Alpius Mote (18) di tembak dan akhirnya meninggal. |
Brimob BKO Polda Papua Senin (23/09) melakukan razia di Waghete,
Kabupaten Deiyai. Razia senjata tajam yang dilakukan ini untuk
pengamanan di Waghete. Dalam razia ini, barang-barang yang dibawa oleh
masyarakat seperti pisau dapur, parang, sekop, disita oleh aparat.
Razia yang di Brimob BKO Polda Papua menyebabkan Alpius Mote (18) di
tembak dan akhirnya meninggal. Penembakan tersbut dilakukan oleh dua
orang angota Brimob. Menurut relawan ELSHAM Papua, peristiwa penembakan
tersebut berawal saat salah satu warga yang di minta untuk barang yang
berada dalam noken juga diperiksa. Setelah selesai pemeriksaan noken
tersebut, Brimob yang melakukan razia itu memerintahkan sejumlah
laki-laki untuk melepaskan koteka (penutup alat kelamin laki-laki yang
umumnya digunakan oleh masyarakat pegunungan tengah Papua).
Mendengar
perintah untuk melepaskan koteka, sejumlah pemuda menegur kedua
personil Brimob dan mempertanyakan maksud tindakan mereka. Menanggapi
teguran dari para pemuda, kedua personil Brimob langsung melepaskan
tembakan ke arah kerumunan warga yang menyaksikan jalannya razia.
Tembakan yang dilepaskan aparat Brimob mengenai Alpius Mote, tepatnya
di bagian ketiak kanan hingga tembus ke rusuk kiri. Korban yang saat
baru pulang dari sekolah dan lewat di tempat kejadian langsung jatuh
bergelimang darah dan tewas seketika. Melihat kondisi korban, masyarakat
segera membalas tindakan aparat dengan melakukan pelemparan batu ke
arah aparat. Frans Dogopia (23), seorang anggota Satpol Pamong Praja
yang hendak mengamankan situasi, ikut tertembak di bahu kiri.
Ketika situasi telah dapat dikendalikan, aparat Brimob segera
mengevakuasi mayat Alpius Mote ke RSUD Uwibutu, Paniai untuk diotopsi.
Aparat gabungan TNI/Polri segera melakukan pengawasan yang ketat di
sekitar RSUD Uwibutu. Aparat melakukan razia terhadap semua HP baik
milik dokter maupun petugas medis, terutama yang berasal dari Papua.
Seorang petugas medis yang memotret mayat Alpius Mote dengan hand phone,
langsung dilarang oleh aparat yang kemudian menyita hand phone
tersebut.
Sejumlah warga Waghete yang memprotes aksi penembakan, ditangkap lalu
dibawa dengan truk polisi ke Mapolres Paniai untuk diinterogasi.
Seorang Guru SMP Negeri Waghete, Yance Pekey, S.Pd (46) yang ikut dalam
memprotes aksi penembakan, dianiaya oleh aparat sehingga hidungnya
mengeluarkan darah dan wajah memar.
Peristiwa penembakan serupa, pernah terjadi pada tahun 2004. Ketika
itu, pihak TNI/Polri menembak mati Mozes Douw, Siswa SMP Negeri Waghete.Elsham News Service
ELSHAM Papua ©2013
ELSHAM Papua ©2013
sumber : http://www.elshampapua.org/index.php
0 komentar :
Posting Komentar