyangkut adu domba terhadap para pimpinan organisasi perjuangan. Masing-masing ego ada karena ada 'oknum' yang menguatkan dan mendukung. Disana pasti ada orang-orang titipan.
Tugas kita adalah menganalisis faktor-faktor yang membuat keterpecahbelahan antar kita. Temukan aktor-aktor lapangan dan aktor-aktor perancang. Lebih baik kita jadi penghapus yang menghapus coretan tak beraturan mereka, sebelum pensil perpecahan mulai nakal menggores memecah belah.
Keempat: Penjajah memanfaatkan kenyataan bahwa banyak orang asli Papua yang diam saja dan menikmati hidup dalam himpitan sistem penjajah sebagai dalih untuk mengatan, orang asli Papua tidak semua menginginkan kemerdekaan. Ini hanya dapat dilawan dengan persatuan.
Cobalah buktikan. Bila anda merasa diri orang asli Papua yang terpanggil oleh tanah air Papua tempatmu berpijak untuk berjuang, tunjukkan kepada Indonesia dan dunia bahwa anda benar-benar ingin lepas dari penjajahan Indonesia dan kapitalis/imperialis global.
Kerelaan anda untuk dengan sadar membuat barisan pendemo semakin panjang akan membuat ketakutan di pihak penjajah satu inci bertambah. Dan untuk hal itu saja, telah menjadi kemenangan di pihak kita.
Tugas kita orang asli Papua adalah turun jalan. Buat barisan jadi panjang dan gemuk. Beritahu kepada setiap orang asli Papua bahwa sudah menjadi kewajibannya, dan tak ada tawar menawar lagi, bahwa kita dalam posisi tersudut oleh sisitem yang menjajah, dan kita harus turun. Bergerak. Serentak.
Kelima: banyaknya kelompok PNS asli Papua membuat keuntungan di pihak penjajah. Pertama, penjajah Indonesia untung untuk menjadikan anda sebagai obyek kampanye di dunia internasional, bahwa orang Papua sudah sejahtera. Kedua, anda digunakan sebagai media atau alat yang menjalankan sistem yang menjajah.
Tugas kita adalah mendata semua orang asli Papua yang jadi PNS. Tugas mereka adalah menyumbangkan sebagian dari penghasilan mereka untuk laskar rakyat yang turun jalan, bergerilya, bekerja demi Papua Merdeka. Sumbangkan terang-terang, jangan sembunyi-sembunyi. Ini di atas tanah kita, untuk kepentingan kita, kepentingan kebebasan bangsa dan tanah air Papua.
Kau yang tamatan S2, S3, yang magister dan doktor. Anda adalah manusia-manusia paling luar biasa. Ketahuilah, Penjajah Indonesia takut dan menawarimu pekerjaan, ini dan itu. Itu cara penjajah mengalihkan perhatianmu sehingga anda tidak menerapkan keahlianmu untuk mempercepat langkah bangsa ini menuju kemerdekaan Papua Barat.
Biarkan dunia yang akan bercerita tentang anda bahwa seorang magister dan doktor lulusan universitas terbaik Indonesia memimpin ribuan orang Papua menuntut kemerdekaan dan berhasil menggapainya.
Warga Indonesia akan mencibir anda, itu pasti. Penjajah akan berusaha sekuat tenaga menghilangkan anda, itu pasti. Tapi sebagian waga dunia akan menghormati anda.
Apalagi orang-orang anda, warga bangsa Papua Barat, kehadiranmu di tengah mereka membuat semangat berlipat ganda. Air mata yang berlinang di mata mereka kala kau para sarjana dan magister mengangkat pengeras suara di jalanan adalah bukti kebanggaan mereka: seorang doktor di antara mereka dengan gentelmen menjadi penguat barisan perjuangan.
Kehadiranmu membuat rakyat anda berpikir, garis finish sudah dekat!
Maka ini yang harus kita perhatikan bersama. Ini menyangkut beberapa rekomendasi yang dapat direfleksikan oleh segenap rakyat Papua, terutama orang asli Papua.
Pertama: ketika ada demonstrasi damai menuntut kemerdekaan Papua Barat, cobalah, liburkan semua aktivitas anda.
Yang PNS, saat itu buka baju dinas anda, sebagai simbol bebasnya kau dari kepatuhanmu pada tuan sementaramu (Indonesia) dan ikutlah hati nuranimu untuk berteriak Papua Merdeka di lorong-lorang jalan bersama laskar rakyat. Yang petani, tidak usalah anda ke kebun hari itu. Yang nelayan, tak usalah melaut anda hari itu.
Yang di pelosok-pelosok, datanglah berbondong-bondong ke pusat kota. Buatlah satu barisan panjang massa pendemo. Tunjukan pada Indonesia dan dunia, bahwa kemerdekaan yang diperjuangkan adalah keinginan bersama rakyat Papua Barat, bukan seperti propaganda rekayasa mereka!
Kedua: generasi muda Papua saat ini, janganlah mencita-citakan diri menjadi PNS. Jadilah intelek di jurusan anda, bidang keahlian anda. Dan abdikan hidupmu sesuai dengan dukungan bidang keahlianmu untuk membercepat jalan ini menuju kemerdekaan Bangsa Papua.
Ketiga: orang-orang tua asli Papua, didiklah anak-anak anda sejak dini bahwa kita hidup dalam zaman penjajahan. Zaman dimana hidup kita diperhamba.
Jelaskan secara detail menurut apa yang anda ketahui, bahwa tugas anak muda Papua bukan untuk hidup bahagia, tetapi berjuang melahirkan generasi bahagia, penikmat kemerdekaan Papua.
Keempat: bersatu padulah organisasi-organisasi perjuangan dan para pemimpinnya. Satu-satunya yang dapat menyatukan kita adalah tujuan bersama kita bahwa Papua harus merdeka! Rakyat tanah ini menggantungkan harapan kepada anda, wahai para pemimpin pergerakan.
Bersatulah bukan karena argumen anda, tetapi karena kita punya visi bangsa bersama, Papua Harus Merdeka!
Kelima: kau orang asli Papua yang berada di organisasi-organisasi bentukan penjajah Indonesia, manfaatkanlah fasilitas yang mereka beri untuk dukung kemerdekaan Papua.
Ingat, kau bukan siapa-siapa di tanah ini. Walau kau intel, anggota BIN, anggota TNI, anggota marinir RI, semua orang tahu, kau putera Papua. Kulit gepmu dan rambut keritingmu sdah cukup jelas bagi dunia untuk menyebutmu anak bangsa Papua. Maka, tanah Papua juga memanggilmu menjadi pelopor kemerdekaan. Bersiaplah!
Setiap orang asli Papua, jangan terlena dengan janji-janji manis penjajah. Uang, jabatan, kedudukan, wanita, semua itu akan ditawari padamu. Itu agar kau beralih perhatian dan meninggalkan tanggungjawabmu menjadi barisan terdepan gerakan perjuangan ini. Maka berhati-hatilah.
Mari, setiap OAP, mulai saat ini, kita memasuki babak bekerja! Kita bekerja 24 jam dalam sehari-semalam demi Papua Merdeka. Relakan pikiran, jiwa, tenaga, waktu dan segala yang ada padamu saat ini demi senyum manis cucu-cicit kita di bawah kibaran Sang Bintang Kejora, esok hari.
Ingat satu hal lagi: bila Indonesia berpikir bagaimana menjajah kita selama 12 jam dalam sehari, maka kita OAP mutlak menghabiskan waktu minimal 13 jam untuk berpikir bagaimana kita keluar dari penjajahan dan menegakkan tiang kemerdekaan bangsa kita.
Hanya kesadaran dan persatuan menuju pergerakan kemerdekaan bangsa Papua yang lebih terorganisirlah yang akan menjadi jembatan menuju gerbang pemulihan kemerdekaan bangsa Papua. Kita harus bekerja mengakhirinya, mulai saat ini. Mulai saat ini. Mulai saat ini. Lebih serius lagi.
Kitalah yang harus melahirkan generasi penikmat kemerdekaan bangsa Papua. Kitalah yang harus mengakhiri sejarah derita ini.
Patrick Yakobus adalah Aktivis Papua.
Sumber : www.majalahselangkah.com
Blogger Comment
Facebook Comment