Budaya Minum Kava di Fiji.(Jubi/dam) |
Di Fiji atau masyarakat Toriand di Papua New Guinea (PNG) seorang pengunjung dari kampung ke kampung lainnya tentu akan membawa benda-benda upacara. Apalagi dalam upacara di kampung tetangga biasanya mereka memiliki hubungan kekerabatan dan juga rekan dagang.
Hal ini terjadi pula dalam masyarakat di Kampung Sowek, di Kabupaten Supiori jaman dulu berdagang bertukar parang dengan masyarakat di Teluk Cenderawasih bahkan sampai ke Wandamen dan Kepulauan Raja Ampat di Kepala Burung. Beberapa masyarakat dari Biak Numfor juga berdagang atau barter dengan keahlian membikin parang sampai ke Kabupaten Sarmi, bahkan ke Wewak Papua New Guinea.
Di Fiji pemberian benda upacara berupa seikat yaqona atau piper methysticum yang dipergunakan untuk membuat minuman untuk upacara. Minuman di sana sampai sekarang dikenal dengan nama Cava atau Kava. Di Biak dikenal dengan swan srai atau saguer sedangkan di Suku Marind ada yang dikenal dengan daun wati.
Masyarakat Fiji mengenal upacara penghormatan kepada tamu dengan mempersembahkan minuman tradisional kava. Tamu disambut dengan tarian penyambutan tamu yang dibawakan oleh kaum perempuan Fiji.Para tamu akan memasuki ruangan pertemuan dan disambut oleh seorang wanita lengkap dengan pakaian tradisional khas masi dengan diiringi ketukan papan lesung oleh penjaga Suku yang mempersilakan duduk di tempat terhormat. Kalau masyarakat di Biak memakai pukulan tifa dengan di masyarakat Port Numbay ketukan lesung dan tifa.
Kepala Suku ( Chief atau Magali (baca: manggali)) datang sambil membawa tanaman khas Fiji atau Pasifik Selatan yang terbaik kualitasnya disebut kava atau Yaqona(baca: Yanggona) untuk diperkenalkan kepada tamu.
Di dalam masyarakat Fiji, hadiah Kava diambil dengan semangkuk yaqona untuk diminum dan disertai pidato kehormatan dan upacara selamat datang. Pemberian timbal balik dalam barter barang merupakan peluang untuk pengakuan suatu pangkat di dalam masyarakat Melanesia adalah kedudukan sosial yang telah dicapai dengan kekuasaan lebih rendah atau lebih tinggi.
Pemberian itu diatur dalam dua cara yaitu pertama sesuai kedudukan kelompok bersangkutan dan kedua arti transaksi yang diberikan. Di dalam kebudayaan masyarakat Melanesia arti dalam pemberian inilah yang sangat menentukan apakah itu hanya kecil dan dan simbolis saja sifatnya atau apakah hanya berwujud bingkisan makanan saja atau juga mencakup barang-barang kerajinan tangan untuk upacar seperti juga di dalam kula (tingkatan-tingkatan dalam pemberian sebagai dasar dalam barter ekonomi).
Antropolog Schneider HK dalam penelitian di Fiji dan Oceania mengatakan bahwa tukar menukar lainnya memberikan dasar untuk hubungan perdagangan atau tukar menukar. Masyarakat di Fiji memiliki serangkaian kebiasaan yang rumit dalam penggunaannya. Pemberian-pemberian kecil antara dua orang biasa yang saling berkunjung pada saat itu, bisa menjadi tukar menukar yang lebih luas.
Jika seseorang pemimpin penting melakukan perjalanan mengelilingi kampung-kampung di Fiji,atau pun rombongan masyarakat adat melakukan kunjungan resmi dari kampung ke kampung, pada kesempatan tertenti mereka akan berhenti menerima penghormatan. Di tepi kampung mereka akan melakukan tukar menukar gigi ikan paus, kemudian disajikan yaqona dalam upacara megah. Bagi masyarakat Fiji gigi ikan paus menjadi alat tukar penting termasuk dalam pembayaran mas kawin.(Dominggus Mampioper)
http://tabloidjubi.com/2015/05/22/upacara-adat-dan-arti-pemberian-dalam-budaya-melanesia/
Blogger Comment
Facebook Comment