News
Loading...

Satu Kata, Satu Suara: Lawan

Ilustrasi
berulang-ulang kali kita ucapkan dalam kehidupan. Salah satunya kata lawan. Kata lawan ini identik dengan salah satu hal istimewa bagi rakyat papua yang ingin direbut dari kaum imperialisme dan kapitalisme,  yakni bebas.

Dari latar belakang yang terjadi selama bangsa papua berdiri di atas tanah papua. Mulai dari tahun 61 sebagai kemerdekaan west papua, 69 lahirnya PEPERA hingga sekarang. Banyak analisis-analisis yang selalu digontak-gantik oleh NKRI. Artinya bahwa karena ingin merampas kekuasaan atas tanah papua, akhirnya dihadirkan dengan banyak persoalan, entah kekerasan, pembunuhan dan lain sebagainya di atas tanah tercintah ini.

Contoh terbunuhnya Dortheus Hilo Eluay, Mako Tabuni dan beberapa tokoh-tokoh pejuang papua yang lainnya. Kemudiaan, dihadapkan dengan terjadi tragedi biak berdarah, timika berdarah, abebura berdarah dan dibeberapa tempat lainnya. Lalu dihadapkan dengan pemerkosaan terhadap kaum wanita, disiksa lalu dibunuh. Ini persoalan yang misterius yang seharusnya ditangani secara serius oleh Indonesia, namun tidak ditangani. Malah diakui oleh indonesia karena telah melakukan hal konyol. Akhirnya malah menaikan jabatan/pangkat lebih tinggi.

Dan ketika dihadapkan dengan dana OTSUS kepada rakyat papua. Yang merupakan jalan satu-satuya untuk memajukan perkembangan papua. Terutama  di sektor ekonomi, sosial, pembangun fisik dan non-fisik. Malah tidak dirasakan oleh masyarakat. Yang terjadi hanya penipuan belaka. Yang akhirnya menimbulkan kecemburuan antara pemerintah dengan masyarakat.

Akibatnya tercipta kekerasan, yang akhirnya menimbulkan korban. Artinya dengan diberikan dan OTSUS yang bermilyar-milyaran kepada rakyat papua. Dalam tanda konteks  memajukan semua aspek. Tapi itu hanya diberikan kepada  pejabat-pejabat papua. Mereka yang tahu dana OTSUS. Sementara rakyat papua tidak tahu dan tidak pernah merasakan hasil dari OTSUS itu sendiri.

Maka, rakyat papua mengatakan OTSUS perluh dikembalikan. Kami ingin kemerdekaan. Ini yang terjadi. Bukanya masyarakat mengaharapkan dana OTSUS yang ke-2 lagi, yakni OTSUS PLUS.  Menurut rakyat dengan adanya OTSUS PLUS dan segala macamnya, tidak akan membahas hasil dan perubahan bagi rakyat papua. Namun, yang ada hanya kemiskinan dan keterlantaran.

Maka, dengan terciptanya hal demikian, rakyat papua merasa tertinggal dan dijajah terus-menerus dalam segala aspek. Menurut rakyat lebih baik lawan dan merebut hak kita, yakni merdeka. ini yang selalu tertimbul dari benak rakyat papua.

tidak ada kata lain. Selain kata lawan dan lawan. hingga meneteskan darah untuk merebut hak sebagai orang papua, yakni merdeka. karena  dari tahun ke tahun Indonesia selalu memberikan gula-gula manis kepada rakyat papua. Yang ujung-ujungnya membawa kematian, dan intimidasi-intimidasi yang membayakan rakya papua. Maka, dengan satu kata dan satu suara dari rakaya papua, yakni lawan, lawan dan lawan. hingga merebut kemedekan.

Menurut kami rakyat papua. Kami sudah cape denga permainan kalian. Hasilnya tidak ada. Malah terjadi kekerasaan dan akhirnya menimbulkan kematian. Maka, rakyat papua meyatakan kami ingin bebas da bebas.
Untuk mencapai itu, kami akan tetap menyatakan dengan satu suara dan satu kata, lawan, lawan dan lawan hingga merdeka.

Penulis : Redaksi Kabar Mapegaa

Sumber : www.malanesia.com
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment