Foto: Sonny Dogopia, Penulis Pemula/Dok. FB |
Saya dan kawan-kawan seperjuangan berjalan di jalur yang membutuhkan mu sahabat Papua. Dimana, kita sebagai Umat Tuhan yang ditempatkan di Tanah Papua harus memanfaatkan Nafas yang ada. Karena, kehidupan setelah kematian benar-benar ada yang merupakan kehidupan kekal, Kehidupan di Surga dan Neraka.
Jangan jadikan nafas sebagai sahabat pengikut Lusiver. Jangan: Takut, Jual, Lupa, Tersesat, tergoda nafsu duniawi, dll. Sebab, nafas kami adalah Tuhan Allah yang menjelma menjadi Roh-Kudus dan tetap hidup dalam pribadi saya dan sodara.
Papua Merdeka itu adalah Kebangkitan Harga Diri, ciptaan Tuhan yang ditempatkan di Tanah Papua.
Papua Merdeka adalah pukulan untuk Lusiver.
Status Indonesia di Papua Barat adalah permainan Lusiver yang tercacat dalam Sejarah Papua Barat.
Sejarah Papua Barat adalah Papua bukan pulau yang kosong. Ada cerita-cerita rakyat yang menjelaskan jejak perjalanan Moyang kami, Asli Orang Papua (AOP). Papua Masih dalam satu daratan dengan Benua Australia. Perdagangan-perdagangan yang dilakukan oleh Negara-negara dari Eropa dan memberikan nama Papua Barat dari nama ke nama. Masa penjajahan Belanda dan Belanda tidak meneruskan status kenegaraan West Papua tingkat PBB. Indonesia bersekutu dengan Amerika hanya karena, Perluasaan wilayah jajahan dan Ekonomi-Politik.
1 Mei 1963 adalah Awal Orang Papua dibunuh oleh Kolonial Indonesia. Genosida telah dan sedang terjadi di tanah Papua.
Lebih dari 500.000 warga sipil telah tewas, dan ribuan lainnya telah diperkosa, disiksa dan dipenjarakan. Media asing dan kelompok hak asasi manusia dilarang beroperasi di Papua Barat, sehingga orang jarang mendengar tentang situasi di sana.
Otsus, Pemekaran, UP4B, Otsus Plus, UU Desa, UU Penanaman Modal Asing, UU Negara Berhak Atas Tanah, Air dan Hasil Bumi dikelolah dari Negara untuk Negara, Transmigras Masih Ada (red: Imigran), Islamisasi, Pengiriman Militer untuk mengamankan misi Penjajah dan Kapitalis muara pada Pemusnahan Etnis Melanesia.
Pembangunan yang dilakukan di Papua dalam backround Militer Indonesia adalah Misi berlapis.
Militer Indonesia
bermandi Miliaran Rupiah pada Proyek pembangunan, Militer memainkan
peran Menejen Konlik hanya demi pangkat, proyek, bisnis, nafsu duniawi
lainnya, memberikan jalan bagi penguras hutan/kayu papua, mengusir
Flora-Fauna, merusaki batas-batas wilayah adat antar suku, dan lainnya.
Orang Papua terpelajar ditipu melalui Prospek (Program Respek).
Orang Papua terpelajar ditipu melalui Prospek (Program Respek).
Pada masa pendidikan bagi orang Papua tidak bisa memainkan peran sebagai Asli Papua. Karena, Status dasar adalah Sejarah dan Mahasiswa ber-ijasa dalam bingkai masih di jajah.
Mahasiswa akan menyelesaikan study tingkatan Strata satu, dua, tiga, dan seterusnya. Namun, akan kembali aktifkan Otsus, Pemekaran, UP4B, Otsus Plus, UU Desa. Dan membiarkan; UU Penanaman Modal Asing, UU Negara Berhak Atas Tanah, Air dan Hasil Bumi dikelolah dari Negara untuk Negara, Transmigras Masih Ada (red: Imigran), Islamisasi, Pengiriman Militer untuk mengamankan misi Penjajah dan Kapitalis muara pada Pemusnahan Etnis Melanesia.
PT. Freeport, LNG, BP, MIFEE, dan beberapa Perusahaan raksasa menjadi acuan orang Papua yang berteriak karena Tanah Ulayatnya dibunuh, disebut: Teroris, Separatis, Makar, dan lainnya.
Kelly Kwalik adalah Pemilik Hak ulyat tanah atas PT. Freeport. Namun, Negara Indonesia menyebut Kelly sebagai Teroris sehingga melalui Densus 88, nyawa Kelly Kwalik, pemlik hak ulayat wilayah PT. Freeport di cabut.
Akhir-akhir ini banyak penemuan-penemuan kandungan kekayaan alam di Papua. Bahkan wilayah yang cocok dijadikan daerah Pariwisata.
Raja Ampat, Puncak Chartenz, Danau Sentani, dan lainnya adalah daerah-daerah Pariwisata bertaraf Internasional.
Hutan Papua, mulai dari Kayu, Isi Hutan Papua, Tanah, Isi Tanah Papua, Laut, Isi Lautan, Rawa, dan sangat banyak yang menjadikan Kolonial Indonesia dan Kapitalis berlomba-lomba. Tidak peduli pada penguni Tanah Bapua Barat.
Pemusnahan Etnis Melanesia tersistematis. Tercatat bahwa 500.000 warga sipil telah tewas, dan ribuan lainnya telah diperkosa, disiksa dan dipenjarakan. Hingga saat ini angka kematian bagi Asli Papua meningkat, sedangkan kelahiran menurun. Program KB terus disosialisasikan dan ketika rakyat menolak, Rumah Sakit adalah pintu mengaktifkan KB. Yang mana, proses kelahiran seorang bayi harus melalui operasi.
Di tabloidjubi.com, edisi September 2014, Kesehatan, Lebih dari setengah AOP hidup dalam HIV/AIDS.
Dan di channel TV, TV
Papua, jayapura. Klementinal, Wakil Gubernur membacakan jumlah penduduk
AOP bahwa sekitar tiga juta jiwa Orang Papua.
Hitungan yang lebih terperinci bahwa berapa Militer Indonesia di Papua, Berapa orang Imigran di Papua, Berapa Peranakan Orang Papua-Non Papua, Berapa AOP.
Masih lebih luas untuk dijelaskan. Perlu untuk diketahui bahwa Penajajah, Kapitalis dan Militer adalah musuh. Penjajah akan mengambil kebijakan, keputusannya dilindungi oleh UU terkait, Militer digerakan sebagai pengawal misi pemusnahan AOP itu. Kapitalis mengembangkan daerah-daerah yang berpotensi alam, pariwisata, terus melakukan ekplotasi-ekploitasi. Militer menjadi pengawalan dan penggerak dalam melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM), memperlanjar menejen konflik, mempersenjatai rakyat yang telah menjadi Milisi Indonesia.
Rakyat Papua Barat masih memunyai harapan. Harapan ada pada tiap individu yang rindu akan kematian yang layak dan menuju Surga.
Rakyat harus satukan barisan dan lawan! Pekerja-pekerja buruh di Perusahan-perusahan harus mogok total, PNS/Pejabat pemerintah Kolonial Indonesia untuk AOP harus mogok total. Rakyat papua Barat harus Boikot Indonesia dan tawaran-tawaran dari kaum Kapitalis.
Jumlah rakyat Papua Barat satu untuk lawan. Lawan Lusiver dan tidak menjadi korban dari Lusiver. Katakan bahwa Hidup untuk mati dan yang hidup adalah tindakan kita sebagai agen penghidup misi Tuhan melalui kehadiran-NYA di nafas kita. Maka generasi kita adalah penyembuhan total dan merdeka secara penuh.
Sabtu, 27 September 2014, Sudut kota Kolonial.
Sonny Dogopia mahasiswa Papua Barat di Tanah Kolonial.
Blogger Comment
Facebook Comment