Regina Muabuay,Keluarga Korban Penyanderaan Mamberamo (Jubi/Arjuna) |
Jayapura,
1/4 (Jubi) – Eni Tan, Staf pada Kesbangpol Provinsi Papua Barat yang
juga Ketua Umum Kerukunan Keluarga Besar Pejuang Pembebasan Irian Barat,
mengungkapkan bahwa kasus oenyanderaan 17 Orang di Speedboat pada 9
Maret 2009 lalu di Kabupaten Mamberamo adalah konspirasi.
“Kasusnya saya baru tahu pada 17 November 2011 saat saya berada di Jakarta. Saya kerja di Kesbangpol, jadi waktu kita bicara soal MRP. Pas ada satu orang yang datang, namanya Leon Sayori. Dia ini membawa dua surat,” ungkap Eni kepada tabloidjubi.com di Kotaraja, Jayapura, Selasa (1/4).
Lanjutnya, surat yang pertama berasal dari Bupati Kabupaten Mamberamo Raya, Demianus Kiukiu yang isinya minta bantuan kepada Panglima OPM di Wilayah Mamberamo dengan imbalan uang untuk membeli senjata.
Sedangkan
surat yang kedua berasal dari Jhoni Yogi, Dimema dan Jopari. Surat
tersebut ditujukan untuk Presiden yang isinya meminta agar Demianus
tidak dijadikan Bupati, karena banyak janji yang belum ditepati.
Demianus juga dikatakan sebagai pihak yang melakukan berbagai peristiwa
pengibaran.
“Dengan
dua surat ini, tanggal 18 malam saya disuruh Pak Widianto, Dirwasnas
Kesbangpol, atas ijin lisan Mendagri untuk berangkat ke Papua. Sebelum
saya berangkat, sempat berbicara via telepon dengan Niko Aronggear Patay
yang selanjutnya pada tanggal 19 malam, saya bertemu Nico Aronggear
Patay,” kata Eni lagi bersemangat.
Dari
mereka inilah, Eni mengaku jadi tahu peristiwa penyanderaan ini, lalu
dirinya mulai menjumpai keluarga korban maupun saksi-saksi untuk
mengumpulkan data hingga hari ini.
“Jadi,
dari data yang kita himpun itu, sudah dinyatakan bahwa itu konspirasi
dan sudah sampai ke Menkopolhukam yang kemudian membentuk tim
investigasi. Bahkan sekarang Polda Papua punya tim investigasi sendiri
yang sudah dibentuk,” tutur Eni.
Menurutnya,
tiga kapolda lalu tidak terlalu meperhatikan masalah ini karena
terlibat dalam konspirasi ini. Pak Tito saya pertemukan langsung dengan
keluarga korban dengan tujuan Kapolda ini bisa tahu secara langsung
peristiwa ini.
Regina
Mabuay, kakak dari Ishak Petrus Mabuay yang kala itu menjabat Kepala
Bagian (Kabag) Umum Kabuten Mamberamo Raya yang juga salah satu korban
hilang mengatakan, lima tahun telah berlalu, namun hingga kini belum ada
titik terang keberadaan adiknya.
“Selama
ini kami sudah melakukan berbagai upaya, tapi hingga kini belum ada
kejelasan dimana saudara kami berada. Kami harap polisi segera
mengungkap kasus hilangnya rombongan itu. Kami juga melihat ada indikasi
jaringan yang cukup kuat agar kasus ini tak terungkap,” kata Regina
kepada tabloidjubi.com, belum lama ini. (Jubi/Aprila)
Sumber : www.tabloidjubi.com
Blogger Comment
Facebook Comment