Bendera Komite Nasional Papua Barat (KNPB). Foto: Ist |
Roberth Yelemaken dan Oni Weya ditahan karena menuliskan kata-kata, "Indonesia ilegal, referendum Yes" di tembok. Juga, menggambar gambar Bendera Bintang Kejora dan Bendera Merah Putih. (Baca: Tulis Kata-kata Ini, Polisi Tangkap dan Aniaya 2 Anggota KNPB di Manokwari).
Penahanan atas Roberth Yelemaken dan Oni Weya dikecam dari berbagai pihak di dalam dan luar negeri. Roberth Yelemaken misalnya dinilai masih di bawah umur dan tidak layak ditahan.
Atas desakan dan dukungan sejumlah pihak, Roberth Yelemaken (16) dikeluarkan setelah ditahan 11 hari, 08 Agustus - 18 Agustus 2014. Sementara, Oni Weya (21) baru dibebaskan pada 2 September 2014 lalu, 25 hari di tahanan.
Sebagai ucapan syukur atas pembebasan kedua aktivis ini, KNPB Manokwari menggelar ibadah bersama pada 3 September 2014 di Sekretariat KNPB Manokwari, Papua Barat. Ibadah syukuran dipimpin Pendeta Yelemaken.
Dalam keterangan yang diterima majalahselangkah.com, Pendeta Yelemaken menekankan soal kebenaran dan ucapan syukur.
"Ucapan syukur senantiasa dalam segala hal dan renungkanlah firman itu pada siang dan malam maka kamu ada di dalam Tuhan dan Tuhan ada di dalam kamu," pesan pendeta.
Papua Merdeka Itu Tuhan Yesus Punya Agenda
Usai ibadah syukur, Ketua KNPB Wilayah Manukwari, Alexander Nekenem mengatakan, "Ke depan KNPB wilayah Manukwari tidak boleh gentar, bimbang dan lain sebagainya, karena apa yang hari ini kita kerja dan berbicara yaitu Papua merdeka itu Tuhan Yesus punya agenda, bukan kita manusia punya agenda."
Jadi, kata dia, hari ini KNPB bicara Papua merdeka bagian dari bicara menyelamatkan manusia Papua, sebab Tuhan Yesus juga datang dan mati di kayu salib untuk menyelamatkan umat manusia.
"Dan hari ini kita KNPB bicara Papua merdeka bagian dari keselamatan rakyat bangsa Papua yang sedang ditindas menuju pemusnahan," katanya.
Dijelaskannya, "Ketika kita berada pada ladang Tuhan dalam perjuangan Papua merdeka berarti Tuhan semakin mencintai kita dengan cara bertambah lebih banyak penderitaan. Bukan jabatan, bukan hidup enak dan lain tidak. Dia, Tuhan Yesus, berikan kita beban semakin tambah, penderitaan semakin banyak. Karena Tuhan Yesus sendiri dielok-elok, diludahi sampai dibunuh. Padahal Dia orang besar dan benar, sedangkan kita manusia biasa."
Lanjut Alexander, KNPB sebagai media rakyat Papua yang berjuang untuk kebenaran pasti akan menghadapi banyak tantangan sampai nyawa banyak aktivis dihilangkan.
"Pastinya semua itu akan kita hadapi ketika berjalan bersama KNPB," kata dia.
Mengenai aksi corat-coret yang dilakukan Roberth Yelemaken dan Oni Weya, kata, Alexander Nekenem, "Ruang demokrasi di Papua Barat ditutup benar-benar oleh TNI-POLRI, sehingga kami mengambil langkah untuk tembok berbicara, dinding berbicara. Namun itu pun suatu masalah." (GE/003/MS)
Sumber :
Blogger Comment
Facebook Comment