News
Loading...

Hari-hari Besar Orang Papua Menjadi Ancaman Kejahatan TNI/Polri

Video yang diposting di YouTube ini menunjukkan dua pria Papua tengah dianiaya oleh beberapa orang yang diduga pasukan keamanan Indonesia. Salah satu personel keamanan melakukan penganiayaan dengan mengarahkan benda tumpul ke alat kelamin pria Papua tersebut. Video kekerasan ini akhirnya diakui oleh negara melalui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto, Jumat (22/10/2010) silam di Kantor Presiden, Jakarta. Foto: Ist

Setiap hari besar yang menjadi peristiwa bersejarah di Papua selalu menjadi dan dijadikan ancaman kejahatan TNI/POLRI kepada masyarakat yang benar-benar membela memperjuangkan keadilan dengan penangkapan, penyiksaan, penculikkan yang berakhir pada penghabisan nyawa rakyat yang tak berdosa di tanah Papua.

Hari Bersejarah Orang Papua?        
Setiap negara di dunia tentu saja memiliki hari bersejarahnya masing-masing sebagai wujud penghargaan dari para pejuang keadilan dan kebenaran. Perjuangan demi keadilan dan kebenaran  inilah yang menjadi hari bersejarah. 
Hari bersejarah merupakan hari-hari besar di mana orang-orang berjuang mempertahankan kebenaran dan keadilan sampai merdeka secara politik, hukum, sosial, ekonomi, budaya, HAM, atas tanah atau negerinya sendiri demi nilai kemanusiaan, kedamaian dan kesejahteraan. 
Dan hari bersejarah juga merupakan hari-hari besar yang harus dihormati dan dihargai oleh setiap manusia sebagai manusia beradab yang  berada dalam kekuasaan negaranya dimana saja berada. 
Demikian pula, hari bersejarah orang Papua merupakan hari dimana hari yang membesarmenemukan jati diri, berjuang mempertahankan dan yang harus dihormati dan dihargai sebagai manusia Papua yang beradab dan berjasa atas negeri Papua. Sehingga hari bersejarah di Papua dikenang dan dihayati serta mempertahankan nilai-nilai perjuangan yang sudah diwariskan sampai akhir hayat. 
Melalui peristiwa-peristiwa yang sudah diperjuangkan, yang sedang diperjuangkan dan yang akan diperjuangkan demi nilai keadilan. Keadilan yang diperjuangkan melalui peristiwa-peristiwa ini menjadi tanda nyata akan hari dan peristiwa bersejarah di Papua. 
Hari dan Peristiwa Bersejarah di Tanah Papua
Di bawah ini kami menguraikan beberapa hari dan peristiwa bersejarah di tanah Papua yang harus dijunjung tinggi nilai-nilai perjuangannya. Agar generasi-generasi penerus bangsa Papua meneladani nilai-nilai perjuangan yang dengan gigih mempertahankan tanah  ini supaya mendapat kebebasan untuk menentukan nasibnya sendiri. Karena kekerasan demi kekerasan seperti penangkapan, penyiksaan, penindasan penculikan dan pembunuhan terjadi dimana-mana saat hari bersejarah orang Papua oleh TNI/POLRI di Papua. 
Hari-hari bersejarah di Papua sebagai berikut; 1 Juli 1971, merupakan hari bersejarah di Papua  yang diperingati dan dihormati sebagai hari besar OPM (ORGANISASI PAPUA MERDEKA). 5 Agustus 1961, setiap tanggal 5 Agustus diperingati sebagai hari bersejarah di tanah Papua yang merupakan hari MAMBESAK. 1 Desember 1961, setiap tanggal 1 Desember  diperingati dan dijadikan sebagai hari bersejarah yang merupakan hari lahirnya Bintang Kejora dan Atribut-Atribut  Nasional  lainnya atau Hari Kemerdekaan Papua. 
Hal yang sangat penting adalah mengingatkan dunia Internasional bahwa Pemerintah Kolonial Belanda menyetujui penggunaan lambang-lambang ini seperti; Bendera Bintang Kejora, lagu nasional Hai Tanahku Papua, nama Bangsa Papua, nama Tanah Papua dan Court Of Arms, Mambruk. 
Dari beberapa hari bersejarah di Papua di atas yang kami uraikan ini selalu menjadi ancaman TNI/POLRI.  Walapupun sudah ada nilai kebebasan untuk saling menghormati dan menghargai hari besar bangsa lain. 
Hal yang sangat mengenaskan adalah ketika masyarakat  menyampaikan aspirasinya dengan demonstrasi damai di Papua kepada pemerintah NKRI tetapi rakyat-rakyat inilah yang menjadi korban kekerasan; penangkapan, penyiksaan, penindasan, penculikan dan pembunuhan terhadap rakyat Papua yang tak berdosa. 
Bahkan sampai saat ini pemerintah Indonesia TNI/POLRI di Papua tidak pernah memberikan izin. Dengan alasan yang tidak logis bahwa mengganggu keamanan, pada hal bangsa Papua punya hak untuk menghormati dan menghargai hari-hari besar seperti di atas. 
Namun yang terjadi setiap detik, setiap menit, setiap jam, setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, setiap tahun, setiap abad dan dari masa ke masa selalu terjadi ancaman-ancaman yang sangat mengerikan di bumi Papua oleh TNI/POLRI. 
Pimpinan TNI/POLRI meminta pasukan di Papua dengan alasan kedamaian merupakan sebuah alas an. Dan TNI/POLRI yang dikirim langsung oleh presiden republik Indonesia Susilo Bambang Yudiyono demi kedamaian di Papua merupakan politik halus untuk mau membunuh menghabiskan manusia-manusia Papua yang masih ada.

Ancaman  Kejahatan  TNI /POLRI  Di  Papua
Pemerintah Indonesia yang termasuk dalam Anggota Komisi HAM  PPB yang pertama kali pada tahun 2001,  pelaksanaan UU No. 5 tahun 1998 dalam sidang ke 27, 12-23 november lalu, mengatakan bahwa dalam pelaksaan konvensi melawan penyiksaan, ancaman-ancaman yang kejam, tidak manusiawi,  menghabiskan nyawa lainnya kepada Komisi Anti Penyiksaan yang berada di bawah Komisi Tinggi HAM PBB di Jenewa, Swiss. 
Indonesia sudah mengatakan dalam Konvensi Anti Penyiksaan dalam UU No. 5 tahun 1998, tetapi kenyataan di lapangan kekerasan banyak terjadi di tanah Papua. Kenyataan-kenyataan pada beberapa tahun belakangan ini dengan jelas memperlihatkan aparat keamanan TNI/POLRI masih melakukan penangkapan, penyiksaan, penculikan yang berakhir pada pembunuhan kepada rakyat Papua.
Ancaman kejahatan melalui penangkapan, penyiksaan, penculikan dan pembunuhan oleh TNI/POLRI terlihat dari beberapa fakta di bawah ini. 1 Desember 2010, pukul 11.00 WP. Atili Wenda (35) Melianus Tabuni (46) ditembak anggota TNI Yonif  Batalyon Infanteri 355 di desa Yugum, kabupaten Jayawijaya Papua. TNI melepaskan tembakan dan mengenai Atili Wenda di lengan kiri dan Melius Tabuni di siku kiri. 
Sesudah 5 Agustus, hari MAMBESAK di Papua. Tepatnya tanggal 9 Agustus 2008, pukul 13.00 WP. Opinus Tabuni ditembak mati pada peringatan Hari Masyarakat Pribumi Sedunia. Pelaku penembakan ini sengaja gagal diungkapkan oleh kepolisian RI. Sebelum 1 Desember, menjelang hari Kemerdekaan Papua, 10 november 2001 terjadi penculikan dan pembunuhan Theys Hiyo Eluay dan Aristoteles Masoka yang sampai saat ini tak pernah terselesaikan di tanah Papua. Namun adapula kejahatan-kejahatan yang tidak pernah diselesaikan sebagai berikut; Biak berdarah (6 Juli 1998), Wamena berdarah (6 oktober 2000 dan 4 April 2003), Abepura berdarah (7 Desember 2000), Kongres Rakyat Papua ke-III berdarah (Oktober 2011) oleh TNI/POLRI dan ancaman kejahatan yang terus bermunculan, seakan-akan sudah berlangganan seperti di Paniai, Puncak Jaya dan lainnya di seluruh pelosok Papua. 
Kapan orang-orang Papua menyampaikan pendapatnya secara bebas pada hari-hari besar orang Papua? Kapan para aparat TNI/POLRI merealisasikan semboyang yang dipamerkannya di kota Jayapura, "Damai itu Indah,  Damai itu Kasih"?
Setelah melihat ancaman kejahatan pada hari-hari besar orang Papua. Apalagi masih terdapat kejahatan yang lainnya maka kami memberikan jalan keluar dengan melakukan Dialog agar benar-benar serius menyelesaikan kejahatan. Dengan demikian akan memberikan harapan baru kepada orang-orang Papua yang sangat merindukan kebebasan atas tanahnya sendiri. 
Banyak rakyat Papua yang menjadi korban pada hari-hari besar orang Papua dan korban semakin banyak, maka berhenti mengisap darah sesama sebagai ciptaan Allah yang paling unik dan mulia di bumi cenderawasih, Papua.  STOP, STOP, STOP!
Silvester Bobii Adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) "Fajar Timur" Abepura Jayapura Papua.

sumber: http://majalahselangkah.com/content/-hari-hari-besar-orang-papua-menjadi-ancaman-kejahatan-tni-polri
Share on Google Plus

About suarakolaitaga

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment