Padang - Para
gerombolan masa (FKOI) – Forum Komunikasi Organiasasi Islam mendatangi
lokasi dua gereja yang berada si pasaman barat, kedua Gereja yang sedang
dalam proses pembangunan tersebut adalah Stasi Mahakarya and GPSI
(Gereja Pentakosta Sion Indonesia). Kelompok massa radikal ini datang
dan mengancam akan menghancurkan bangunan gereja yang sedang dalam
proses pembangunan tersebut.
Ancaman yang dilayangkan oleh massa tidak berhasil direalisasikan
karena daerah pembangunan Gereja dijaga 200 aparat polisi dan aparat
TNI.
Bupati Pasaman Barat Baharuddin mengatakan pada hari Jumat bahwa ia
akan menjamin keselamatan semua aliran agama untuk menganut
kepercayaannya masing-masing. bupati itupun menyerukan “Satu batupun tak
akan terlempar pada pengikut agama lain di Pasaman Barat. Saya jamin
itu, “kata Baharuddin kepada The Jakarta Post melalui telepon pada hari
Jumat.
Baharuddin sangat mendukungan kebebasan beragama di daerah pasaman
barat tetapi dia juga mendukung gerakan FKOI dimana, FKOI melakukan
sweeping terhadap Gereja-Gereja liar dan kafe – kafe bahkan
mereka memaksa beberapa kafe untuk tutup “Saya berterima kasih kepada
mereka untuk membantu pemerintah untuk mendisiplinkan kafe. Juga, gereja
harus mencari izin sebelum memperluas bangunan. ”
Padahal Panitia Pembangunan Gereja (PPG) sudah mengumpulkan 90 tanda
tangan dan foto kopi KTP umat Katolik. Lalu, syarat dukungan minimal 60
penduduk setempat (selain 90 pemohon) sudah dikantongi. Namun, langkah
PPG ini terhenti saat mengurus surat rekomendasi dari FKUB Kabupaten
Pasaman Barat. Setelah PPG bernegosiasi dengan anggota FKUB,
terjadilah tawar-menawar “angka” yang bagi PPG tidak masuk akal.
Akhirnya, PPG menyiasati dengan membangun teras di kanan dan kiri
bangunan gereja, dengan diberi atap. Konsekuensinya, umat yang mengikuti
Ekaristi dipisahkan tembok. Pastor Benardus Asa Pr mengungkapkan,
langkah ini yang bisa dilakukan. Untuk mengantisipasi hujan, dibuat atap
permanen di atas teras itu. “Prosedur mendapatkan IMB gereja ibarat
digantung tanpa tali, antara diberikan izin atau ditolak,” katanya
dengan nada prihatin
Pernyataan baharuddin yang bersifat muka dua inipun bukanlah hal
luar biasa di dunia politik indonesia ini. disatu sisi baharuddin
mendukung kebebasan agama dan disisi lain dia juga mendukung aksi main
hakim sendiri oleh ormas radikal.
Peristiwa diatas bukan lagi hal yang mengherankan dinegara republik
ini dimana kelompok mayoritas menyamakan derajat bangunan ibadah agama
lain dengan tempat tempat kemaksiatan. Hal tersebut merupakan bukti
tindakan mencorengan citra agama yang dilakukan oleh ormas ini.
(dsl.icdl)
Blogger Comment
Facebook Comment