Mama-Mama Papua Berjualan di Pasar Sementara. (Jubi/Eveerth) |
Jayapura, 20/2 (Jubi) – Perjuangan Mama-Mama Pedagang asli Papua
yang tergabung dalam Solidaritas Pedagang Asli Papua (SOLPAP) untuk
memperoleh pasar permanen selama beberapa tahun ini
belum bisa terwujud dalam waktu dekat lantaran Pemerintah Provinsi
terlebih dahulu membangun kantor baru Damri di Jalan Baru, Kotaraja,
Kota Jayapura, Papua.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Papua, Maikel Kambuaya
mengatakan, tahun 2013 lalu pemerintah daerah setempat telah menyiapkan
lahan untuk pembangunan kantor Damri karena pihak Damri ingin kantornya
direlokasi terlebih dulu sebelum memulai membangun pasar Mama-Mama Papua
dilokasi Damri saat ini.
“Kalau saja era pemerintahan sebelumnya seperti itu, mungkin sudah
jadi. Padahal waktu itu juga ada anggaran. Jadi tahun ini pembangunan
kantor Damri dulu. Dibutuhkan waktu sekitar dua tahun untuk pembangunan
kantor Damri. Setelah selasai, Damri akan pindah dan lahan yang mereka
tempati kini akan digunakan untuk pembangunan pasar mama-mama Papua,”
kata Maikel Kambuaya, Kamis (20/2).
Menurutnya, tahap pembangunan kantor Damri kini dalam proses
penimbunan lokasi. Proyek tersebut ditangani Dinas Perhubungan Provinsi
Papua. Untuk itu Maikel berharap mama-mama Papua bersabar.
“Jadi yang penting mama-mama bersabar saja. Kan
sudah ditawarkan lahan mess Dinas Kesehatan Provinsi Papua, tapi
mama-mama tidak mau. Mereka tetap ingin pembangunan pasar di lahan
Damri. Kami tidak tinggal diam,” ujarnya.
Mengenai permasalahan hak ulayat lokasi pembangunan kantor Damri,
menurut Kepala Dinas PU Provinsi Papua ini, sudah tidak ada masalah
lagi. Pemerintah setempat telah membayar lunas kepada pemilik hak
ulayat.
“Dulu memang bermasalah. Tapi masalah hal ulayat sudah dibayar lunas.
Memang dua minggu lalu ada pemalangan di sana, tapi kami suruh pemilik
hak ulayat menyelesaikannya secara internal karena itu sudah dibayar.
Kalau tidak ya kami lapor polisi,” katanya.
Salah satu mama Papua, Yuliana Pigay mengatakan, mama-mama Papua
tidak akan pernah bosan berjuang untuk mendapatkan pasar permanen di
tengah Kota Jayapura, meski sudah berjuang selama 13 tahun.
“Selama ini kami terus ditipu dan mendapatkan janji-janji manis dari
anak-anak kami yang menjadi pejabat. Kami marah dan jengkel karena kami
mama-mama adalah perempuan yang menjadi orang tua mereka. Ada anggaran
Rp.10 milar lalu yang kini menjadi Rp. 45 miliar. Namun kami tidak tahu
anggaran itu dimana keberadaannya karena tidak ada kemajuan dalam
pembangunan pasar mama-mama Papua,” kata Yuliana.
Menurutnya, tanah selalu menjadi alasan pemerintah. Padahal uang
sebesar itu bisa digunakan untuk pembayaran tanah itu dan menyewa gudang
milik PT. Bintang Mas yang ada di Entrop, agar Damri bisa pindah dan pasar mama-mama bisa secepatnya dibangun.
“Kami heran karena dari walikota ke walikota, Anggota DPRP ganti
anggota DPRP, MRP ganti MRP, pejabat SKPD ganti pejabat SKPD, Gubernur
juga ganti Gubernur, namun nasib pembangunan pasar belum jelas. Apa kami
harus tunggu Tuhan Yesus datang bangun pasar untuk kami?” ujarnya. (Jubi/Arjuna)
Sumber : www.tabloidjubi.com
0 komentar :
Posting Komentar