© Suara Papua
|
PAPUAN, Jayapura --- Tidak hanya mengusir
mama-mama penjual pinang, Pemerintah Kota Jayapura melalui petugas
keamanan dan ketertiban juga turut mengusir mama-mama penjual anyaman
tas Noken yang selalu berjualan di sepanjang jalan Irian, tepat di depan
Kantor Bank Papua, Jayapura Papua.
Padahal diketahui, pada tanggal 4 Desember 2012, anyaman tas Noken telah mendapat pengakuan dari badan PBB UNESCO sebagai warisan budaya takbenda dunia asal Indonesia, Papua, yang harus dilindungi dan dijaga kelestariannya.
“Kalau Trantip datang, kami juga ikut diusir bersama-sama dengan mama-mama penjual pinang, kami sangat kecewa dengan sikap Walikota Jayapura yang tidak pernah mau selesaikan persoalan,” kata mama Fince Anouw, salah satu perwakilan mama-mama penjual noken, saat memberikan keterangan pers, sore tadi, Jumat (8/3/2013) di pasar sementara mama-mama pedagang asli Papua.
Dijelaskan mama Anouw, setiap petugas Trantip selalu melakukan patroli di sepanjang kota Jayapura, termasuk di sepanjang jalan Irian, sehingga membuat mama-mama tidak bisa melaksanakan aktivitas berjualan dengan tenang.
“Kami seperti orang asing, selalu ditanyakan asal daerah dan rumah kami. Sedangkan para penjual pulsa dan nasi bungkus yang ada satu lokasi dengan kami tidak dilarang, ini bentuk diskriminasi yang dilakukan Walikota Jayapura,” jelasnya dengan sedikit emosi.
Sementara itu, Siska Bonsapia, salah satu penjual pinang mengaku sangat kecewa dengan tindakan yang diambil Walikota Jayapura karena selalu mengusir mama-mama penjual pinang dan anyaman noken dari tempat jualan.
“Kalau bicara kebersihan kota, kami mama-mama Papua selalu bersihkan setelah memakai tempat jualan. Justru, petugas kebersihan kota selalu datang terlambat,” kata mama Bonsapia.
Mama Bonsapia juga sangat menyangkan sikap arogansi yang selalau ditunjukan petugas Trantip, padahal rata-rata yang mengusir mereka adalah anak-anak asli Papua yang keluar dari rahim mama-mama asli Papua.
Ketua Badan Formatur Solidaritas Pedangan Asli Papua (SOLPAP), Pdt. Dora Balubun menyesalkan tindakan semena-mena dari petugas Trantip yang selalu mengusir mama-mama penjula noken dan pinang dari tempatnya.
“Kesejahteraan ekonomi mama-mama yang ada di jalan Irian adalah tanggung jawab pemerintah kota Jayapura. Saat ini mereka hanya butuh disentuh, terutama tempatnya, agar mereka dapat kembali berjualan dengan baik dan tenang,” ujar Pdt. Dora, dalam release yang diterima media ini.
Dikatakan, jika Pemerinta Kota Jayapura menuduh mama-mama penjual pinang dan noken sebagai biang kerok tidak bersihnya Kota Jayapura, seharusnya disadari bahwa sampah terbesar di kota Jayapura adalah sampah dari pabrik, perusahaan, supermaerket, mall dan beberapa perusahaan industri lainnya.
"Semua sampah-sampah dengan jumlah besar yang dihasilkan industri-industri di Jayapura selalu mengalir ke laut dan Sungai, dan ini sangat merusak ekosistem laut, seharusnya ini yang harus menjadi perhatian utama Walikota Jayapura," tegas Pendeta Dora.
Pdt. Dora menegaskan, SOLPAP tetap berkomitmen untuk mendampingi mama-mama penjual pinang dan noken yang tidak mendapat rasa keadilan dan pemerintah Kota Jayapura.
OKTOVIANUS POGAU
Blogger Comment
Facebook Comment