Mama-mama pedagang asli Papua berjualan beralaskan karung beratapkan langit. Foto: Ist.
|
Jayapura, MAJALAH SELANGKAH -- Para pedagang asli Papua yang
selama ini terlantar di negerinya sendiri, berjualan di atas tanah
beratapkan langit, masih terus meminta pemerintah agar segera membangun
pasar permanen yang telah dijanjikan oleh pemerintah dari periode ke
periode, pada tanggal 16 Januari 2014 di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat
Papua dalam acara sidang Anggaran Tahun 2014.
Perwakilan mama-mama Papua yang menyampaikan aspirasi, mama Pendeta Dora, saat ditemui majalahselangkah.com belum lama ini, di pasar tradisional, di jalan Percetakan Jayapura, mengatakan, aspirasi pembangunan pasar permanen khusus buat pedagang asli Papua sudah dari dulu diminta, tetapi sampai saat ini masih belum direalisasikan.
Terakhir, perwakilan pedagang Papua diundang untuk ikut sidang anggaran 2014. Gubernur tawari 2 pilihan terkait tuntutan pedagang asli Papua.
"Gubernur bersama DPRP tawarkan kami pilih dua tempat untuk pasar bagi pedagang asli Papua. Pertama, depan tokoh Sagu Indah Plaza Jayapura yang bekas terbakar. Kedua, di lokasi Damri," jelas mama Dora.
Menurut mama Dora, untuk pilihan ke dua, bila di lokasi Damri, para pedagang tradisional asli Papua harus menunggu kurang lebih 2 tahun lagi, sampai lokasi Damri pindah ke jalan Baru Youtefa, karena sudah ada timbunan dan Damri akan dibangun kurang lebih 2 tahun.
"Gubernur su bilang, saya rindu untuk membangun pasar khusus pedagang asli Papua. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk saudara-saudari saya. Saya juga mau pasar ini dibangun secepatnya sebelum masa jabatan saya berakhir, agar tak ada lagi derita di atas negeri ini," kata mama Dora meniru kata-kata Lukas Enembe, gubernur Papua saat ini.
Dari informasi yang dikumpulkan, Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) telah menggelar rapat dengan para pedagang asli Papua untuk mengambil keputusan atas dua pilihan yang diajukan pemerintah.
"Kami lebih memilih lokasi Damri dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan. Pertama, karena perjuangan ini sudah lama. Kedua, karena tempatnya besar dan luas, juga akan menampung 1.200.000 pedagang asli Papua yang (di)terlantar(kan) saat ini," kata mama pendeta Dora lagi. (Theresia Fransiska Tekege/MS)
Perwakilan mama-mama Papua yang menyampaikan aspirasi, mama Pendeta Dora, saat ditemui majalahselangkah.com belum lama ini, di pasar tradisional, di jalan Percetakan Jayapura, mengatakan, aspirasi pembangunan pasar permanen khusus buat pedagang asli Papua sudah dari dulu diminta, tetapi sampai saat ini masih belum direalisasikan.
Terakhir, perwakilan pedagang Papua diundang untuk ikut sidang anggaran 2014. Gubernur tawari 2 pilihan terkait tuntutan pedagang asli Papua.
"Gubernur bersama DPRP tawarkan kami pilih dua tempat untuk pasar bagi pedagang asli Papua. Pertama, depan tokoh Sagu Indah Plaza Jayapura yang bekas terbakar. Kedua, di lokasi Damri," jelas mama Dora.
Menurut mama Dora, untuk pilihan ke dua, bila di lokasi Damri, para pedagang tradisional asli Papua harus menunggu kurang lebih 2 tahun lagi, sampai lokasi Damri pindah ke jalan Baru Youtefa, karena sudah ada timbunan dan Damri akan dibangun kurang lebih 2 tahun.
"Gubernur su bilang, saya rindu untuk membangun pasar khusus pedagang asli Papua. Saya ingin memberikan yang terbaik untuk saudara-saudari saya. Saya juga mau pasar ini dibangun secepatnya sebelum masa jabatan saya berakhir, agar tak ada lagi derita di atas negeri ini," kata mama Dora meniru kata-kata Lukas Enembe, gubernur Papua saat ini.
Dari informasi yang dikumpulkan, Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) telah menggelar rapat dengan para pedagang asli Papua untuk mengambil keputusan atas dua pilihan yang diajukan pemerintah.
"Kami lebih memilih lokasi Damri dengan beberapa pertimbangan-pertimbangan. Pertama, karena perjuangan ini sudah lama. Kedua, karena tempatnya besar dan luas, juga akan menampung 1.200.000 pedagang asli Papua yang (di)terlantar(kan) saat ini," kata mama pendeta Dora lagi. (Theresia Fransiska Tekege/MS)
Editor : Topilus B. Tebai
Sumber : www.majalahselangkah.com
0 komentar :
Posting Komentar