iLUSTRASI |
iLUSTRASI KEKERSAN MILITER INDONESI |
PAPUAN, Jayapura --- Keluarga Demi Kepno (28), salah satu warga sipil
yang ditembak mati aparat kepolisian usai kericuhan di Pasar Youtefa, 2
Juli 2014, sekitar pukul 16.00 WIT, mengaku almarhum sama sekali tidak
terlibat dalam aksi yang menyebabkan kematian salah satu anggota polisi.
Pacar korban berinisial HS yang terakhir kali melihat korban saat
masih hidup menceritakan, pada hari Rabu, tanggal 2 Juli 2014, sekitar
jam 9 malam, dirinya bersama almarhum keluar dari rumah di Kamkey, dan
bertemu di mata Jalan Bina Marga, Kamkey.
Kemudian, korban bersama dirinya menuju ke arah Hypermarket, Tanah
Hitam, yang letaknya tidak jauh dari mata jalan Bina Marga. Tiba-tiba,
mereka di datangi sebuah mobil Avanza berkaca gelap, dan berhenti tepat
di depan mereka.
Dari dalam mobil keluar beberapa orang yang berpakain preman,
kemudian korban ditangkap secara paksa untuk menaiki mobil yang diparkir
tidak jauh dari hypermarket. Kemudian, korban dibawah ke Pos Polisi
Yanmor Tanah hitam untuk di interogasi.
Setelah korban dibawah, HS kemudian naik ojek menuju pangkalan ojek Kamkey, dan menemui beberapa orang yang sedang nongkrong.
Lalu HS mengatakan, “Kamu kenal sama Demi kepno?” Lalu dijawab oleh
beberapa pemuda, “Kenal, itu kaka.” Lalu HS mengatakan kalau Demi Kepno
baru saja dibawah aparat kepolisian ke Pos Polisi Yanmor Tanah Hitam.
Berdasarkan informasi ini, “Kami keluarga punya asumsi bahwa Demi
telah dibawah, namun sesampainya disana, korban dianiaya hingga tewas,”
kata HS.
“Kejadian ini membuat pihak keluarga terkejut, sebab kami dengar
kalau almarhum sudah berada di RS Bhayangkara,” kata Tera Kepno, salah
satu keluarga korban kepada media ini, usai acara pemakaman jenazah
sore.
Dikatakan, dari hasil pemeriksaan, korban meninggal dengan luka
tusukan benda tajam, penganiayaan dan luka tembakan senjata api di
bagian punggung belakang.
“Sebab itu, kami meminta kepada pihak kepolisian segera melakukan
penyelidikan atas meninggalnya saudara Demi Kepno ,dan mengungkap motif
dibalik kematian saudara kami,” kata Tera.
“Menurut kami kelurga besar di kota study Jayapura, merasa ada
kejanggalan dalam peristiwa meninggalnya saudara kami, sebab kami
keluarga tahu almarhum tidak terlibat dalam kasus perjudian di pasar
Youtefa, dan pada saat peristiwa itu terjadi, korban bersama kelurga di
rumah,” ujarnya.
Dua hari kemudian, keluarga mendapat informasi bahwa almarhum berada dikamar jenasah RS Bhayangkara.
“Ketika kami mengambil jenasah di Rumah Sakit Bhayangkara tanpa ada
keterangan penyebab kematian korban. Menjadi pertanyaan kami kelurga
korban ,almarhum diantar ke RS Bhayangkara itu dalam keadaan meninggal
atau masih hidup? Dan diantar oleh siapa, dan mengunakan kendaraan jenis
apa?” tanya Tera.
Sesuai dengan pemberitaan media cetak Cepos, Jumat 4 Juli 2014, salah
satu pelaku yang di interogasi di pos polisi Yanmor Tanah Hitam
melakukan perlawanan dengan pihak kepolisian, sehingga berujung pada
kematian yang bersangkutan.
“Kami pihak keluarga korban mempertanyakan kepada kepolisian, apakah
dalam introgasi di pos Yanmor sesuai dengan standar atau tidak, dan
anggota yang bertugas disana sesuai kepangkatan penyelidikan atau tidak,
dan kami pihak keluarga korban tidak menerima kalau saudara kami
dikatakan terlibat dalam peristiwa di pasar Youtefa,” ujar Tera.
AGUS PABIKA
sUMBER : WWW.suarapapua.com
Blogger Comment
Facebook Comment