Orang
Moni dan manusia Papua pada umumnya berpikir kritis dan langsung
bertindak. Bertindak untuk mencari solusi dari persoalan kematian.
Kematian orang sering menjadi persoalan ada apa dibalik itu, sebenarnya
kematian disebkan karena apa? Pertanyaan filosofis ini sederhana dan
sulit untuk menjawabnya. Namun dalam pemikirannya orang Moni/Migani
langsung mengambil keputusan definitif. Keputusan yang diputuskan itu
hanya untuk mendiskriminasikan korban. Sementara masih hidup ia tidak
berani bertindak. Dari pertanyaan tersebut, orang Moni mudah mengambil
kesimpulan. Kesimpulan yang diambil pun tidak sesuai dan tidak masuk
akal namun dianggap benar.
Dibelahan dunia lain juga mengakui
bahwa budaya harus dipertahankan tetapi yang masuk akal dan dapat
dipertanggungjawabkan oleh akal. Orang luar dapat memahami budaya
sebagi estensinya yang fundamental dan hakiki. Pola berpikirnya pun
radikal, sementara orang Moni tidak berpikir rasional walaupun gereja
sudah mendarah dagin dalam budaya dan adat moni tetapi sulit untuk
meninggalkan tradisi atau budaya tersebut yang tidak menempatkan
manusia budaya dan adat pada tempatnya. Namun Orang Moni/migani mudah
mengambil kesimpulan untuk dipertahankan dan diakui semua orang pada
hal salah pemikiran tetapi semua orang dapat mengikutinya. Dalam
budaya dan adat orang Moni banyak peristiwa dan teragedi masih misteri
dan sulit diungkapkan. Contoh: Dalam budaya orang Moni/Migani ketika
terjadi perzinaan tidak pernah mengungkapkan kepada sanak saudaranya
namun, disembunyikan (dimisterikan).
Sang kematian datang
mengerut nyawanya lalu mulai mencari kesalahan atau menggungkapkan
kesalahan seperti perzinaan. dan sana- sini menjadi bahan cerita dan
dapat mendiskriminasi jasatnya. Atau orang yang melakukanperzinan masih
hidup beralti sungguh sangat disayangkan betapa menderitanya tekanan
batin. Setiap orang akan menjahuinya. Dalam penderitaan itu tragedy-demi
tragedi menjadi Bila mengetahui terjadi perzinaan beralti jasadnya
tidak akan per dikubur atau untuk mengelabuhi pihak lain yang dalam alti
pelaku untuk jangan mengetahui akan berpura-pura untuk menguburkan
jasadnya, tetapi ketika jasadnya dikuburkan bisa diangkat dalam kuburan
dengan ritus budaya dan adat setempat yang tidak masuk akal dan tidak
bisa dipikirkan lagi. Namun sanak saudaranya akan bermain untuk
jasadnya dibuang ke kali yang deras. Setelah membuang jasadnya akan
mengkorek semua kesalahan oknum atau pelaku yang pernah membuat zina
dengan orangtuanya atau keluarga dekatnya yang menjadi garis
keturunannya akan menjadi sasaran incaran bahkan oknumnya dibunuh.
Kebiasan ini amat jelek, busuk dan terkutuk karena nyawa manusia yang
Moni/Migani (sejati) dianggap rendah dan tidak beralti. Inilah suatu
tanda bahwa orang Moni Mengijak sendiri HAM. Dan tidak ada sedikitpun
unsur kemerdekaan dalam budaya.
Perkembangan terus berputar
dan berkembang pesat, ajaran gereja mulai mendarah daging dalam diri
orang Moni/Migani. Sementara budaya dan adat yang salah terus
dipertahankan. Hal ini perlu adanya sebuah rekonsiliasi yang mendetail
dalam perkembangan yang fundamental dan hakiki. Supaya orentasi
pemikiran Moni/Migani dapat mencapai sebuah peresepsi radikal.
This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
Blogger Comment
Facebook Comment