Ilustrasi penipuan. Foto: Ist |
Oleh : Selpius Bobii
Republik Indonesia (RI) menghalalkan segala cara dalam menghadapi
perjuangan bangsa Papua. Salah satu caranya melalui penerapan taktik
tipu muslihat. Bukan hanya melalui kata-kata saja, tapi tipu muslihat RI
dikemas juga dalam dan melalui berbagai kebijakan pembangunan.
Kebanyakan pejabat di Papua tertipu dengan banyak tipu muslihat dari Jakarta. Pejabat pemerintah Papua pun telah meniru gaya tipu muslihat dari gurunya, "Pemerintah Pusat". Dan, ikut menipu orang asli Papua .
Akhirnya, terjadilah mata rantai penipuan, yaitu "Jakarta tipu Papua" (JATIPA), "Papua tipu Jakarta"(PATIPA), dan "Papua tipu Papua" (PATIPA). Mata rantai penipuan ini saya beri nama "TRI LOGI PENIPUAN".
Tri Logi Penipuan itu adalah gaya pemerintah pusat yang kini dipraktikkan oleh pemerintah di tanah Papua. Tipu muslihat itu dikemas misalnya dalam pemekaran daerah otonomi baru. Pemekaran di
tanah Papua tidak sesuai dengan syarat-syarat pembentukan. Pada tahun 2013 hanya 2 provinsi dan 41 kabupaten/kota di tanah Papua.
Pada akhir tahun 2013, atas amanah presiden RI pada 27 Desember 2013 menetapkan 3 provinsi dan 33 kabupaten/kota di tanah Papua. Jadi, jumlah total kabupaten/kota di tanah Papua adalah 74 dan jumlah total provinsi sebanyak 5.
Bandingkan dengan jumlah pemekaran baru pada tahun 2014 dari Sabang sampai Ambon hanya 32 kabupaten/kota. Sementara di tanah Papua, pemekaran Daerah Otonomi Baru sebanyak 33. Penduduk di Papua hanya berkisar lebih dari 4 juta jiwa.
Di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat yang jumlah penduduknya masing-masing 50 juta jiwa, tetapi tidak sebanyak pemekaran kabupaten/kota baru seperti di Papua. Agus Kraar katakan, "Itu artinya bahwa orang Papua benar-benar tenggelam sesuai tesis Sendius Wonda dan Socratez Sofyan Yoman dalam buku: Tenggelamnya Rumpun Melanesia dan Pemusnahan Etnis Melanesia."
Selama ini terjadi baku tipu antara Orang Papua tertentu dan Jakarta. Juga antara orang Papua. Jakarta menipu orang Papua dengan banyak janji dan tawaran manis, namun ternyata hasilnya pahit/racun yang mematikan/menghancurkan eksistensi dan kelangsungan hidup orang asli Papua.
Misalnya, Otonomi Khusus yang kini menjadi lambang kejahatan kemanusiaan. Ini yang disebut Jakarta tipu Papua (JATIPA). Selain itu, ada orang Papua tertentu yang kejar jabatan, kehormatan dan kekayaan menipu Jakarta dengan banyak alasan. Seperti menggunakan isu Papua Merdeka sebagai harga tawar untuk meloloskan kepentingan pribadi/golongan.
Padahal, tanpa keterlibatan mereka dalam perjuangan Papua Merdeka, orang asli Papua yang lain tetap akan berjuang; tanpa keterlibatan mereka, Papua pasti akan merdeka pada waktu-Nya. Mereka itu bukan penentu Papua Merdeka, tetapi mereka ini hanyalah "Pelacur Politik", tetapi Jakarta tertipu. Ini yang disebut Papua Tipu Jakarta (PATIJA).
Terjadi pula Papua tipu Papua (PATIPA). Ada orang Papua tertentu menipu orang asli Papua, misalnya mereka berkampanye bahwa dengan adanya pemekaran kabupaten/provinsi baru di tanah Papua, orang Papua akan lebih sejahtera. Ternyata itu tidak terbukti.
Pemekaran Daerah Otonomi Baru di tanah Papua sudah terbukti menjadi jembatan untuk
menciptakan marginalisasi, diskriminasi, minoritasi dan pelanggaran HAM yang berakibat pada pemusnahan etnis Papua.
Ada pula orang Papua tertentu menipu orang asli Papua pada saat kampanye menjelang Pilkada, baik bupati/gubernur dan juga kampanye menjelang pemilihan umum, baik pemilihan DPR maupun Presiden RI.
Mereka berkampanye bahwa setelah terpilih, mereka/ia akan memerdekakan Papua, atau akan mensejahterakan rakyat. Namun, setelah di antara mereka ada yang terpilih, ternyata mereka tidak menepati janji-janji manisnya. Justru mereka menjadi kaki tangan NKRI untuk menjajah orang
Papua.
***
Penipuan sudah menjadi tradisi RI. Misalnya, sejarah Indonesia itu kebanyakan ditambal sulam dan direkayasa. "Penipuan" sudah diterapkan oleh RI sejak proses aneksasi bangsa Papua ke dalam NKRI. RI berhasil menipu segelintir orang Papua pada tahun 1960-an. Penipuan itu lebih banyak dilakukan oleh masyarakat migran tertentu yang berasal dari Indonesia Timur yang didatangkan oleh pemerintah Belanda.
Orang Papua tertentu ini tertipu dengan kelicikan orang Indonesia. Setelah Indonesia menduduki di tanah Papua, pada akhirnya orang Papua yang tertipu itu, ada yang kecewa. Ternyata kemudian mereka mengetahui karakter dan tabiat Indonesia yaitu negara miskin, rakus, kejam, bodoh, penipu, pembunuh dan perampok. Walaupun orang asli Papua sudah mengetahui karakter dan tabiat Republik Indonesia, namun sampai saat ini ada orang asli Papua tertentu yang masih setia dan berkorban untuk
keutuhan NKRI.
"Jakarta Tipu Papua" (JATIPA), Papua Tipu Jakarta (PATIJA), dan Papua Tipu Papua (PATIPA) yang disebut TRI LOGI PENIPUAN itu dapat juga disebut "TIGA MATA RANTAI AKAL BUSUK PENIPUAN". TRI LOGI PENIPUAN Ini sudah berakar kuat dalam praktek perpolitikan di Indonesia selama ini, maka sangat sulit untuk mencabut dan memperbaikinya. Kecuali ada mukjizat dari Tuhan. Karena itu, selama bangsa Papua masih berada dibawah penjajahan RI, maka selama itu pula TRI LOGI PENIPUAN itu akan dipraktekkan.
Tidak ada cara lain bangsa Papua keluar dari praktek Tiga Dimensi Akal Busuk penipuan ini, kecuali keluar melalui satu jalan yaitu Papua Merdeka (Berdaulat Penuh).
Inilah saatnya setiap orang asli Papua dan para simpatisan di mana saja Anda berada, baik yang
berkarya dalam sistem NKRI maupun yang berada di luar sistem NKRI untuk segera membangun persatuan nasional dan pemulihan diri menuju kebebasan total dan pemulihan bangsa Papua.
Dihimbau kepada rakyat bangsa Papua, lebih khusus para pejuang Papua di mana saja Anda berada camkanlah bahwa "Penipuan" itu bukan gaya dan tradisi dari para moyang bangsa Papua, tetapi itu gaya moyang dan pemerintah Indonesia, yang kini diwariskan kepada para pejabat pemerintah di tanah Papua, karena itu rakyat bangsa Papua jangan sekali-kali meniru gaya Tri Logi Penipuan itu. Gaya dan tradisi para moyang Papua adalah jujur dan apa pun masalah dibawah ke para-para adat untuk memecahkan masalah agar menciptakan perdamaian dan kebaikan.
Kepada para pejabat Papua segera berhenti melacurkan diri dalam permainan kotor. Serta kepada RI segera berhenti menipu bangsa Papua melalui berbagai siasat, dan mari majukan Dialog untuk menyelesaikan masalah Papua dengan damai yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral demi tegakan martabat manusia Papua di atas segala kepentingan.
Selpius Bobii adalah Ketua Umum Front PEPERA Papua Barat, juga TAPOL Papua.
Kebanyakan pejabat di Papua tertipu dengan banyak tipu muslihat dari Jakarta. Pejabat pemerintah Papua pun telah meniru gaya tipu muslihat dari gurunya, "Pemerintah Pusat". Dan, ikut menipu orang asli Papua .
Akhirnya, terjadilah mata rantai penipuan, yaitu "Jakarta tipu Papua" (JATIPA), "Papua tipu Jakarta"(PATIPA), dan "Papua tipu Papua" (PATIPA). Mata rantai penipuan ini saya beri nama "TRI LOGI PENIPUAN".
Tri Logi Penipuan itu adalah gaya pemerintah pusat yang kini dipraktikkan oleh pemerintah di tanah Papua. Tipu muslihat itu dikemas misalnya dalam pemekaran daerah otonomi baru. Pemekaran di
tanah Papua tidak sesuai dengan syarat-syarat pembentukan. Pada tahun 2013 hanya 2 provinsi dan 41 kabupaten/kota di tanah Papua.
Pada akhir tahun 2013, atas amanah presiden RI pada 27 Desember 2013 menetapkan 3 provinsi dan 33 kabupaten/kota di tanah Papua. Jadi, jumlah total kabupaten/kota di tanah Papua adalah 74 dan jumlah total provinsi sebanyak 5.
Bandingkan dengan jumlah pemekaran baru pada tahun 2014 dari Sabang sampai Ambon hanya 32 kabupaten/kota. Sementara di tanah Papua, pemekaran Daerah Otonomi Baru sebanyak 33. Penduduk di Papua hanya berkisar lebih dari 4 juta jiwa.
Di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat yang jumlah penduduknya masing-masing 50 juta jiwa, tetapi tidak sebanyak pemekaran kabupaten/kota baru seperti di Papua. Agus Kraar katakan, "Itu artinya bahwa orang Papua benar-benar tenggelam sesuai tesis Sendius Wonda dan Socratez Sofyan Yoman dalam buku: Tenggelamnya Rumpun Melanesia dan Pemusnahan Etnis Melanesia."
Selama ini terjadi baku tipu antara Orang Papua tertentu dan Jakarta. Juga antara orang Papua. Jakarta menipu orang Papua dengan banyak janji dan tawaran manis, namun ternyata hasilnya pahit/racun yang mematikan/menghancurkan eksistensi dan kelangsungan hidup orang asli Papua.
Misalnya, Otonomi Khusus yang kini menjadi lambang kejahatan kemanusiaan. Ini yang disebut Jakarta tipu Papua (JATIPA). Selain itu, ada orang Papua tertentu yang kejar jabatan, kehormatan dan kekayaan menipu Jakarta dengan banyak alasan. Seperti menggunakan isu Papua Merdeka sebagai harga tawar untuk meloloskan kepentingan pribadi/golongan.
Padahal, tanpa keterlibatan mereka dalam perjuangan Papua Merdeka, orang asli Papua yang lain tetap akan berjuang; tanpa keterlibatan mereka, Papua pasti akan merdeka pada waktu-Nya. Mereka itu bukan penentu Papua Merdeka, tetapi mereka ini hanyalah "Pelacur Politik", tetapi Jakarta tertipu. Ini yang disebut Papua Tipu Jakarta (PATIJA).
Terjadi pula Papua tipu Papua (PATIPA). Ada orang Papua tertentu menipu orang asli Papua, misalnya mereka berkampanye bahwa dengan adanya pemekaran kabupaten/provinsi baru di tanah Papua, orang Papua akan lebih sejahtera. Ternyata itu tidak terbukti.
Pemekaran Daerah Otonomi Baru di tanah Papua sudah terbukti menjadi jembatan untuk
menciptakan marginalisasi, diskriminasi, minoritasi dan pelanggaran HAM yang berakibat pada pemusnahan etnis Papua.
Ada pula orang Papua tertentu menipu orang asli Papua pada saat kampanye menjelang Pilkada, baik bupati/gubernur dan juga kampanye menjelang pemilihan umum, baik pemilihan DPR maupun Presiden RI.
Mereka berkampanye bahwa setelah terpilih, mereka/ia akan memerdekakan Papua, atau akan mensejahterakan rakyat. Namun, setelah di antara mereka ada yang terpilih, ternyata mereka tidak menepati janji-janji manisnya. Justru mereka menjadi kaki tangan NKRI untuk menjajah orang
Papua.
***
Penipuan sudah menjadi tradisi RI. Misalnya, sejarah Indonesia itu kebanyakan ditambal sulam dan direkayasa. "Penipuan" sudah diterapkan oleh RI sejak proses aneksasi bangsa Papua ke dalam NKRI. RI berhasil menipu segelintir orang Papua pada tahun 1960-an. Penipuan itu lebih banyak dilakukan oleh masyarakat migran tertentu yang berasal dari Indonesia Timur yang didatangkan oleh pemerintah Belanda.
Orang Papua tertentu ini tertipu dengan kelicikan orang Indonesia. Setelah Indonesia menduduki di tanah Papua, pada akhirnya orang Papua yang tertipu itu, ada yang kecewa. Ternyata kemudian mereka mengetahui karakter dan tabiat Indonesia yaitu negara miskin, rakus, kejam, bodoh, penipu, pembunuh dan perampok. Walaupun orang asli Papua sudah mengetahui karakter dan tabiat Republik Indonesia, namun sampai saat ini ada orang asli Papua tertentu yang masih setia dan berkorban untuk
keutuhan NKRI.
"Jakarta Tipu Papua" (JATIPA), Papua Tipu Jakarta (PATIJA), dan Papua Tipu Papua (PATIPA) yang disebut TRI LOGI PENIPUAN itu dapat juga disebut "TIGA MATA RANTAI AKAL BUSUK PENIPUAN". TRI LOGI PENIPUAN Ini sudah berakar kuat dalam praktek perpolitikan di Indonesia selama ini, maka sangat sulit untuk mencabut dan memperbaikinya. Kecuali ada mukjizat dari Tuhan. Karena itu, selama bangsa Papua masih berada dibawah penjajahan RI, maka selama itu pula TRI LOGI PENIPUAN itu akan dipraktekkan.
Tidak ada cara lain bangsa Papua keluar dari praktek Tiga Dimensi Akal Busuk penipuan ini, kecuali keluar melalui satu jalan yaitu Papua Merdeka (Berdaulat Penuh).
Inilah saatnya setiap orang asli Papua dan para simpatisan di mana saja Anda berada, baik yang
berkarya dalam sistem NKRI maupun yang berada di luar sistem NKRI untuk segera membangun persatuan nasional dan pemulihan diri menuju kebebasan total dan pemulihan bangsa Papua.
Dihimbau kepada rakyat bangsa Papua, lebih khusus para pejuang Papua di mana saja Anda berada camkanlah bahwa "Penipuan" itu bukan gaya dan tradisi dari para moyang bangsa Papua, tetapi itu gaya moyang dan pemerintah Indonesia, yang kini diwariskan kepada para pejabat pemerintah di tanah Papua, karena itu rakyat bangsa Papua jangan sekali-kali meniru gaya Tri Logi Penipuan itu. Gaya dan tradisi para moyang Papua adalah jujur dan apa pun masalah dibawah ke para-para adat untuk memecahkan masalah agar menciptakan perdamaian dan kebaikan.
Kepada para pejabat Papua segera berhenti melacurkan diri dalam permainan kotor. Serta kepada RI segera berhenti menipu bangsa Papua melalui berbagai siasat, dan mari majukan Dialog untuk menyelesaikan masalah Papua dengan damai yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral demi tegakan martabat manusia Papua di atas segala kepentingan.
Selpius Bobii adalah Ketua Umum Front PEPERA Papua Barat, juga TAPOL Papua.
Sumber : www.majalahselangkah.com
0 komentar :
Posting Komentar