Videlis (Jhon) Agapa (36) ditembak mati di Jalan Trans Irian Nabire-Ilaga KM 74, Kamis (18/09/14) kemarin. Foto: Yermias |
Nabire, MAJALAH SELANGKAH -- Videlis (Jhon) Agapa (36) ditembak
mati di tempat oleh dua orang bersenjata lars panjang di Jalan Trans
Irian Nabire-Ilaga KM 74, Kamis, (18/09/14) kemarin, Pukul 15.00 waktu
setempat.
Mayat korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire sejak kemarin. Dan, sepanjang malam disemayamkan di kamar mayat RSUD Nabire.
Saksi mata, Petrus Dogomo, Natalis Tigi dan Sariawagi kepada majalahselangkah.com di RSUD Nabire, siang tadi, Jumat (19/09/14) menjelaskan, pelaku penembakan berjumlah dua orang dan mereka mengenakan pakaian preman saat melakukan rentetan penembakan.
"Mereka tembak kami pakai senjata besar yang bisa lipat itu. Satu orang pakai baju putih dan satu orang baju hitam. Tidak tahu tentara atau polisi karena mereka tiba-tiba dari belakang antrean mobil, kayaknya dari mobil belakang," tutur Natalis Tigi.
Natalis bersaksi, "Senjata pertama tembak saya. Tapi, saya lari masuk ke kali dan peluru kikis saya punya rambut. Kalau saya tidak tunduk, pasti saya duluan mati kepala tembus. Dia (Videlis Agapa) di belakang dan kena peluru dari tulang belakang tembus di perut dan dia mati."
Lebih lanjut ia berkisah, "Itu jalan di atas jadi, kami lari ke bawah, ke kali. Mereka dua posisi di atas. Dari atas tembak ke bawah di bawah jembatan. Untuk kami yang lain lari sembunyi. Itu kami tidak lawan apa-apa, mereka langsung main tembak."
Petrus Dogomo, Natalis Tigi, dan Sariawagi mengatakan, mereka ditembaki sekitar 6 kali. "Ada banyak kali tembakan, kira-kira enam kali begitu. Kami takut dan lari ke kali, jadi tidak hafal berapa kali tembakan. Setelah melakukan tembakan, mereka kembali," kata Petrus Dogomo.
Sumber lain, warga di KM 74 mengatakan, di wilayah itu tidak ada orang lain. "Di sana itu tidak ada orang lain yang punya senjata. Yang ada senjata itu ya, kita tahu semua to, TNI yang jaga perusahaan milik Dewa Krisna dan pos Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon 753 di KM 100," kata sumber itu.
Kepada sejumlah personil TNI yang datang ke RSUD, aktivis Hak Asasi Manusia Papua wilayah Meepago, Yones Douw secara spontan mengatakan, "Ini bagaimana pak. Palang jalan saja ditembak mati begini. Biasanya ada peringatan satu, dua dan tiga. Mereka ini bukan binatang, ini manusia pak."
Siang tadi, mayat Videlis (Jhon) Agapa yang telah disemayamkan di RSUD Nabire sejak kemarin itu telah dimandikan dan dimasukan ke dalam peti mayat. Keluarga telah membawa pulang mayat ke rumah duka di kelurahan Siriwini Nabire.
Mengapa Videlis (Jhon) Agapa Ditembak Mati?
Natalis Tigi menjelaskan, pagi harinya, Kamis (18/09/14) sekitar Pukul 05:00 waktu setempat, sebuah mobil yang melaju di komplek pemukiman KM 74 menabrak seekor babi milik korban, Videlis (Jhon) Agapa dan babi itu mati.
"Kami ini sudah lama tinggal di sini (KM 74: red). Kami punya rumah, kebun, ternak babi semua ada di sini," kata Petrus Dogomo.
Dijelaskan Petrus, korban (Videlis Agapa) bersama sejumlah pemuda, Natalis Tigi dan Sariawagi tidak terima dengan kejadian ini. Apalagi ternak babi bagi orang Mee adalah ternak berharga dan bernilai tinggi.
Dijelaskan, pihaknya sepakat untuk memalang jalan utama di KM 74 dan meminta uang suka rela kepada para sopir yang melintas di jalan itu untuk ganti rugi.
"Kami hanya minta suka rela saja. Orang lain, tabrak anjing saja palang dan minta bayar besar. Ini tabrak babi, kami hanya minta suka rela," kata dia.
Kata dia, pagi harinya mobil dari arah Nabire ke pedalaman lewat banyak. Begitu pula sebaliknya dari arah pedalaman. Tetapi, kata dia, mulai agak siang, dari arah pedalaman ke kota mulai berkurang.
"Pas jam 3 (Pukul 15 waktu setempat), banyak mobil datang dan antre panjang ke belakang. Saat itu, tiba-tiba dari belakang antrean panjang itu dua orang datang bawa senjata dan tembak kami," kata dia.
Videlis (Jhon) Agapa (36) tewas ditempat dan meninggalkan 3 istri tercintanya, Petronela Dumupa, Nella Giay, dan Rokesia Goo.
Kapolres Nabire Akui Videlis (Jhon) Ditembak
Kapolres Nabire, AKBP Tagor Hutape ketika dikonfirmasi majalahselangkah.com melalui telepon selulernya siang ini, membenarkan kejadian ini.
"Kemarin, kami ke atas pak. Saya, Pak Dandim, dan Danyon. Sekitar jam 10 ada palang. Pas sekitar jam 12 siang ada dua orang, satu pakaian putih dan satu pakaian hitam, turun dari mobil dan lakukan penembakan itu," tutur Kapolres.
Lebih lanjut kata AKBP Tagor Hutape, "Mereka dua (Pelaku) kembali ke arah pedalaman. Satu jam kemudian ada laporan bahwa ada yang meninggal di tempat kejadian. Tadi malam kami bawa ke RSUD Nabire dan sudah otopsi sudah pasti luka tembakan itu," kata dia.
"Yang jelas itu luka tembakan itu pak," katanya.
AKBP Tagor Hutape mengatakan, pihaknya sedang mendalami pelaku penembakan.
Kapolda, Pangdam, Komnas HAM Diminta Ungkap Pelakunya
Willem Agapa, keluarga korban, mendesak Pangdam Cenderawasih, Kepolda Papua, dan Komnas HAM RI untuk segera mengungkap kedua pelaku penembaan ini.
"Kami mau pelakunya harus diungkap ke publik. Kami mau keadilan karena orang palang saja ditembak. Ini di luar batas kemanusiaan," kata Willem yang juga anggota DPRD Kabupaten Nabire.
Istri pertamanya, Petronela Dumupa, dengan air mata berlinang meminta penembak suaminya ditangkap dan diberikan hukuman sesuai perbuatannya.
"Kami tidak pukul atau bunuh orang. Kami punya babi ditabrak, jadi kami palang untuk minta sumbangan suka rela dari mobil yang lewat untuk ganti rugi. Tapi, mereka langsung tembak suami saya dan mati. Saya mau orang bunuh ini ditangkap, saya mau lihat dia dan dia punya istri dan anak-anak," kata Petronela Dumupa dengan meneteskan air mata. (Yermias Degei/MS)
Mayat korban telah dievakuasi ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire sejak kemarin. Dan, sepanjang malam disemayamkan di kamar mayat RSUD Nabire.
Saksi mata, Petrus Dogomo, Natalis Tigi dan Sariawagi kepada majalahselangkah.com di RSUD Nabire, siang tadi, Jumat (19/09/14) menjelaskan, pelaku penembakan berjumlah dua orang dan mereka mengenakan pakaian preman saat melakukan rentetan penembakan.
"Mereka tembak kami pakai senjata besar yang bisa lipat itu. Satu orang pakai baju putih dan satu orang baju hitam. Tidak tahu tentara atau polisi karena mereka tiba-tiba dari belakang antrean mobil, kayaknya dari mobil belakang," tutur Natalis Tigi.
Natalis bersaksi, "Senjata pertama tembak saya. Tapi, saya lari masuk ke kali dan peluru kikis saya punya rambut. Kalau saya tidak tunduk, pasti saya duluan mati kepala tembus. Dia (Videlis Agapa) di belakang dan kena peluru dari tulang belakang tembus di perut dan dia mati."
Lebih lanjut ia berkisah, "Itu jalan di atas jadi, kami lari ke bawah, ke kali. Mereka dua posisi di atas. Dari atas tembak ke bawah di bawah jembatan. Untuk kami yang lain lari sembunyi. Itu kami tidak lawan apa-apa, mereka langsung main tembak."
Petrus Dogomo, Natalis Tigi, dan Sariawagi mengatakan, mereka ditembaki sekitar 6 kali. "Ada banyak kali tembakan, kira-kira enam kali begitu. Kami takut dan lari ke kali, jadi tidak hafal berapa kali tembakan. Setelah melakukan tembakan, mereka kembali," kata Petrus Dogomo.
Sumber lain, warga di KM 74 mengatakan, di wilayah itu tidak ada orang lain. "Di sana itu tidak ada orang lain yang punya senjata. Yang ada senjata itu ya, kita tahu semua to, TNI yang jaga perusahaan milik Dewa Krisna dan pos Tentara Nasional Indonesia (TNI) dari Batalyon 753 di KM 100," kata sumber itu.
Kepada sejumlah personil TNI yang datang ke RSUD, aktivis Hak Asasi Manusia Papua wilayah Meepago, Yones Douw secara spontan mengatakan, "Ini bagaimana pak. Palang jalan saja ditembak mati begini. Biasanya ada peringatan satu, dua dan tiga. Mereka ini bukan binatang, ini manusia pak."
Siang tadi, mayat Videlis (Jhon) Agapa yang telah disemayamkan di RSUD Nabire sejak kemarin itu telah dimandikan dan dimasukan ke dalam peti mayat. Keluarga telah membawa pulang mayat ke rumah duka di kelurahan Siriwini Nabire.
Mengapa Videlis (Jhon) Agapa Ditembak Mati?
Natalis Tigi menjelaskan, pagi harinya, Kamis (18/09/14) sekitar Pukul 05:00 waktu setempat, sebuah mobil yang melaju di komplek pemukiman KM 74 menabrak seekor babi milik korban, Videlis (Jhon) Agapa dan babi itu mati.
"Kami ini sudah lama tinggal di sini (KM 74: red). Kami punya rumah, kebun, ternak babi semua ada di sini," kata Petrus Dogomo.
Dijelaskan Petrus, korban (Videlis Agapa) bersama sejumlah pemuda, Natalis Tigi dan Sariawagi tidak terima dengan kejadian ini. Apalagi ternak babi bagi orang Mee adalah ternak berharga dan bernilai tinggi.
Dijelaskan, pihaknya sepakat untuk memalang jalan utama di KM 74 dan meminta uang suka rela kepada para sopir yang melintas di jalan itu untuk ganti rugi.
"Kami hanya minta suka rela saja. Orang lain, tabrak anjing saja palang dan minta bayar besar. Ini tabrak babi, kami hanya minta suka rela," kata dia.
Kata dia, pagi harinya mobil dari arah Nabire ke pedalaman lewat banyak. Begitu pula sebaliknya dari arah pedalaman. Tetapi, kata dia, mulai agak siang, dari arah pedalaman ke kota mulai berkurang.
"Pas jam 3 (Pukul 15 waktu setempat), banyak mobil datang dan antre panjang ke belakang. Saat itu, tiba-tiba dari belakang antrean panjang itu dua orang datang bawa senjata dan tembak kami," kata dia.
Videlis (Jhon) Agapa (36) tewas ditempat dan meninggalkan 3 istri tercintanya, Petronela Dumupa, Nella Giay, dan Rokesia Goo.
Kapolres Nabire Akui Videlis (Jhon) Ditembak
Kapolres Nabire, AKBP Tagor Hutape ketika dikonfirmasi majalahselangkah.com melalui telepon selulernya siang ini, membenarkan kejadian ini.
"Kemarin, kami ke atas pak. Saya, Pak Dandim, dan Danyon. Sekitar jam 10 ada palang. Pas sekitar jam 12 siang ada dua orang, satu pakaian putih dan satu pakaian hitam, turun dari mobil dan lakukan penembakan itu," tutur Kapolres.
Lebih lanjut kata AKBP Tagor Hutape, "Mereka dua (Pelaku) kembali ke arah pedalaman. Satu jam kemudian ada laporan bahwa ada yang meninggal di tempat kejadian. Tadi malam kami bawa ke RSUD Nabire dan sudah otopsi sudah pasti luka tembakan itu," kata dia.
"Yang jelas itu luka tembakan itu pak," katanya.
AKBP Tagor Hutape mengatakan, pihaknya sedang mendalami pelaku penembakan.
Kapolda, Pangdam, Komnas HAM Diminta Ungkap Pelakunya
Willem Agapa, keluarga korban, mendesak Pangdam Cenderawasih, Kepolda Papua, dan Komnas HAM RI untuk segera mengungkap kedua pelaku penembaan ini.
"Kami mau pelakunya harus diungkap ke publik. Kami mau keadilan karena orang palang saja ditembak. Ini di luar batas kemanusiaan," kata Willem yang juga anggota DPRD Kabupaten Nabire.
Istri pertamanya, Petronela Dumupa, dengan air mata berlinang meminta penembak suaminya ditangkap dan diberikan hukuman sesuai perbuatannya.
"Kami tidak pukul atau bunuh orang. Kami punya babi ditabrak, jadi kami palang untuk minta sumbangan suka rela dari mobil yang lewat untuk ganti rugi. Tapi, mereka langsung tembak suami saya dan mati. Saya mau orang bunuh ini ditangkap, saya mau lihat dia dan dia punya istri dan anak-anak," kata Petronela Dumupa dengan meneteskan air mata. (Yermias Degei/MS)
Sumber : www.majalahselangkah.com
Blogger Comment
Facebook Comment