Warga Papua Pelompat Konsulat, Rofinus Yanggam (kiri), Yuvensius Goo (tengah) dan Markus Jerewon (kanan). Foto: The Guardian/Marni Cordell |
Bali – Juru Bicara Internasional Aliansi Mahasiswa Papua (AMP), Rinto Kogoya, malam ini, Selasa, (08/10/13) dari Bali kepada majalahselangkah.com melalui telepon selulernya melaporkan, tiga aktivis Papua yang memanjat pagar Konsulat Australia di Bali, Minggu, (06/10/13) itu dalam kondisi tidak aman.
“Kawan-kawan di sini dalam kondisi tidak aman. Di sini sudah diberlakukan operasi identitas. Semua asrama mahasiswa juga di-sweeping oleh keamanan adat di Bali, dibackup aparat. Belum ada keamanan yang pasti, sehingga kami tidak bisa konfirmasi keberadaan mereka secara pasti,” kata Rinto.
Tiga aktivis Papua,
Markus Jerewon (29), Yuvensius Goo (22) dan Rofinus Yanggam (30),
memanjat pagar Konsulat Australia Bali setinggi dua meter pukul 03:20
waktu setempat. Mereka meninggalkan Konsulat Australia setelah pihak
konsulat meminta mereka meninggalkan Konsulat sebelum pukul 07:00 waktu
setempat.
“Tempat
berlindung semakin sempit setelah mereka keluar. Bali kecil dan mudah
diketahui. Kami sangat khawatir dengan keamanan mereka,” kata Rinto
Kogoya.
Sementara,
Markus Jerewon (29) ketika dihubungi media ini, hanya menjawab singkat.
“Maaf, saya tidak bisa menjawab telepon, keadaan kurang baik,” katanya.
Tiga aktivis ini nekat melompat Konsulat Australia di Bali untuk meminta akses jurnalis internasional untuk Papua di buka. Juga, mereka meminta puluhan tahanan politik di Papua dibebaskan.
Dalam
sebuah surat terbuka kepada rakyat Australia, yang diserahkan kepada
staf konsulat pada hari Minggu pagi itu, tiga aktivis itu menulis, “Kami
menulis untuk memberitahu Anda bahwa kami memasuki konsulat Australia
di Bali untuk mencari perlindungan dan untuk memberikan pesan kepada
para pemimpin APEC di Bali, Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Perdana
Menteri Jepang Shinzo Abe dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott.”
“Kami
ingin Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Perdana Menteri Jepang Shinzo
Abe dan Perdana Menteri Australia Tony Abbott membela hak-hak orang Papua. Dan, berbicara dengan pemerintah Indonesia untuk memperlakukan orang Papua dengan lebih baik. Pelanggaran HAM secara rutin kami alami,” tulis mereka seperti dikutip majalahselangkah.comdari The Guardian.
Diberitakan,
kekhatiran tentang keamanan mereka disampaikan berbagai pihak di dalam
dan luar negeri. Kekhatiran keamanan tiga aktivis dari berbagai pihak di
Australia bisa dibaca di sini, klik.
Hingga malam ini, majalahselangkah.com belum berhasil mengonfirmasi pihak kepolisian di Bali terkait keamanan tiga aktivis ini. (GE/MS)
Selasa, 08 Oktober 2013 20:58,MS
Sumber : http://papuapost.com
0 komentar :
Posting Komentar