Ketika Longginus Pekey memberikan materi. Foto: Mateus Badii. |
Bandung, -- Revitalis nilai budaya dengan
menggali sejarah dan budaya sangat diperlukan saat ini untuk menemukan
identitas diri dalam rangka mengembangkan karakter "Tonowi" bagi
generasi muda Mee (Papua) ke depan melalui pendidikan.
Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Pendidikan Papua, Longginus Pekei, S.Pd dalam acara Seminar, Natal dan Tahun Baru yang diselenggarakan oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire, Paniai, Deiyai dan Dogiyai (IPMAPANADODE) Se-Jawa dan Bali yang digelar di Gedung Bina Marga, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/12/2013).
Menurut Pekei, Ekspansi budaya luar membuat kita semakin lupa dan meninggalkan budaya kita, bahkan manurut Pekey, pada tingkatan yang ke atas lagi, secara kolektif ada sejumlah suku dan marga di Papua semakin menjadi minoritas.
"Ekspansi budaya luar membuat kita lupa dan meninggalkan budaya kita. Ini merupakan masalah serius di Papua," ungkapnya dihadapan ratusan mahasiswa.
Dalam pemamaparannya, Ia mengatakan orang Papua sedang mewarisi sejumlah budaya seperti: Pertama, Terjadi proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat yang sesuai dengan tuntutan masa kini (Modernisasi).
Kedua, Kita sedang mewariskan budaya konsumerisme dimana gaya hidup mengganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan gaya hidup yang tidak hemat. Yang ketiga, kata Pekey, Pandangan kita yang menganggap kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama dalam hidup (Hedonisme).
Masih menurut Longginus, dalam kehidupan manusia peristiwa sejarah bersifat abadi, unik sehingga terpenting bagi kita saat ini untuk perlu mempelajari kembali sejarah, karena sejarah memunyai banyak manfaat untuk memberikan kesadaran waktu, sumber inspirasi (ilham), memberikan kesadaran kritis dan memberikan hiburan.
"Sejarah merupakan kehidupan masyarakat, komunitas suatu lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika perkembangan dan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, praktek-praktek klonialisme di banyak tempat memperlihatkan penduduk aslinya hampir lenyap," kata Longginus Pakey.
Lanjut Pekey, "Setelah kontak, disapu oleh penyakit, perlakuan kejam secara genetik dan perkawinan campur akhirnya secara cultural oleh praktek-praktek politik sebagaimana telah dialami penduduk hitam Afrika, Indian di Amerika, Aborigin di Australi. Merupakan kanyataan yang ada saat ini". (MS/Mateus Badii)
Hal itu disampaikan Ketua Lembaga Pendidikan Papua, Longginus Pekei, S.Pd dalam acara Seminar, Natal dan Tahun Baru yang diselenggarakan oleh Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Nabire, Paniai, Deiyai dan Dogiyai (IPMAPANADODE) Se-Jawa dan Bali yang digelar di Gedung Bina Marga, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/12/2013).
Menurut Pekei, Ekspansi budaya luar membuat kita semakin lupa dan meninggalkan budaya kita, bahkan manurut Pekey, pada tingkatan yang ke atas lagi, secara kolektif ada sejumlah suku dan marga di Papua semakin menjadi minoritas.
"Ekspansi budaya luar membuat kita lupa dan meninggalkan budaya kita. Ini merupakan masalah serius di Papua," ungkapnya dihadapan ratusan mahasiswa.
Dalam pemamaparannya, Ia mengatakan orang Papua sedang mewarisi sejumlah budaya seperti: Pertama, Terjadi proses pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat yang sesuai dengan tuntutan masa kini (Modernisasi).
Kedua, Kita sedang mewariskan budaya konsumerisme dimana gaya hidup mengganggap barang-barang mewah sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan dan gaya hidup yang tidak hemat. Yang ketiga, kata Pekey, Pandangan kita yang menganggap kesenangan dan kenikmatan sebagai tujuan utama dalam hidup (Hedonisme).
Masih menurut Longginus, dalam kehidupan manusia peristiwa sejarah bersifat abadi, unik sehingga terpenting bagi kita saat ini untuk perlu mempelajari kembali sejarah, karena sejarah memunyai banyak manfaat untuk memberikan kesadaran waktu, sumber inspirasi (ilham), memberikan kesadaran kritis dan memberikan hiburan.
"Sejarah merupakan kehidupan masyarakat, komunitas suatu lingkungan sekitar tertentu dalam dinamika perkembangan dan dalam berbagai aspek kehidupan. Namun, praktek-praktek klonialisme di banyak tempat memperlihatkan penduduk aslinya hampir lenyap," kata Longginus Pakey.
Lanjut Pekey, "Setelah kontak, disapu oleh penyakit, perlakuan kejam secara genetik dan perkawinan campur akhirnya secara cultural oleh praktek-praktek politik sebagaimana telah dialami penduduk hitam Afrika, Indian di Amerika, Aborigin di Australi. Merupakan kanyataan yang ada saat ini". (MS/Mateus Badii)
Editor : Mateus Ch. Auwe
Sumber : www.majalahselangkah.com
0 komentar :
Posting Komentar