Jauh
sebelum masuknya Islam dan Kristen ke Tanah Papua, suku-suku asli Papua
(bangsa Papua) telah memiliki pemahaman (pengetahuan) yang utuh tentang
siapa diri dan kehidupannya, alamnya, dan kekuatan yang lebih besar
darinya. Pengetahuan ini berasal dari hasil berinteraksi dengan sesama
dan alam (kemampuan adaptasi aktif).
Kehadiran Islam dan
Kristen sebagai pengetahuan dan kepercayaan ke dalam kehidupan bangsa
Papua, secara perlahan menggerus dan mematikan pengetahuan dan
kepercayaan lama. Dan pada kenyataannya, mayoritas bangsa Papua tidak
memeluk agama sesuai dengan nilai-nilai Ilahiyah yang terkandung di
dalam kitab suci sebagai inti dan akar agama. Tetapi beragama dengan
cara menggabungkan antara nilai-nilai agama dangan nilai-nilai kultural
yang dianut oleh para penyebar agama (dai dan misionaris).
Hendaknya bangsa Papua tidak ber-Islam dan tidak ber-Kristen mengikuti
gaya Arab Saudi dan Israel. Atau menjadikan agama sebagai alat politik
seperti pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda. Juga tidak
menempatkan agama sebagai issu penyeimbang kekuatan politik
internasional seperti halnya USA dan sekutu terdekatnya.
Bangsa
Papua harus meyadari dan mengakui, bahwa sebelum ia menganut salah satu
agama samawi, karakter dan mentalitasnya sudah lebih dulu terbangun
dengan kepercayaan aslinya. Islam dan Kristen harus ditempatkan sebagai
cara berpikir yang mengakomodir nilai-nilai luhur kepercayaan asli
Papua. Agama adalah Identitas Keimanan (Individu dengan Tuhan) dan
kebudayaan adalah Identitas Sosial (Individu dengan masyarakatnya).
Sebab jauh sebelum Islam dan Kristen masuk ke Papua, dan mengajak orang
Papua menghargai kehidupan, menghormati hak milik orang lain, dan saling
berbagi kasih sayang, kepercayaan asli Papua telah melakukan itu.
Agama bukan tujuan keselamatan. Tapi Tuhan (Allah Swt) adalah tujuan
keselamatan yang sesungguhnya. Agama dan kebudayaan (adat dan tradisi)
hanyalah bentuk dan cara berinteraksi dan jalan menuju Tuhan. Pemahaman
ini harus ditempatkan secara benar.
Bicara IDIOLOGI dalam
konteks perjuangan Papua, adalah bicara tentang cara pandang memahami
diri sendiri, memahami lingkungan sekitar dan perubahannya, dan memahami
cita-cita yang menjadi tujuan perubahan.
Agama dan kebudayaan
dalam tataran praktis adalah idiologi. Karena keduanya membentuk nilai
dan prinsip, sikap dan perilaku, tata aturan, dan mengandung tujuan
cita-cita perubahan. Sama dengan ini, Kemerdekaan Papua adalah jalan
menuju... atau untuk memperoleh/mewujudkan cita-cita kebangsaan.
Bila tujuan kemerdekaan bangsa Papua sebagai negara berdaulat (bukan
merdeka) adalah untuk menciptakan tata kehidupan manusia yang damai,
adil dan sejahtera..., maka tujuan mulia ini tidak bertentangan dengan
agama. Malahan nilai-nilai agama harus dijadikan sebagai starting point
untuk mempersatukan dan menyelaraskan elemen-elemen pembentuk bangsa
Papua... menuju pencapaian cita-cita bersama.
Bila kita mengaku
beragama dan yakin akan adanya Tuhan, kita pasti jujur melihat, bahwa
dikebanyakan negara di dunia, agama belum bisa dijadikan sebagai
kekuatan perubahan pada era kekinian. Meskipun tujuan utama agama adalah
melakukan perubahan mental dan perilaku manusia. Kenapa demikian,
karena nilai-nilai agama juga terdapat di dalam kebudayaan. Dan yang
lebih dominan terjadi, nilai-nilai kebudayaan yang sifatnya dinamis,
mencair, dan elastis, bisa menerima perubahan.
Kondisi ini
menegaskan, bahwa agama dan kebudayaan dalam banyak hal memiliki
kesamaan. Yaitu sama-sama sebagai pedoman pemikiran dan perilaku. Soal
dalam beberapa hal mendasar ada pertentangan nilai di antara keduanya,
tugas manusia yang berakalah untuk memilah, mana yang baik dan buruk -
dan mana yang mau dianutnya. Karena kita tak bisa membantah, bahwa
nilai-nilai luhur kebudayaan dijadikan oleh Tuhan sebagai perintah dan
aturan agama. Ini kalau kita percaya, bahwa tidak ada satupun kejadian
dan perubahan di dunia (manusia) bisa terjadi tanpa kehendak Tuhan
sebagai Maha Memiliki dan Maha Menciptakan.
Bagi anda yang
beragama Islam dan Kristen, bila anda membaca dan memahami baik isi Al
Qur’an dan Injil, anda akan sadar, bahwa Tuhan mengisi kedua kitab
suci-Nya lebih banyak dengan sejarah kehidupan umat-umat terdahulu.
Tuhan tidak mengakatakan, “jangan mengikuti atau menjadikan kebudayaan
sebagai pedoman hidup”. Tapi Tuhan berkata, “Jangan berzina, Jangan
membunuh, Jangan mencuri, Berbuatlah jujur, Tolong menolonglah di dalam
kebaikan, Percayalah kepada sumber kebenaran (Tuhan – Allah), dll.”
Apakah perintah-perintah ini (prinsip hidup) tidak ada dalam kebudayaan
asli suku-suku Papua? Jawabannya, Ada!
Penjelasan di atas
menegaskan, bahwa Tuhan berfirman di dalam Al Qur’an dan Injil tidak
berdasarkan bahasa imajinatif dan hiperbolis. Tapi Tuhan berfirman
dengan menyajikan fakta kehidupan manusia (cerminan dan potret dari
kebudayaan). Karena memang kebudayaan adalah hasil cipta dan kreasi
manusia, dan manusia pun adalah makluk ciptaan Tuhan.
Selanjutnya, saya telah singgung di awal, bahwa bangsa Papua tidak boleh
ber-Islam gaya Arab Saudi dan ber-Kristen gaya Israel. Kita harus
beragama mengikuti identitas kebangsaan kita. Yaitu identitas yang
mengkrital dari nilai-nilai luhur kebudayaan asli bangsa Papua. Sudah
tentu yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiyah (bukan nilai
agama). Contoh, orang Papua menyatakan kebenaran secara tegas dengan
tidak menggunakan bahasa membujuk dan bergelombang; orang Papua memiliki
sifat kasih sayang terhadap kemanusiaan dan kehidupan; orang Papua
menghargai perbedaan dan melindungi kehidupan orang/pihak yang berbeda;
orang Papua suka membagi berkat dan karunia dari Tuhan kepada sesama;
orang Papua memiliki adab dan sopan santun terhadap orang luar; dll.
Bangsa Papua harus berani menunjukkan kepada bangsa dan negara lain,
bahwa kita mampu merumuskan Identitas Politik dan Idiologi Bangsa yang
mengakar pada nilai-nilai Ilahiyah (bukan Agama) dan dan nilai-nilai
luhur kemanusiaan (Kebudayaan – adat dan tradisi) asli Papua.
Akhirnya, penjajahan selalu datang dari Barat dan terang kedamaian selalu datang dari Timur. Hai, Tanahku PAPUA.
(KAETARO. Mnukwar, Tengah September 2013)
Sumber: Catatan Facebook/http://phaul-heger.blogspot.com
About suarakolaitaga
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
0 komentar :
Posting Komentar