News
Loading...

Refleksi Realita Yang Terjadi Tanah Papua

KAPAN PAPUA MERDEKA DARI NKRI KALAU BEGINI TERUS? 

Oleh : Krismas Bagau 
 
Pergumulan dalam benak putra putri Papua selalu terbayang ketika melihat politik halus yang dimainkan oleh pemerintah indonesia. Politik halus yang maksud adalah bahwa penderitaan yang dialami masyarakat Papua seperti penjara ketakutan, kegelapan masa depan, diskriminasi, diintimidasi, diteror, dianiaya, dieksploitasi, budaya bisu dan takut yang disebabkan oleh kekejaman dari penjajahan Indonesia yang berwatak militeristik. Masyarakat  Papua menderita karena ingin bahwa segala sesuatu tetap ada, seperti sumber daya alam yang dieksploitasi oleh pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan investor asing seperti PT. Freeport Tembagapura yang salah satunya. Investor asing mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperdulikan hak ulayat pemilik tanah. Kritis terhadap  penderitaan yang dialami dari tahun ke tahun di atas tidak ada penyelesaian secara tuntas, menyeluruh dan manusiawi, sementara sumber daya alam dikuras dan dieksploitasi, sehingga generasi penerus Papua menuntut hak dan kebebasan yang paling tinggi yaitu kebahagian dari hasil sumber daya alam, tetapi yang ada hanyalah penderitaan.

                Melihat realitas seperti di ataslah membuat mereka menderita, masyarakat Papua  menuntut untuk keluar dari penderitan  dan meminta dialog melalui aksi damai  tetapi tidak diberi, namun bertemunya di medan pertempuran besar. Pertempuran yang membawa masyarakat Papua mengabdi tanah untuk dipakai sebagai peristirahatan terakhir. Masyarakat Papua yang mendiami di tanah Papua hanya menjadi saksi bisu atas penderitaan dan mengingat sedikit dan menulis sedikit saja, tetapi dunia tidak akan lupa pada mereka yang wafat karena perjuangannya. Perjuangan itu tetap berlanjut dan dikenang sebagai kenangan. kenangan untuk menyelesaikan pekerjaan mereka yang belum selesai yang telah mereka memulai dengan perjuangan penderitaan yang dasyat, maka sekarang tugas generasi adalah menyelesaikan perjuangan mereka yang belum tuntas. Perjuangan penderitaan yang dialami masyarakat Papua  di atas kekayan alam  merupakan salah satu tuntutan pengharapan yang manusiawi, sebab ketidaksetujuan terhadap  eksploitasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia yang bekerja sama dengan investor asing. Penderitaan itu terus dialami dan diwariskan kepada generasi penerus sampai sekarang, maka reaksi dari generasi penerus sekarang adalah menuntut untuk meluruskan sejarah integerasi secara fundamental dan hakiki demi mencapai kebahagian yaitu merdeka.

                Masyarakat Papua ingin  yang buat mereka  adalah hidup damai, tidak ada kerusuhan, tidak ada perang, tenang, tenteram hati, keadaan tidak bermusuhan, rukun sebagai dasar untuk membangun kesejatian hidup yang realitis diatas kekayan alamnya. Arthur Schopenhauer  mengatakan bahwa: Realitas fundamental adalah kehendak. Karena kehendak akibatnya hidup dipenuhi perjuangan, konflik dan ketidakpuasan. Terinspirasi oleh Buddhisme ia mengatakan bahwa semua kehidupan adalah penderitaan yang hanya dapat diatasi dengan mengakhiri hasrat. Untuk mencapai kebahagian perlu adanya menyuarakan pembebasan dari penderitaan.

Jika berdasarkan konseterasi penuh pada pembangunan dipratekkan dan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap masyarakat Papua berarti  tidak ada tuntutan untuk  kelur dari integerasi  dengan negara kesatuan repblik Indonesia. Masyarakat Papua berorientasikan diri bahwa jika mencapai kebahagian  berarti  tidak ada yang dipersoalkan  terhadap integerasi  masyarakat Papua dari negara kesatuan rebpulik Indonesia. Namun selalu adanya penderitaan tidak manusiawi yaitu putra putri Papua menjadi korban penindasan sehingga banyak  mengapdi tanah sebagai termpat peristrahatan terakhir.

                Fakta membuktikan bahwa penderitan yang dialami masyarakat Papua membutuhkan  adanya kebenaran kesadaran sebagai jalan menuju habitus baru dalam hidup. Realitas yang dialami harus dipandang sebagai awal dari perjuangan menuju perdamain kebaikkan. Kebaikan menghasilkan penciptaan dan penyempurnan dari pemisahan diri dari penderitaan, jika niat yang baik. penderitan berarti pemisahan  diri yang menghasilkan keseimbangan pembebasan bagi hubungan kekerabatan untuk membangun kebebasan. pembebasan artinya lepas dari penindasan terhadap masyarakat Papua menuju kualitas hidup yang tertinggi.

                Semua penindasaan terhadap masyarakat Papua membutuhkan penyelesaian. Cara penyelesaiaannya membutuhkan keterbukaan diri dari pemerintah Indonesia, demi membangun dan mengajarkan tentang kehidupan  kesadaran. Kesadaran pencapaian yang tertinggi membutukan harmoni sebagai dasar perdamaian antara manusia dengan sesama untuk  menciptakan toleransi. Melalui toleransi dapat membuka diri dan menghargai pandangan yang berbeda sekalipun demi suatu kehidupan bersama dengan mengedepankan perikemanusian dapat dikembangkan melalui diri dalam relasi cinta, dan adil terhadap manusia sebagai sesama ciptaan oleh yang maha Kuasa.

                Masa kini tidak relevan lagi untuk manusia  mengalami peneritan  tetapi yang dibutuhkan adalah bijaksana dalam segala hal. Jika bertindak bijaksana  sesuai dengan akal budinya, maka Kebahagian itu juga sama dengan keutamaan. Keutamaan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia dengan cara berpikir dan  bertindak secara  rasional terhadap  masyarakat Papua, dan mengajarkan kebenaran  sebagai jalan keluar dari penderitan. Menurut Plato, bila manusia mengoptimalkan keutamaan adalah ketika manusia adil, maka sebaliknya, kejahatan terbesar adalah ketidakadilan (ketidakbenaran). Saat manusia hidup jahat dan semborono, dalam diri orang itu tidak ada harmoni melainkan perang saudara, sakit, keburukan. keburukan  membawa dampak yang membuat masyarakat Papua menjadi canggung untuk mempertahankannya terhadap  manipulasi kebodohan politik indonesia dengan pemusnaan etnis dan pembunuhan halus dan terstruktur.

Jadi, Penderitaan yang dialami masyarakat Papua adalah penjara ketakutan, kegelapan masa depan, diskriminasi, diintimidasi, diteror, dianiaya, dieksploitasi, budaya bisu dan takut yang disebabkan oleh kekejaman dari penjajahan Indonesia yang berwatak militeristik terhadap masyarakat Papua harus di hentikan. Masyarakat Papua yang buat mereka inginkan adalah harus keluar dari penderitaan (dukkha)  secara tuntas, menyeluruh dan manusiawi. Sehingga Sorotan yang disodorkan pun dapat memenuhi keinginan masyarakat Papua untuk hidup dengan bebas merdeka di dalan negara kesatuan republik Indonesia. Merdeka  merupakan salah satu keinginan insani yang amat mendasar. Pembebasan dari penderitan dilakukan dengan melatih pikiran dan tindakan berdasarkan aturan karma, sehingga masyarakat Papua ingin  yang buat mereka mencapai nirvana adalah hidup damai, tidak ada kerusuhan, tidak ada perang, tenang, tenteram hati, keadaan tidak bermusuhan, rukun sebagai dasar untuk membangun kesejatian hidup yang realitis diatas kekayan alamnya. Masyarakat Papua membutuhkan adalah keterbukaan diri dari pemerintah Indonesia, demi membangun dan mengajarkan tentang kehidupan baik dengan  kesadaran yang palianag tinggi


Penulis adalah Krismas Bagau yang sedang mengenyam pendidikan di salah satu kampus sospol Yogyakarta
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar