Salah satu anggota
Tim Investigasi
Kasus Penembakan Pelajar di Deiyai dari DPRP yang juga anggota DPRP, Nason Utti. (Jubi/Levi) |
Jayapura – Tim Investigasi Kasus
Penembakan Pelajar di Deiyai dari Dewan Perwakilan Rakyat Papua (DPRP)
meminta agar Kepolisian Daerah Papua harus berani dan jangan malu
mengakui kesalahannya sebagai pelaku penembakan salah satu warga sipil
yang masih berstatus pelajar saat pengamanan bentrok aparat keamanan
dengan warga setempat di Lapangan Sepakbola Waghete, Distrik Tigi,
Kabupaten Deiyai, Papua, Senin (23/9) lalu.
“Polisi juga
telah melakukan investigasi dan penyidikan terhadap kasus penembakan
ini. Sehingga mereka harus transparan dan akuntabel. Polisi jangan malu
dan takut katakan yang benar, kalau memang prosedur ya dan katakan
salah, kalau prosedurnya salah,” kata salah satu anggota Tim Investigasi
Kasus Penembakan Pelajar di Deiyai dari DPRP, Nason Utti ke wartawan di
DPRP, Kota Jayapura, Papua, Selasa (8/10).
Saat ini,
menurut Nason, keluarga korban dan masyarakat Deiyai menunggu hasil
investigasi Polda Papua. “Masyarakat tunggu Polisi ungkap siapa pelaku
penembakan dan sangsinya seperti apa. Sebab jangan sampai Polisi hanya
selalu berkesimpulan pelakunya dari Orang Tak Kenal (OTK), orang
bertopeng, Gerakan Pengacau Keamanan (GPK) atau dari KNPB. Polisi harus
profesional,” jelasnya.
Dari hasil
investigasi yang telah dilakukan DPRP, kata Nason, hasilnya, aparat
kepolisian tak profesional dalam melaksanakan tugasnya. Sehingga salah
satu warga sipil tewas tertembak oleh salah satu Polisi. “Mereka tak
mampu atasi masalah, mereka juga tak disiplin memegang dan menggunakan
senjata. Jika saja polisi profesional dan sesuai prosedur, tentu tidak
akan ada jatuh korban dalam penanganan kasus ini,” katanya.
Menurut Nason,
saat ini masyarakat Deiyai dan keluarga korban menginginkan pelaku
penembakan dipecat dari kesatuannya. “Keluarga korban dan masyarakat
meminta pelaku harus dipecat, bahkan saat ini keluarga korban tidak
ingin bertemu siapapun sambil membuka baju, sebelum pelaku diungkap,”
kata anggota DPRP dari Dapil V yang meliputi Paniai, Nabire, Mimika,
Dogiyai, Deiyai dan Intan Jaya ini.
Sesuai hasil
investigasi DPRP, kata Nason, peristiwa penembakan itu terjadi saat ada
acara pasar malam di Lapangan Sepakbola Wahgete. Lalu Polisi
menyampaikan himbauan terkait pelarangan peredaran minuman keras, judi
dan togel. Tapi di saat bersamaan, ada anggota Polisi bertindak arogan
menyeret seorang pemuda yang sedang mengendarai sepeda motor membonceng
mama-mama.
“Melihat itu
masyarakat setempat marah dan kemudian melempari Polisi, disaat
bersamaan Polisi melepaskan tembakan dan mengenai Alfius Mote (17
tahun), seorang pelajar SMUN 2 Deiyai yang sedang melintas sehabis
pulang sekolah. Jika memang ada warga yang anarkis, mereka itu yang
diamankan, bukan malah menembak orang tak bersalah, sehingga menyebabkan
korban jiwa,” kata Nason menjelaskan.
Saat
dikonfirmasi, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, AKBP
Sulistyo Pudjo Hartono mengatakan, pihaknya belum bisa memberikan
keterangan pasti terkait hasil investigasi yang telah dilakukan pihak
Polda Papua mengenai kasus penembakan di Deiyai. “Saya belum membaca
hasilnya. Nanti telepon balik lagi ya,” katanya saat dihubungi lewat
telepon, Selasa sore (8/10).
Sebelumnya,
Kepolisian Papua telah menurunkan tim investigasinya yang dipimpin
Irwasda Polda Papua, Kombes Polisi Gde Sugianyar. Tim ini mencari akar
persoalan terjadinya bentrokan. Pasca kejadian, tim ini juga telah
mengumpulkan tokoh agama, masyarakat, dan keluarga korban, guna mencari
solusi penyelesaian kasus ini. Bahkan, Polisi juga telah mengamankan dua
orang yang diduga provakator dalam kasus ini. (Jubi/Levi)
Sumber : www.tabloidjubi.com
0 komentar :
Posting Komentar