News
Loading...

Bulan Oktober 2013, Brimob-Densus 88 Kembali Operasi Paniai

Operasi Militer Indonesia, Ujung lapangan Jalan Enaro ke Dagouto di Paniai (Dok. Pribadi)
Operasi Militer Indonesia, Bukit gunung Ugi bagoo di Paniai (google)
Operasi Militer Indonesia, Gunung  Wege di Paniai (google)
BOGOR-- Setelah memulangkan paksa Brimob yang beroperasi di Kabupaten Paniai atas perintah kepala pemerintahan Republik Indonesia melalui Kapolri di beberapa waktu lalu, hanyalah memanfaatkan situasi emosional belaka untuk meredakan sorotan dari luar negeri atas operasi dingin berlangsung disana.

Pada saat itupula, kepala pemerintahan baru yang terpilih di Kab. Paniai Hengky Kayame, SH.M.Hum dalam pidato seratus hari kerja mengatakan di Paniai tidak perlu penambahan keamanan lagi. Katanya densus 88 yang bertugas di Paniai itupula harus dipulangkan ke Jakarta. Pidato ini respon positif oleh Kapolda Papua Tito Karnavian banyak pasukan gelap dipulangkannya. Namun, selang beberapa bulan belakangan ini mereka mempesiapkan lebih khusus lagi untuk kembali beroperasi melawan anggota gerilyawan dan mengganggu masyarakat sipil Paniai. 

Adapun daerah yang sudah dicap sebagai daerah merah misalnya Paniai, Puncak Jaya, Kerom , Timika, dan seluruh Papua. Beberapa kompi Brimob yang tadinya dari Paniai ini sudah siap siaga satu untuk kembali kesana lagi. Dua kelompok yang akan berangkat pada minggu terakhir bulan Oktober 2013 ini yakni kelompok operasi gelap densus 88 dan pasukan Brimob. 

Kedua ini berasal dari tim khusus dari Kidung Halang Bogor. Satu minggu lalu saya betemu dengan anggota brimob yang pernah bertugas di Paniai, mengatakan setelah kami pulang dari sana kami belajar pendidikan penembahkan jitu dan operasi bawah tanah. Kata dia lagi, Kab. Paniai ini daerah darurat atau merah, maka polda Jawa Barat mengembalikan kami kesana lagi.

Lanjut dia, kami sudah mengelilingi setiap kampung di Paniai termasuk Bayak Biru tempat pendulangan Emas illegal jauh Kec. Bogobaida - Paniai. Kami mengelilingi setiap malam dari kampung ke kampung, siang hari kelompok gerilyawan bisa menembak kami. (ungkapnya). Kata saya, apa kakak tidak takut membunuh rakyat sipil ini. Jawabnya ya, masyarakat sipil ini tidak membebaskan pembangunan di Kab. Paniai, maka kami kembali mengutus untuk pergi mengawasi pembangunan dari pemerintah setempat. 

Seharusnya mereka menerima pembangunan itu. Tapi misi tidak sesuai dilapangan itu, tentunya satu–satu jalan kita harus mengeluarkan peluruh untuk membunuh masyarakat untuk peringatan untuk membebaskan operasi pembangunannya. Bagaimana adaftasi ekologinya, katanya disana daerah dingin. Masyarakat sipil rambut gimbal, kulitnya gelap sekali, kumis panjang dinilai ciri khusus untuk dicurigakannya namun tak ingat daerah dingin ini. Kami tak segang-segang menembaknya. Lanjut dia lagi, setiap mata jalan punya monitor khusus. 

Ada intel operasi gelap tadi, mereka bertugas di persimpangan jalan dan sisip di kios-kios disampingnya. Kemudian, saya mengirimkan pesan singkat melalui handphone kepada Bupati atas pengiriman brimob ini. Namun demikian belum dibalas pesang singkat tersebut. Terpenting bagi saya adalah pesan protes sudah sampai kepada pemimpin orang nomor satu di Paniai ini. 

Tanggapan kita menunggu dilapangan, apa dia menolak memulangkan lagi atau tidak. Misi program seratus hari kerja sudah teratasi namun misi negara untuk memusnakan orang asli Papua belum berhenti sampai kita semua habis. (UN/M.G)
 
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar