News
Loading...

Kekerasan terus terjadi, Gereja Papua minta negara serius lindungi warga





Ilustrasi

Forum Kerja Oikumenis Gereja-Gereja Papua mempertanyakan komitmen negara dalam melindungi warga. Pertanyaan ini muncul menyusul makin maraknya kekerasan yang justru dilakukan oleh aparat keamanan.

Forum kerja menyebut, kekerasan bukan baru terjadi tahun ini. Gereja Papua dan jemaat terus-menerus hidup dalam kondisi seperti ini sejak tahun 1960-an. Artinya, Papua telah dan terus dikelola sebagai situs kekerasan dan situs pertumpahan darah oleh berbagai kepentingan.

Pendeta Benny Giay menyebut, SBY pada 2011 pernah mengakui  bahwa kekerasan yang terus terjadi di Papua disebabkan adanya kelompok garis keras yang  tidak mau demokrasi, tidak mau dialog dan mau menang sendiri.
Pendeta Benny meminta semua pihak ikut menungkap motif dan pelaku dari kelompok ini, sehingga kasus kekerasan di Papua bisa segera diakhiri.
Berikut catatan kerasan yang dikumpulkan Forum Kerja Oikumenis Gereja-Gereja Papua sepanjang tahun ini
Januari 2014
Adanya pembiaran terhadap konflik dan perang suku di Timika yang telah  menewaskan, sejumlah orang dan seorang hamba Tuhan, dan beberapa Jemaat Gereja Kingmi terpaksa ditutup dan mengungsi lalu beribadah di luar (alam terbuka).

Tanggal 2 Juli 2014
Di Pasar Youtefa, Jayapura kota, aparat keamanan menewaskan 5 orang mahasiswa Papua. Sampai saat ini belum ada proses hukum.
Tanggal 28 Juli 2014
Insiden Lani Jaya yang menurut warga jemaat berawal dari aparat Polisi yang hendak menjual amunisi dan senjata kepada TPN/OPM lalu terjadi baku tembak yang menelan korban.
Tanggal 8 Agustus 2014
Robert Yelemaken (16) tahun anak dari Pdt. Benyamin Yelemaken gembala sidang jemaat Kingmi Kairos di Manokwari kota  dan Onni Weya yang  ditangkap, disiksa sewenang-wenang dan ditahan selama dua minggu lebih oleh TNI.

Tanggal 20 Agustus 2014
Penculikan dan pembunuhan Marthinus Yohame di Sorong
Tanggal 22 Agustus 2014
Korea Wakerkwa (kepala suku) dibunuh di Timika,  yang awalnya menurut masyarakat aparat keamanan karena mencurigai korban sebagai pendukung TPN OPM di Lani Jaya; Polisi belum mengungkap motif dan pelakunya.
Tanggal 6 September 2014
Polres Keerom-Arso, tidak mengawal massa sehingga massa bertindak anarkis sehingga aksi meluas dan membakar 17 rumah warga dan sejumlah rumah lainnya di rusak.

Tanggal 15 September 2014
Terkesan terjadi pemaksaan kehendak oleh pihak Polisi yang memaksa Jemaat Kingmi  Haleluyah Entrop Jayapura kota, untuk penggunaan fasilitas gereja dalam rangka penyambutan dan pengukuhan Kapolda Papua yang baru secara adat Papua, sehingga rencana acara tersebut telah memecah belah dan meresahkan jemaat kami.

Tindakan Kriminalisasi dan Teror terhadap Pengacara HAM, seperti Olga Hamadi,  19 September 2012 di Wamena, Gustaf Kawer, 12 Juni 2014 di Jayapura  dan Anum Siregar, 16 September 2014 di Wamena,  di Tanah Papua.
Tanggal 18 September 2014

Penembakan terhadap Videlis Jhon Agapa di Jalan Trans Nabire-Illaga, KM 74, menurut masyarakat ditembak oleh aparat keamanan.

Sumber: portalkbr.com
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment