News
Loading...

Socratez Sofyan Yoman: Papua Dikelola sebagai Daerah Konflik

Pendeta Socratez Sofyan Yoman. Foto: Dok MS
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Ketua Umum Badan Pelayan Pusat Persekutuan Gereja-Gereja Baptis Papua, Pendeta Socratez Sofyan Yoman mempertanyakan kekerasan yang tidak kunjung usai di tanah Papua, khususnya kekerasan 10 tahun belakangan di Puncak Jaya Papua. 

Dalam keterangan  tertulis yang diterima majalahselangkah.com, Kamis (9/1/14), Yoman mempertanyakan, "Motif kekerasan dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Puncak Jaya sejak tahun 2004 (hampir 10 tahun) ini patut dipertanyakan". 

"Saya sendiri sudah tidak percaya di sana itu ada OPM murni. Kalau kita lihat jarak antara tempat tinggal Goliat Tabuni dengan pasukan di Tingginambut jarak tempuh tidak sampai satu hari. Paling cepat 4 atau lima jam berjalan kaki. Ada pembiaraan dan pemeliharaan yang dilakukan oleh kelompok tidak menghendaki Papua ini aman," kata Yoman. 

"Ya, jujur saja, lahan proyek di Timor Timur (sekarang Timor Leste) dan Aceh sudah tidak ada. Sementara ini lahan subur hanya di Papua. Memang Papua sejak dulu dikelola sebagai daerah bermasalah. Saya harap pihak-pihak yang terus bersandiwara ini harus berhenti dan bertobat. Jangan Anda menjamin istri dan anak-anak serta keluargamu dengan uang yang diperoleh dengan cara-cara terkutuk dan jahat itu," pintanya. 

Menurut dia, cara-cara ini sangat terkutuk dan biadab serta barbar. "Kita tidak bisa dengan tiba-tiba saja membuat perjuangan damai Papua ke arah kriminalisasi. Kita semua tahu dan dunia Internasional tahu bahwa di Papua ada hanya kejahatan negara sejak 1963 sampai tahun 2014, hampir 50 tahun."

Dikatakan, dunia internasional dan kita tahu bahwa di Papua ada masalah besar dan perlu penyelesaian dengan cara elegan dan damai. "Sekarang harus hentikan kekerasan di Puncak Jaya dan di Papua. Bagaimana sudah dalam era terbuka seperti ini masih kita bersandiwara?," tulisnya dalam keterangan itu. 

Solusi penyelesaian menurut Yoman adalah duduk satu meja antara rakyat Papua dan Jakarta untuk mencari solusi bersama. Sudah waktunya kita duduk di satu meja untuk menyelesaikan masalah Papua, karena Otonomi Khusus telah gagal total. UP4B, dan Otsus Plusnya makin tidak jelas," harapnya. (Yermias Degei/MS)
 
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar