Alvarez Kapisa, korban kekeraan aparat negara Indonesia (Foto: Nesta Gimbal/Facebook). |
PAPUAN, Jayapura — Dua mahasiswa Universitas
Cenderawasih, Yali Wenda (19) dan Alvarez Kapisa (26) yang ditangkap
aparat kepolisian, Rabu (2/4/2014) di depan Gapura Kampus Uncen,
Perumnas III, Jayapura, Papua, telah dipulangkan, kemarin sore, Kamis
(3/4/2014).
Yali Wenda, ketika ditemui wartawan suarapapua.com
menerangkan, dirinya mendapat pukulan dan siksaan yang sangat hebat
selama proses penangkapan, dan saat dibawa dengan kendaraan Polisi
menuju Polresta Jayapura.
“Diatas kendaraan aparat terus tendang, pukul, dan tinju kami berdua.
Tidak bisa bicara, jika bicara, pukulan terus menerus masuk, dan kepala
saya dipukul berulang kali,” kata Yali, ketika ditemui wartawan suarapapua.com, semalam di Rumah Sakit Dian Harapan, Waena, Papua.
Selain memukul seluruh anggota tubuh, yang paling parah menurut Yali
adalah, aparat menggunakan popor senjata melakukan pemukulan di telinga
kanan dan kiri berulang kali.
“Telinga kanan yang mereka pukul paling parah. Saat sudah parah, dan
darah terus keluar, dokter Polisi memang dipanggil untuk rawat. Sakit
sekali, karena saat dokter Polisi jahit tidak pakai suntik kram, atau
tindakan medis lainnya, tapi langsung pake jarum jahit. Ini juga
bentuk-bentuk penyiksaan yang mereka buat ke saya,” ujarnya.
Yali mengaku, akibat pukulan yang diterimanya berulang kali di
telinga, nyaris saja gendang telinga bagian dalam pecah, dan tidak dapat
mendengar bunyi maupun suara dari luar.
“Sekarang ini telinga saya sakit, dan rasa berat sekali. Walaupun
sudah dijahit oleh dokter Polisi, namun karena mereka bikin sembarang,
dan untuk bikin tambah sakit, makanya saya bersama teman-teman datang ke
rumah sakit ini untuk perawatan ulang ditelinga, kaki, dan kepala
saya,” tegas mahasiswa FISIP Uncen ini, usai dilakukan pemeriksaan oleh
perawat.
Namun, Yali menegaskan, walau mendapatkan pukulan hebat dan
penyiksaan dari aparat kepolisian, hal itu tidak pernah menyurutkan
semangatnya untuk tetap menyuaraakn penderitaan rakyat Papua Barat di
jalan-jalan.
“Dengan kejadian ini aparat mungkin kira saya akan takut untuk
aksi-aksi atau mundur lagi, namun saya ingin tegaskan tidak akan pernah
saya mundur selangkahpun. Saya akan terus maju dan berjuang untuk
menyuarakan penderitaan rakyat Papua Barat,” tambah Yali.
Senada dengan Yali, Alvarez Kapisa juga mengaku mendapat penyiksaan
yang hebat dari aparat kepolisian selama proses penangkapan, penahanan,
hingga saat dilangsungkan proses pemeriksaan di Polresta Jayapura.
“Bisa lihat kepala saya, ada bekas hantaman senjata, dan ada
gumpalangan darah karena pukulan. Juga bisa lihat seluruh muka saya yang
masih banyak darah sampai saat ini. Ini penyiksaan yang sangat-sangat
hebat sekali.”
“Kami dipukul seperti binatang. Tubuh kami penuh dengan darah. Jadi
ditengah malam dokter dari kepolisian masuk kasi mandi, membersihkan
darah dan luka. Dokter paksa kami ganti pakain baru untuk hilangkan
barang bukti. Kami dipukul dari kaki sampai kepala. Semua badan dipukul.
Kepala kami bocor. Saya rasa tulang rusuk patah dan kawan Yali Wenda
telinganya sobek dengan 3 jahitan. Sekarang kami susah duduk. Makan juga
agak susah. Badan saya masih gementar,” cerita Alvarez.
Diceritakan Alavarez, saat ditangkap dan sudah berada di dalam mobil
tahanan, aparat memang terus melakukan pemukulan, mulai dari muka,
hingga seluruh anggota tubuh terus menjadi sasaran.
“Aparat seperti singa yang kelaparan, dan begitu ada mangsa, mereka
ingin telan hidup-hidup. Dan itu yang terjadi pada kami berdua,” kata
Alvarez.
Senada dengan Yali, Alvarez juga mengaku tidak akan mundur
selangkapun dalam perjuangan menuntut keadilan dan perdamaiaan di tanah
Papua Barat, karena itu sudah menjadi sebuah pilihan hidup.
“Mati sekalipun adalah konsekuensi yang kami pilih sejak awal, jadi
saya tidak akan mundur selangkahpun dari perjuangan ini, peristiwa
kemarin justru untuk mendewasakan kami,” kata Alvarez.
Pantauan media ini, beberapa aktivis dari GempaR dan mahasiswa Uncen
terus berdatangan pada malam hari ke Rumah Sakit Dian Harapan, untuk
melihat pengobatan, dan kondisi dua aktivis mahasiswa yang ditangkap
secara brutal oleh polisi beberapa waktu lalu.
Sekedar diketahui, Yali dan Alvarez ditangkap di depan Gapura Kampus
Uncen, Perumnas III, saat sedang memimpin puluhan mahasiswa dalam aksi
demo damai dan orasi-orasi politik, untuk mendukung kampanye atas
pembebebasan 76 tahanan politik Papua yang ditahan pada berbagai penjara
kolononial di seluruh tanah Papua.
OKTOVIANUS POGAUSumber : www.suarapapua.com
Blogger Comment
Facebook Comment