News
Loading...

34 TAHUN VANUATU, DARI SEMANGAT MELANESIA SAMPAI PAPUA MERDEKA

Republik Vanuatu Merdeka, 30 Juli 1980. Pastor Walter Lini(1942-1999) adalah pendiri Republik Vanuatu yang terdiri dari enam provinsi beribukota di Port Villa.(Jubi/ist)
Jayapura, 29/7 (Jubi)-Tepat 30 Juli 1980, sebuah negara kecil di Kepulauan Pasifik Selatan  yang tadinya bernama New Hebriden atau Hebriden Baru yang terdiri dari 13 pulau besar dan sekitar 60 pulau kecil bergabung membentuk sebuah negara yang disebut Republik Vanuatu.

Hampir saja kemerdekaan Republik Vanuatu terhambat akibat latar belakang politik penjajahan antara Prancis dan Inggris. Semangat kemerdekaan Melanesia di Vanuatu mendapat dukungan dari pemerintahan Inggris sehingga kemerdekaan bisa terwujud pada 30 Juli 1980.

Sejak 1914 sistem penjajahan Condonium dibentuk di Vanuatu sehingga membawa proses pemisahaan terhadap penduduk Vanuatu ke dalam pengaruh Inggris dan Prancis. Penjajah Inggris lebih mempertahankan sistem kepemimpinan tradisional sebagai bagian dari usaha mempertahankan basis kekuasaan kolonial. Inggris lebih memberikan tekanan dan pelestarian pada kebudayaan Melanesia Vanuatu. Berbeda dengan Prancis yang secara sistimatis berusaha mengubah kebudayaan Melanesia Vanuatu dan menggantikannya dengan kebudayaan Prancis.

Kondisi penjajahan di Vanuatu menyebabkan terbentuknya masyarakat di sana terbagi ke dalam dua kelompok besar Black Englishmen dan Black Frenchmen. Hal ini terjadi karena masing-masing pemerintahan kolonial menerapkan sistem hukum, pendidikan, budaya, bahasa yang berbeda. Keadaan ini termasuk penduduk asli yang tinggal di wilayah hukum penjajah Prancis maupun Inggris.

Kesadaran kemerdekaan Vanuatu dan nasionalisme generasi muda di sana mulai tumbuh sejak 1970-an. Mereka menyadari buruknya kehidupan dalam sistem kolonial Prancis dan Inggris apalagi sebagian besar tanah-tanah subur dikuasai oleh orang asing tanpa mempertimbangkan keberadaan masyarakat asli Melanesia Vanuatu. Kondisi ini diperparah lagi oleh undang-undang kolonial yang melindungi kepemilikan tanah-tanah kepada setiap warga negara.

Akibatnya, tokoh-tokoh masyarakat Melanesia Vanuatu mendirikan sebuah asosiasi kebudayaan Vanuatu yang selanjutnya berkembang menjadi partai politik. Pada Agustus 1971 dibentuk New Hebrides National Party(NHNP) yang kemudian berubah nama menjadi Vanua’aku Party(VP) yang berarti “our land.” Masyarakat lokal Vanuatu sangat mendukung VP karena berjuang untuk tanah air di kepulauan Melanesia Vanuatu.

Sejak itu VP masyarakat Melanesia di Vanuatu menuntut agar mereka juga ikut dalam lembaga-lembaga politik. Pada 1974, Dewan Perwakilan Rakyat dibentuk dan memberikan kesempatan kepada masyarakat Melanesia Vanuatu untuk menentukan nasibnya bagi masa depan yang lebih baik. Mereka juga memiliki wakil-wakil dalam parlemen dan membicarakan hak-hak masyarakat setempat.

VP juga mendesak agar pemerintahaan Condominium, Ingggris dan Prancis memerdekaan Vanuatu untuk berdiri menjadi negara sendiri. Langkah yang dibuat Condominium adalah memberikan peluang untuk membentuk pemerintahaan sendiri lengkap dengan menteri-menteri dari kelompok moderat terutama di luar kelompok Vanuaku Party. Mayoritas Vanuaku Party adalah tokoh-tokoh masyarakat yang berbahasa Inggris.

Presiden Partai Vanua’aku, mendiang Pastor Walter Lini, memperoleh 26 kursi dari seluruh 39 kursi Dewan Perwakilan Vanuatu. Hasil Pemilu ini mengangkat Walter Lini sebagai Ketua Menteri. Pastor Walter Lini kemudian membawa rakyat Vanuatu ke gerbang kemerdekaan pada 30 Juli 1980 dengan nama Republik Vanuatu. Walter Lini lahir pada 1942,  meninggal pada 1999, dan dikenang sebagai Bapak Kemerdekaan Republik Vanuatu.

Tujuan utama  Vanuaku Party yang dikutip dari buku Politik di Melanesia, yang ditulis H. Zulkifli Hamid dosen Hubungan Internasional Fisip Universitas Indonesia, adalah memajukan, memelihara, membangkitkan kembali, dan mendorong kebudayaan orang Vanuatu. Selain itu mengupayakan perluasan bagi orang-orang Vanuatu secara sosial, pendidikan, ekonomi dan politik dalam kaitannya dengan kebudayaan Vanuatu dan peradaban barat. Partai Vanu’aku juga dikenal sebagai partai yang mencerminkan semangat nasionalisme dari ras Melanesia.

Kini setelah 34 tahun, Vanuatu bertekad membangkitkan semangat Melanesia di Pasifik Selatan dengan mendirikan negara-negara Ujung Tombak Melanesia di ibukota Vanuatu, Port Villa. Pastor Walter Lini juga ikut mendamaikan kedua tokoh Papua masing-masing Brigjen Zeth Rumkorem dan Jacob Pray pada 11 Juli 1985. Bahkan masalah Papua Barat sering diangkat ke Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB). (Jubi/dominggus a mampioper)  

sUMBER : WWW.tabloidjubi.com
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment