Foto: Almarhum Oto Parianus Kudia |
Foto: Almarhum Oto Parianus Kudia |
"Oku,
Selamat Mengibarkan Bintang Fajar Bersama Pejuang Papua Lainnya dan
Rakyat Yang Tak Bersalah Dibunuh Oleh Kekejaman Indonesia."
Rabu (24/09/2014), Pukul
05:00 Waktu Papua (WP), Oto Parianus Kudiai menghembuskan nafas
terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sriwini Nabire, Papua.
Oto Parianus Kudiai
adalah sosok Aktivis Papua Merdeka. Bersama kawan-kawan aktivis di
Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Oto Parianus Kudia yang akrab dipanggil
Oku menghabiskan waktunya dalam AMP.
Oku (Makabe Wiyai Mutopai Umagi) adalah teman diskusi juga bersama kawan-kawan Umaginews West Papua, Emai Mogo, Aboki, Che De Goo, Sonny D, Roy Karoba, Angin Selatan,
dan kawan-kawan lainnya. Tidak banyak, kami habiskan waktu untuk
mendiskusikan Kebijakan Pemerintah Kolonial Indonesia yang seenaknya
membuat keputusan dan dilindungi oleh Undang-Undang (UU). Tidak hanya
itu, untuk menjalankannya mesti ada korban sebagai tumbal.
Otonomi Khusus (OTSUS) adalah bukti bahwa ada persoalan Sejarah, persoalan Internasional dan Otsus tidak turun dari langit.
UU No. 21 Tahun 2001
adalah UU yang melegalkan keberadaan Otsus. Keputusan pengambilan
kebijakan pun tidak berdasarkan status perjalanan Sejarah Papua. Bahkan
dalam pelaksanaannya Tokoh Papua Merdeka, Dortheis Hiyo Eluay menjadi
korban, tumbal. Pelakunya Megawati, yang saat ini mengcover Joko
widodo-JK (red: Presiden Penjajah) melalui Kopasus, Militer Indonesia.
Oku juga banyak cerita
tentang PT. Freeport. Ia sendiri adalah buruh kasar di area PT. Freeport
lebih khusu pada Teknisi Otomotif, mesin alat berat. Almarhum juga saat
itu menjadi tugas belajar di Kota Kolonial, Yogyakarta-Indonesia.
Cerita seksinya adalah
PT. Freeport berada di Tanah Papua, Timika. Pada Tahun 1967 adalah tahun
kontrak karya PT. Freeport antara Amerika dan Indonesia. Pada Tahun
2008 tercatat penghasilan hanya emas saja 800 Miliar Dolar perhari.
Belum termasuk, Tembaga, Batuan-batuan ber-$, Hutan Papua, Flora dan
Fauna, Unggas, dan lainnya. Oku hanya terima kurang dari 10 juta Rupiah
perbulan, sementara Ia harus habiskan hidupnya hidupkan mesin Monster
agar terus menguras dan memperluas ke wilayah lainnya.
Oku sadar bahwa ia adalah korban dari Lusiver, sadar bahwa ia sedang ada dalam perbudakan lusiver.
Di cerita akhirnya, Oku
cerita juga bahwa daerah kandungan Alam lainnya juga sama. Kita akan
habiskan waktu berpendidikan, sekolah berbasis kurikulum lusiver dan
bermuara pada korban lusiver.
Sekitar Tahun 2010/2011,
Oku menemui seoarang Pendeta, saat ini Pendeta itu memimpin di sebuah
Gereja. Yaitu: Gereja Filipi sebutan akrab.
Oku tergerak memberikan
derma atau perrupiah pada Pendeta tersebut. Tujuannya adalah agar
memperlanjar kerja-kerja Pak Pendeta kedepan.
Ibadah duka di Asrama Paniai atas berpulangnya Pejuang Papua Merdeka,Oto Parianus Kudiai di sisi Tuhan Yesus Kristus pada hari Kamis (25/09/2014), adalah kesaksian dari Bapak Pendeta itu.
Pendeta punya cerita tersendiri bersama Almarhum Oku.
Dalam kesaksian Bapak
Pendeta di sebuah Filipi Family, "Saya rasa bahwa saya dilahirkan
kembali untuk menjalankan misi Tuhan. Saya tergerak untuk menyatakan
yang sebenarnya bahwa saya harus melawan rasa takut, saya harus
membenahi diri saya," kata Oku kepada Pak. Pendeta itu.
Oku menghabiskan banyak waktu bersama kawan-kawan aktivis Papua Merdeka.
AMP dan KNPB adalah
Rumahnya. Saat teduh dan Gereja adalah tempat ia mengucap syukur atas
campur tangan yang tak terlihat pada setiap ciptaan-NYA lebih khusu Oku.
Lawan Lusiver adalah nafas para aktivis Papua Merdeka.
Bapak Pendeta
menceritakan tentang kesaksian Ayah dan Ibu dari Pendeta saat dihidupkan
kembali setelah meninggal dunia selamat tiga hari.
"Sesungguhnya kehidupan
setelah kematian itu benar-benar ada, Surga dan Neraka itu
sungguh-sungguh ada," Inti kesaksian itu diceritakan oleh Bapak Pendeta
saat Ibadah syukuran, Duka almarhum Oku.
Oku selalu menghadirkan
suasana kegembiraan, bagaimana ia harus menghilangkan duka Nasional
Papua Barat, duka yang selalu rakyat Papua alami.
Jiwa sebagai pejuang yang semangat, selalau hadirkan jiwa militansi untuk tidak takut pada Lusiver dan masih banyak lagi.
Jiwa sebagai pejuang yang semangat, selalau hadirkan jiwa militansi untuk tidak takut pada Lusiver dan masih banyak lagi.
Oku memberikan Diesel Generator, Pengeras Suara, dan Kenangan akan pentingnya perjuangan ini.
AMP, melalui Amp Komite Kota Yogyakarta mengucapkan
turut berduka dan menuliskan jiwanya sebagai aktivis Papua Merdeka di
akun Facebook tidak lupa ucapan terima kasih atas Diesel Generator,
Pengeras Suara, dan Kenangan akan pentingnya perjuangan ini.
Rakyat Papua Barat tetap
satukan barisan perlawan, kita capai harga diri kita sebagai manusia
Papua yang menghuni di Pulau Papua.
Terima Kasih, rakyat Papua Barat tetap LAWAN!
Blogger Comment
Facebook Comment