Sebuah buku yang menceritakan
tentang zaman perbudakan (Foto: Ist)
|
Oleh: Naftali Edoway
Perbudakan adalah sebuah kondisi di mana terjadi pengontrolan
terhadap seseorang (disebut budak) oleh orang lain. Perbudakan biasanya
terjadi untuk memenuhi keperluan akan buruh atau kegiatan seksual.
Seorang budak juga dapat diartikan sebagai manusia yang terenggut hak
asasinya sebagai manusia bebas dan bermartabat. Budak adalah manusia
yang tereksploitasi secara fisik maupun psikis. Apapun yang dikehendaki
oleh tuannya harus diikuti bila tidak, dia akan mendapatkan hukuman.
Para budak adalah golongan manusia yang dimiliki oleh seorang tuan, bekerja tanpa gaji dan tiada punya hak asasi manusia. “Slave”
berasal dari perkataan slav, yang merujuk kepada bangsa Slavia yang
tiada berharta dari Eropa Timur, termasuk Kekaisaran Romawi.
Konsep perbudakan berdiri di atas pengandaian, bahwa ada tingkatan
manusia. Kelompok manusia tertentu dianggap lebih unggul daripada
kelompok manusia lainnya. Maka kelompok yang lebih kuat punya hak untuk
menindas kelompok yang lebih tak berdaya.
Isi Buku?
Buku ini menceritakan tentang kisah perbudakan yang dialami oleh
orang-orang Afrika yang dibawah paksa dari rumah mereka sebuah tanah
baru yang telah dikuasai oleh orang-orang kulit putih.
Tanah Amerika adalah tanah milik orang Indian tapi telah dirampas
oleh orang-orang kulit putih yang datang dari benua Eropa, terutama
Inggris.
Buku ini sangat menarik. Ketika saya membaca buku ini saya dibawah
kedalam dunia mereka (para budak). Saya merasa sedang mengalami hidup
bersama mereka, menjalani hari-hari bahagia tapi juga hari-hari yang
penuh dengan air mata.
Yang menjadi pusat dari cerita ini adalah Paman Tom. Ia seorang
lelaki tua yang jujur, setia, taat, penyabar, pekerja keras dan beriman.
Tuannya bernama Shelby. Karena Tom terlihat baik dimata tuannya, ia
dipercayakan untuk mengurus beberapa urusan bisnis dan urusan keluarga.
Namun, Tom dijual kepada Haley oleh tuannya itu karena tidak mampu
melunasi hutangnya.
Pada waktu berikutnya Tom dibeli oleh tuan Clare atas desakan anaknya
Evelin Saint Clare/Eva. Mereka menjadi sahabat hingga Eva meninggal.
Saat Eva meninggal ia menitipkan pesan kepada ayahnya supaya membebaskan
semua budaknya, karena mereka tidak layak diperlakukan secara tidak
manusiawi. Saat tuan Clare mempersiapkan prosedur pembebasan bagi Paman
Tom, tuan Clare tewas ditikam di sebuah bar. Akhirnya harapan untuk
bebas dari Tom tertunda.
Kemudian Tom dijual kepada Legree. Tuan Legree mempunyai dua orang
pengawas budak orang kulit hitam, Sambo dan Kimbo. Tom yang sebelumnya
bekerja sebagai budak rumahan, kini bekerja di kebun kapas. Mereka tidur
beralaskan kain usang di sebuah pondok kecil. Tom mulai terbiasa dengan
kehidupan yang sengsara. Namun ia mengerjakan semua pekerjaannya dengan
baik. Tuannya sangat menyukai dia, tapi ia benci juga karena Tom selalu
membantu orang yang lemah. Sambo dan Kimbo telah didik untuk menjadi
orang geram dan jahat sehingga mereka mencambuk sesama orang kulit hitam
dan memeras tenaga mereka.
Suatu malam, cassie dan Emmile dua orang budak perempuan yang bersama
dengan Tom melarikan diri. Esok paginya, tuan Legree menuduh Tom yang
merencanakan dan menyebabkan kedua budak itu lari.
Akhirnya Tom disiksa dan dicambuk hingga tak berdaya. Beberapa saat
kemudian datanglah George anaknya tuan Shelby yang pernah berjanji untuk
akan membawa Tom kembali. Sayang, mereka bertemu saat Tom sudah tak
berdaya, Tom meninggal dipangkuan George. Tom akhirnya menemukan
kebebasannya melalui kematian.
Ada juga cerita tentang Elliza dan anaknya yang melarikan diri dari
rumah tuan Shelby karena anaknya yang lincah dan pintar hendak dijual.
Dalam pelariannya itu ia bertemu dengan suaminya, mereka dilindungi oleh
kelompok Quakers yang menentang perbudakan lantaran bertentangan dengan
nilai-nilai Injil.
Mereka berhasil lari ke Kanada. Di Kanada Eliza bertemu dengan
mamanya yang telah lama dipisahkan darinya. Rupanya mamnya adalah salah
satu dari dua wanita (Cassie) yang melarikan diri dari rumah Legree.
Mereka kemudian menuju ke Eropa dan akhirnya memperoleh kebebasan di
Liberia, Negara yang telah disiapkan bagi para mantan budak.
Orang Afrika yang dijadikan budak tidak hanya dipekerjakan di
perkebunan-perkebunan, tapi juga di rumah-rumah para majikan. Mereka ini
bisa diperjual belikan kapan saja oleh para majikannya, tergantung
situasi tuannya walau dia terlihat sebaik apa pun. Sistem jual beli
budak ini memisahkan ribuan anak dari orang tuanya, ribuan wanita dari
suami dan ribuan suami dari istri dan anak-anaknya. Keluarga-keluarga
orang kulit hitam ini benar-benar dihancurkan. Banyak juga mama-mama
yang bunuh diri lantaran dipisahkan dari anaknya.
Misalnya, cerita tentang Hally yang memisahkan anak dari ibunya saat
mereka tiba di Louisville. Tanpa sepengetahuan ibunya anak itu dijual,
lalu ibu ini bunuh diri dengan membuang dirinya ke dalam sungai.
Ini adalah cerita diskriminasi dan kebiadaban. Manusia berkulit hitam
yang diperlakukan sebagai tidak sebagai manusia. Mereka diperlakukan
seperti benda yang kapan saja bisa dijual oleh pemiliknya. Mereka tidak
diberi kesempatan untuk berpendidikan. Mereka benar-benar tidak
diberikan kebebasan agar bisa mengaktualisasikan dirinya. Mereka
diperlakukan seperti binatang, seperti Kerbau/Sapi di pulau Jawa yang
dipasang kuk untuk membajak sawah tuannya.
Bagaimana Perbudakan di Amerika itu terjadi?
Bagaimana Perbudakan di Amerika itu terjadi?
Kisah yang tergores dalam buku ini, terutama kisah dari Paman Tom
diatas mewakili ribuan kisah perbudakan yang terjadi di Amerika Serikat.
Kisah perbudakan ini dimulai sejak orang-orang Afrika diangkut secara
paksa dan di bawah ke benua baru yang ditemukan oleh Christopher
Columbus pada tahun 1492. Menurut catatan sejarah Amerika, para budak
ini pertama kali tiba di Amerika pada tahun 1619.
Dalam decade perbudakan terutama dalam tahun 1861 lebih dari tiga
juta orang Afrika-Amerika menjadi budak disana, sebagian besar pekerjaan
dari para budak ini adalah memetik kapas di perkebunan milik orang
kulit putih yang menjadi tuan mereka.
Dalam tahun 1793 kongres Amerika menyusun dan menetapkan sebuah
aturan yang namanya fugitive slave law yang berisi ketentuan mengenai
pelarian budak-budak negro di suatu negara bagian ke negara bagian lain
harus dikembalikan kepada pemiliknya.
Kemudian dalam abad ke 18 dan 19 mereka membuat aturan tentang
hubungan antara tuan dan budak, aturan itu diberi nama the black codes.
Isinya antara lain melindungi hak milik budak, mengawasi setiap
kemungkunan timbulnya gerakan-gerakan negro yang dapat membahayakan
kedudukan para pemiliknya. Para budak dilarang mengadakan perjanjian
dengan siapapun.
Seorang budak tidak boleh melakukan kekerasan terhadap orang kulit
putih tapi sebaliknya pembunuhan yang dilakukan oleh warga kulit putih
terhadap kulit hitam tidaklah dianggap sebagai suatu perbuatan kriminal,
hukuman yang diterima budak paling ringan adalah dipekerjakan kembali
di tempat yang pekerjaannya berat. Ada juga budak yang anggota tubuhnya
di siksa seperti bekas-bekas penyiksaan terhadap budak yang melanggar
peraturan tersebut. Hukuman yang terberat seperti hanya pemberontakan
budak di hukum mati.
Lalu apakah para budak ini berdiam diri? Tidak! Ketika mereka merasa
bahwa aturan-aturan itu menyiksa mereka, para budak ini bangkit dan
melakukan perlawanan.
Mereka melakukan pemberontakan. Pemberontakan budak mula pertama
terjadi di South Carolina pada November, 1526. Adapun pemberontakan
budak yang dianggap penting pada era kolonial Inggris di Amerika Serikat
terjadi di wilayah Virginia pada September,1663.
Selama era kolonial Inggris sampai berakhirnya perang saudara di
Amerika Serikat (1607-1865),telah terjadi 115 kali pemberontakan budak
yang terjadi di berbagai negara bagian di Amerika Serikat. Sebagian
besar terjadi di Selatan. Sejak wilayah Utara melarang adanya perbudakan
pada tahun 1804, maka pada tahun itu pula tidak pernah terjadi
pemberontakan-pemberontakan budak.
Selama periode 1800-1864, telah terjadi 54 kali pemberontakan budak
yang kesemuanya terdapat di wilayah Selatan. Memperhatikan tempat
terjadinya pemberontakan budak, daerah Virginia merupakan tempat yang
terbanyak terjadinya pemberontakan. Sebanyak 20 kali selama periode
1800-1864, yang lain tersebar di berbagai wilayah. Nantinya, dalam
perang saudara di Amerika Serikat (1861-1865), Virginia merupakan
ibukota dari negara konfederasi.
*Naftali Edoway adalah pemerhati sosial, tinggal di Jayapura, Papua
Sumber : www.suarapapua.com
0 komentar :
Posting Komentar