Anak-anak Papua menatap masa depan (Jubi/ist) |
Jayapura, 7/3 — Pendidikan berpola asrama mengalami
kemunduran saat ini. Pemerintah dan gereja masih mengabaikan model
pendidikan ala misionaris gereja yang sudah lama diterapkan di Papua.
Keprihatinan ini dinyatakan salah seorang mahasiswa Katolik asal Merauke Marselino Yomkondo, saat menemui tabloidjubi.com, di Abepura, Kota Jayapura, Papua, Rabu (7/3).
Pendidikan berpola asrama, kata dia, merupakan metode pendidikan ala
barat oleh para missionaris gereja yang sudah lama diterapkan. Model
pendidikan ini dinilai sebagai ajang untuk menggembleng, mendididk, dan
membina peserta didik sehingga menjadi pribadi yang bisa diandalkan din
masyarakat.
“Tidak hanya pembinaan intelektual semata, tetapi juga pengembangan
karakter dan spiritual sehingga menghasilkan produk yang mapan dari segi
intelektual dan spiritual,” kata mahasiswa yang aktif dalam Perhimpunan
Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) cabang Jayapura ini.
Namun, Marselino membandingkan pendidikan berpola asrama zaman
sekarang. Di Kota Jayapura, tersebar berbagai asrama untuk menampung
mahasiswa dan siswa yang disiapkan Pemda setempat. Semisal asrama
mahasiswa Kabupaten Mimika di Jalan SPG Taruna Bhakti Jayapura, asrama
mahasiswa asal Kabuapten Asmat di Jalan Proyek Waena, Kota Jayapura.
Selain itu, masih banyak asrama mahasiswa yang dibangun berdasarkan
distrik bahkan suku sekalipun.
Menurut dia, dengan menyediakan fasilitas seperti asrama ini pertanda
bahwa Pemda sungguh memperhatikan pendidikan sebagaimana amanat UUD
1945 dan undang-undang Otonomi Khusus (Otsus) bagi Papua. Namun, lanjut
mahasiswa asal Merauke ini, justru menimbulkan sekat-sekat atau
kelas-kelas sosial bagi mahasiswa dan orang Papua sendiri.
“Kita terjebak dalam ‘kotak-kotak’. Pemerintah kebablasan. Saking
semangatnya memajukan pendidikan dengan membangun asrama, pemerintah
tidak mempertimbangkan dampak tersebut,” kata Ino, panggilan dia.
“Asrama adalah tempat tinggal sekaligus tempat pembinaan karakter
bagi siswa/I dan mahasiswa/i. Sekali lagi, bangunan yang dibuat Pemda
adalah rumah indekos,” lanjutnya.
Karena itu, menurut Marcelino, Gereja semestinya peka dan sadar,
bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama dalam memajukan
pendidikan di Papua, misalnya, dengan membangun kerjasama dengan
pemerintah daerah setempat. (Jubi/Timoteus Marten)
Blogger Comment
Facebook Comment